(Amsal 8:10-11)
Oleh: Sugiman
Pada
zaman Perjanjian Lama emas pilihan dan perak sudah dikenal sebagai suatu benda
yang bernilai tinggi atau mahal nilainya dan bahkan hingga saat ini. Pada masa raja
Salomo dan sesudahnya, terutama pada masa pembuangan di Babilonia emas pilihan
yang terbaik dan mahal harganya berasal dari Ofir[1]
yang terkenal sebagai tempat penghasil emas murni, permata dan perak yang mahal
harganya. Ofir terletak di barat daya Arabia di pantai Afrika Timur laut. Emas
Ofir juga sering disebut dalam kitab ( 2 Taw. 8:18; Ayub 22:24; 28:16; Maz.
45:9 dan Yes.13:12; 1 Raj. 9:28Maz. 45:10, Ay.28:16. Emas itu diimpor ke Yehuda
pada masa Salomo. Ketika Yehuda terjepit saat Asyur berkuasa pada masa
pemerintahan Uzia hingga pada masa raja Hizkia maupun sesudahnya, emas juga
menempati posisi yang sangat penting. Banyak raja Yehuda yang membayar upeti
kepada Asyur dengan emas yang ada di Bait Suci di Yerusalem. Namun penulis
Amsal menyajikan atau memperlihatkan suatu pernyataan yang sangat kontras atau
berbeda seperti yang dipahami oleh umat Israel. Ternyata ada yang lebih mahal
nilainya dari emas-emas pilihan
atau emas murni dan perak yang selama ini mereka kenal, yaitu hikmat yang tidak mereka kenal. Oleh sebab itu dalam paper ini akan
melihat dan menganalisis mengapa penulis Amsal mengatakan bahwa hikmat lebih
mahal nilainya dibandingkan dengan emas dan perak.
Pembahasan
a.
Latar
Belakang Kitab Amsal
Kitab Amsal adalah suatu kitab yang
termasuk dalam kumpulan “sastera hokmah”
(hikmat) dalam Perjanjian Lama. Kitab ini berasal dari penulis tertantu di
samping kitab hikmat yang lainnya (Ayub dan Pengkhotbah). Sangat penting untuk
diketahui bahwa Amsal adalah kumpulan sastera yang mewakili hikmat tradisional.[2]
Jika kita mengatakan kitab ini mewakili hikmat tradisional, maka hikmat itu
sendiri sudah dikenal secara meluas di dunia Timur Tengah Kuno. Artinya tidak
hanya di Israel sastra hikmat ini dikenal tetapi juga di luar Israel, seperto di
Babel, Asyur dan bahkan di dunia Mesir
kuno, seperti “pengajaran-pengajaran Ani”
dan “disiplin Amenemope” (ANET 421-424) yang ditulis sekitar tahun 800 sM.[3]
Sastera hikmat (kebijaksanaan) juga merupakan bahagian dari kehidupan rohani
dan kebudayaan yang sangat dihargai dan tidak terpisahkan. Oleh sebab itu tidak
heran jika kadang-kadang Amsal ini bercorak keduniawian dan kadang-kadang
kerohanian.[4] Bangsa-bangsa
non-Israel menganggap bahwa hikmat berasal dari para dewanya masing-masing,
yang berisikan kesenian, teknik dan ilmu teoritis serta etika. Konsep pemahaman
hikmat di Israel dengan bangsa non-Israel jelas memiliki perbedaan yang tajam. Bagi
bangsa bangsa non-Israel hikmat adalah berasal dari para dewa, tetapi bagi
bangsa Israel hikmat berasal dari YHWH dan Dialah dasar hikmat yang
sesungguhnya, maka kata “Takut Akan
Tuhan” menjadi sangat penting bagi orang bijaksana di Israel.
b.
Siapa
Penulisnya dan kapan?
Mengenai siapa penulis kitab Amsal
ternyata menjadi perdebatan yang tidak terpecahkan di kalangan para ahli.
Hingga saat ini pendapat itu masih bercabang dua. Yang lain mengatakan bahwa
penulis kitab ini adalah raja Salomo karena namanya disebutkan sebanyak tiga
kali: (1:1, 10:1 dan 25:1). Yang lain lagi mengatakan bukan Salomo penulisnya,
karena pengarang kitab ini menggunakan terjemahan Yunani Septuaginta dari
kitab-kitab Perjanjian Lama[5].
