Thursday, 4 September 2014

INJIL DALAM KITAB DEUTERO YESAYA & TRITO YESAYA

Oleh: Sugiman

Ketika berbicara tentang injil, maka yang ada di benak dari banyak umat kristen adalah mengacu kepada injil matius, markus, lukas dan yohanes. Memang pemahaman demikian tidak salah dan tidak juga terlalu keliru. Namun demikian, paham demikian mempersempit arti dari injil itu sendiri. Selain itu, konsep injil juga tidak hanya ada dalam perjanjian baru, melainkan juga dalam perjanjian lama, terutama dalam kitab Deutero dan Trito Yesaya. Apa dan bagai mana sebenarnya makna mendasar dari injil yang dimaksud? Itulah yang akan dipaparkan dalam pembahasan ini.


A. Deutero Yesaya
Deutero Yesaya juga mempunyai gambaran yang sama, tetapi nabi Deutero Yesaya menghubungkan mebasser (utusan) itu dengan janji keselamatan (Yes 52:7). Ayat ini tidak hanya berhubungan dengan keluaran dari Babel (52:11), tetapi juga berhubungan dengan berita-berita dimulainya dominasi kerajaan Allah. Injil yang dimaksudkan Deutero Yesaya ialah pekerjaan penyelamatan Allah yang berwujud pembebasan bangsa Israel dari pembuangan di Babel. Termasuk juga di dalamnya pembaharuan dan penebusan Allah atas Israel. Untuk memahami dengan jelas apa yang dimaksudkan dengan injil menurut Deutero Yesaya, kita perlu mengikuti penjelasan berikut ini. Bagian kedua dari kitab Yesaya (40-55) merupakan karya seorang nabi yang hidup menjelang akhir pembuangan. Mengenai nama dan pribadi nabi ini tidak diketahui. Panggilan nabi ini berawal dari suara yang berkata ,”berserulah” (46:6-8). Kata ini bisa berarti panggilan untuk menyerukan atau mengabarkan injil yaitu segala firman Tuhan yang didengar nabi.

Firman yang disampaikan itu berhubungan erat dengan keadaan sejarah yang dialami nabi dengan orang-orang sezamannya.. Ketika Yerusalem dan Bait Allah dihancurkan Nebukadnezar raja Babel pada tahun 587 sM, ketika itu pula kerajaan Yehuda sebagai negara yang berdaulat berakhir. Sebagian bangsa Yehuda dibuang ke Babel secara bertahap. Kejatuhan Yerusalem dan Bait Allah sangat mempengaruhi keyakinan umat akan peranan Tuhan dalam sejarah Israel. Keadaan sosial ekonomi mereka yang dibuang ke Babel sebenarnya tidak terlalu buruk. Namun dalam kehidupan keagamaan mereka sangat menderita dan kekalahan itu merupakan pukulan berat bagi keyakinan agamanya.

Bahkan, sebagian umat melihat peristiwa itu sebagai kekalahan Tuhan terhadap dewa-dewa Babel. Mereka yang dibuang ke Babel  beranggapan bahwa mereka terpisah sangat jauh dari pemeliharaan Tuhan . Karena itu sebagian mereka berusaha mencari pertolongan lain yaitu para dewa/dewi Babel. Namun sebagian dari mereka tetap setia kepada Tuhan. Mereka yang setia ini menilai bahwa tragedi yang dialami bangsa Israel merupakan hukuman Tuhan atas dosa-dosa bangsa itu sesuai dengan berita-berita para nabi sebelumnya. Di pihak lain mereka juga sedang menantikan keselamatan yang akan datang setelah penghukuman berlaku atas mereka. Deutero Yesaya adalah nabi yang hidup di tengah-tengah situasi penantian itu. Ketika itulah nabi mendengarkan kabar baik (bsr) atau injil itu tidak lagi disertai embel-embel penghukuman. Pemberitaan nabi bertujuan meyakinkan umat bahwa Tuhan adalah satu-satunya Allah yang akan memberikan kelepasan kepada Israel. Ilah-ilah lain sama sekali tidak mempunyai kuasa untuk mengerjakan dan memberikan kelepasan itu.

Injil itu juga  melibatkan bangsa-bangsa lain. Dalam nubuat-nubuat sebelumnya, bangsa-bangsa lain juga ditempatkan di bawah kekuasaan Allah dalam hubungan dengan kedudukan mereka sebagai alat untuk menghukum umat Allah. Walaupun pada akhirnya mereka juga menjadi sasaran penghukuman Allah. Dalam pemberitaan Deutero Yesaya, bangsa lain juga ditempatkan di bawah kekuasaan Allah. Namun kali ini bukan sebagai utusan Allah yang melaksanakan penghukuman Allah atas umat Allah, melainkan menjadi utusan Allah yang menjalankan tugas penyelamatan Allah atas umat di pihak lain, dan sebagai utusan yang menjalankan hukuman atas babel. Karena itu dalam Yesaya 41-48 banyak harapan yang ditujukan kepada Cyrus/Koresy dari Persia.

Berita injil yang dimaksudkan Deutero Yesaya sepenuhnya bergantung pada anugerah Allah saja. Tuhan menyelamatkan Israel, sebab Ia mengasihi umat-Nya. Berhubungan dengan tujuan penyelamatan itu, Deutero Yesaya menilai penghukuman Tuhan atas umat-Nya merupakan dimensi lain dari keselamatan itu sendiri.

Karya penyelamatan Allah atas Israel itu mempunyai efek pengutusan bagi umat, yaitu, umat akan menjadi saksi dan alat yang menyatakan kemuliaan Allah. Tugas pengutusan itu tergambar dalam kedudukan umat sebagai hamba Tuhan (41:8,9; 42:19; 44:2,8,21; 48:6,20). Israel akan menjadi saksi yang akan menyatakan kepada bangsa-bangsa dan dunia bahwa hanya Tuhan satu-satunya yang menyelamatkan Israel. Dengan kesaksian itu, semua bangsa akan mengenal dan menyembah Tuhan. Dengan demikian kabar baik yang berpusat pada Israel mempunyai tujuan yang universal dan mengandung pengakuan akan Tuhan sebagai satu-satunya Allah Israel dan bangsa-bangsa. Gambaran tentang injil keselamatan itu secara garis besar sudah dibentangkan pada awal Deutero Yesaya (40:3-5). Nabi diperkenankan untuk menyaksikan peristiwa-peristiwa yang menggoncangkan dunia sesuai dengan berita nabi. Berita pertama yang terdengar ialah, kebebasan dan kelepasan Yerusalem. Hal ini ditandai dengan pembangunan jalan bagi Tuhan (40:3). Jalan yang dipersiapkan untuk Tuhan bertujuan pawai kemuliaan dan kehebatan Tuhan yang mengerjakan keselamatan bagi umat-Nya. Tindakan penyelamatan Tuhan yang diawali pada berita pasal 40 dilanjutkan dalam pasal-pasal berikutnya.

Untuk menyatakan kehebatan karya penyelamatan Allah, nabi menggunakan pengakuan iman Israel yang tua, yaitu peristiwa keluaran, Sion, penciptaan, dll. Semua pengakuan iman itu mendapat penafsiran baru dalam konteks waktu itu. Misalnya, nabi menggunakan pengakuan iman keluaran (43:16,18-21; 48:20; 51:10; 52:12) bukan sekedar mengingatkan kembali peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelumnya, melainkan untuk meyakinkan umat akan datangnya tindakan penyelamatan Allah dalam peristiwa exodus (keluaran yang baru). Sebuah jalan raya akan dibangun mulai dari Babel menuju Sion. Dalam perjalanan itu, Tuhan akan menjadi pendahulu dan memimpin umat (52:12). Perjalanan pawai dan pesta keselamatan ini juga akan menjadi kesaksian tentang kemuliaan/keagungan Tuhan, sehingga semua bangsa akan mengenal dan menyembah Tuhan.

Bagi nabi karya penyelamatan Allah melalui peristiwa keluaran baru  mempunyai kaitan erat dengan pembangunan kembali kota Sion. Kota Sion akan dibangun kembali oleh Tuhan atas dasar kebenaran-Nya. Peristiwa ini akan merupakan pernyataan yang konkret dari pengampunan Allah atas Israel (49:14-16;50:1-3;51:17-23; 54:1-10;55:6,9). Dengan menggunakan tradisi Sion, nabi membayangkan suatu kerajaan merdeka; pembebasan dari pembuangan; dan kesejahteraanpun terjamin.. Semuanya itu hanya terjadi karena ada persekutuan yang mesra antara umat dengan Tuhannya. Dengan demikian Sion akan menjadi kota kebenaran yang kemuliaannya akan melebihi Sion yang lama (54:1-3). Di Sionlah Tuhan akan membaharui perjanjian-Nya (53:3). Hakikat pembaharuan ini ialah belas kasihan Allah yang nyata dalam pengampunan-Nya atas Israel. Nabi juga menekankan bahwa kebesaran perbuatan Allah atas Sion merupakan kebesaran seorang raja yang mengatasi raja-raja dunia. Gelar raja ini adalah wajar, karena kuasa Tuhan yang nyata dalam karya penyelamatan Allah melalui pembangunan kembali kota Sion. Gelar raja yang dikenakan kepada Tuhan bermaksud menentang agama Babel yang menganggap Marduk sebagai raja. Gelar ini sebenarnya berakar pada pemahaman Israel sendiri. Bagi bangsa Israel, Tuhan sebagai raja merupakan penguasa tunggal dalam persekutuan umat di Sion.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa Injil keselamatan Israel ini bersifat universal, hal yang sama tampak dalam keselamatan kota Sion. Di Sion bangsa-bangsa akan menyaksikan kemuliaan Allah (52:10). Dengan demikian Injil keselamatan yang dutujukan kepada Israel melibatkan umat manusia dari seluruh bangsa dalam karya penyelamatan Allah.

Penegasan nabi terhadap injil keselamatan itu tampak pula melalui penafsirannya terhadap pokok pengakuan iman penciptaan. Nabi mengangkat riwayat penciptaan dalam konteks penciptaan Israel baru yang terjadi ketika Allah mengampuni dan menebus umat Allah dari pembuangan di Babel. Di samping itu, dengan mengangkat tradisi penciptaan, nabi juga bermaksud menegaskan tentang kedudukan Tuhan sebagai pemilik dunia dan segenap isinya termasuk bangsa-bangsa yang terlibat dalam kancah sejarah waktu itu, seperti Babel dan Persia. Dengan demikian Tuhan Israel tidak dapat dibandingkan dengan para ilah bangsa lain. Hanya Allah Israel yang mampu menciptakan sejarah baru dan menebus Israel (44:24;54:5). Dari penjelasan di atas dapat kita memahami bahwa Injil yang dimaksudkan nabi dalam Yes 52:7 ialah keselamatan Israel dan bangsa-bangsa melalui pengampunan dan penebusan Allah semata-mata. Keselamatan itu meliputi antara lain persekutuan mesra dengan Allah dan persekutuan antar bangsa, pembebasan dari penawanan di Babel, dll.

B. Yesaya 61:1,2
“Roh Tuhan Allah ada padaku, oleh karena Tuhan telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik (basser) kepada orang-orang sengsara (anawim), dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur semua orang berkabung.”

Kesimpulan
Ayat-ayat di atas merupakan bagian dari Trito Yesaya (Yes 56-66). Dalam Trito Yesaya, kata bsr agaknya mengalami intensifikasi arti, sebab dalam Trito Yesaya 60:6, kata tersebut dimengerti sebagai kabar masyur perbuatan Tuhan. Di pihak lain dalam Yes 61:1-2, kata tersebut digunakan bukan sekedar menyangkut nubuat nabi tentang masa depan, tetapi menyangkut kabar baik bagi orang-orang sengsara/tertindas (lebasser anawim). Pada ayat ini Injil merupakan berita keselamatan bagi orang-orang tertindas dan miskin. Kabar sukacita Allah di sini meliputi perbuatan penyembuhan, pembebasan, penghiburan, keselamatan, dll. Injil di sini berbicara tentang tindakan-tindakan nyata bagi mereka yang sengsara dan tertindas. Injil Trito Yesaya ini kemudian menjadi basis bagi kata kunci euanggelion (Injil) PB. Dalam Mat 4:23 Yesus menekankan hal-hal yang disebutkan Trito Yesaya itu, ketika Yesus berbicara tentang kabar baik kerajaan Allah. Demikian pun Yesus dalam Luk 4:18,19 menerapkan Yes 61:1-2 pada diri Yesus untuk menjelaskan tugas-Nya.

Dari beberapa bagian kitab PL yang menggunakan kata bsr (injil), kita dapat mengerti bahwa injil dalam PL merupakan karya penyelamatan Allah melalui pengampunan  dan penebusan Allah atas umat-Nya. Keselamatan itu meliputi semua bangsa walaupun melalui penyelamatan Israel. Lebih jauh bahwa injil keselamatan itu juga mencakup kelepasan dari keadaan tertindas dan tertawan termasuk orang miskin. Dengan demikian kabar baik dalam PL menyangkut keselamatan (syalom) dalam pengertian yang seluas-luasnya. Di dalamnya termasuk pengampunan Allah, keadilan dan kebenaran Allah, penebusan Allah, persekutuan dengan Allah, persekutuan dengan sesama yang nyata dalam tindakan pembebasan dari kesengsaraan, pembebasan dari penindasan, dan pembebasan dari bentuk kelaliman lainnya.