Artinya pemakaian nama Salomo di atas tidak berarti dia yang menulisnya, tetapi
bisa jadi ditulis oleh orang lain pada masa yang lebih kemudian dengan menggunakan
nama raja Salomo. Karena cara-cara seperti itu sudah lazim dan biasa diterapkan
saat itu. Namun demikianpun tidak berarti kita menyangkal Salomo sebagi penulis
sebagian dari kitab ini. Tapi itu pun tidak bisa dipastikan, sebab apakah itu
memang berasal dari Salomo atau berasal dari masa Salomo (Blommendaal, 1996 :
154). Sedangkan pasal 1-9 adalah berasal dari masa yang lebih muda atau sesudah
pembuangan di Babilonia. Karena pengaruh nabi-nabi besar sangat terasa, seperti
Yeremia, Deutero-Yesaya dan lebih khusus lagi Deuteronomium. Karena pasal 1-9 ditambahkan
kemudian oleh seseorang yang tidak dikenal, maka nama Salomo yang digunakan
hanyalah sebagai samaran supaya pemikirannya yang dituangkan dalam bentuk
tulisan dapat diterima oleh pembacanya saat itu. Kemungkinan pengarang kitab
Amsal sendiri ditolak dalam komunitasnya dan tidak dipercayaai lagi karena
perkataan dan kesaksian hidupnya, yaitu melalui perkataan dan perbuatannya.
Oleh sebab itu ia menggunakan nama raja Salomo yang sudah dikenal luas sebagai
seorang berhikmat saat, sehingga tanpa ada bantahan dari pembacanya. Ketika
orang mendengar nama Salomo, maka siapa yang bisa membantah perkataannya.
Mungkin yang lebih cocok diarahkan kepada
Salomo sebagai pengarangnya adalah pasal 10-29 yang berasal dari masa
raja-raja, karena memuat tentang penghormatan dan pujian kepada raja-raja
(16:10, 12 dst.; 20:8, 26, 28; 21:1; 22:11; 25:2 dst). Lebih jauh lagi bahwa
pasal 25 ini dilatarbelakangi kehidupan pertanian (25:13 dst, 23; 27:23dst,
28:3). Weiden mengatakan bahwa kitab Amsal ini terdiri (9) koleksi.[6] Artinya jelas bahwa kitab Amsal tidak disusun sekaligus oleh seseorang
atau sekelompok orang, melainkan sedikit demi sedikit dikumpulkan hingga menjadi
satu kitab seperti yang kita kenal saat ini. Yang menjadi masalah dalam
perdebatan para ahli adalah berkisar “kapan kitab ini ditulis”. Blommendaal
(1996:154) mengatakan memang pada umumnya para ahli mengatakan kitb ini berasal
dari masa pembuangan di Babilonia. Namun hal ini tidak dapat dibuktikan karena
tidak ada bukti-bukti atau petunjuk yang jelas kapan masa penulisannya. Weiden,
(1990 :15-17) mengandaikan, kemungkinan penulisnya adalah seorang Yahudi helenis,[7]
yang saleh dan setia pada Taurat Yahudi yang hidup di Mesir khususnya di kota
Alxanderia. Maka penyusunan kitab ini diperkirakan sesudah diterjemahkan ke dalam
bahasa Yunani, yaitu sesudah tahun 200 sM. Karena pengarang sendiri menggunakan
terjemahan Yunani Septuaginta, sehingga isi kitab ini sangat kuat dipengaruhi
bahasa Yunani. Inilah yang menjadi alasan bahwa Salomo bukanlah penulisnya,
tetapi pemakaian nama Salomo hanyalah sebagai samaran supaya pengajarannya
dapat diterima oleh pembacanya saat itu. Selain itu juga ditemukan nama Agur
(30:1) dan Lemuel (31: 1, 4), yang kemungkinan bukan dari orang Israel, tetapi
dari bangsa sekitar Israel (bnd. Isak Roedi, Catatan kuliah, Cipanas, 2009). Karena pada umumnya sastera hikmat
itu sendiri tidak mempunyai hubungan dengan sejarah Israel. Sehingga wajar jika
perbuatan-perbuatan besar Allah dalam sejarah Israel tidak dibicarakan dalam
kitab ini. Namun ada satu pernyataan bijak yang diungkapkan oleh Blommendaal
(1996: 153), yaitu meskipun perbuatan-perbuatan Allah tidak dibicarakan di
sini, tetapi yang lebih penting dalam kitab ini adalah bagaimana orang bisa
hidup sebagai orang yang baik dan saleh menurut kehendak Allah.
c.
Apa itu
hikmat?
Menurut Isak Roedi, hikmat adalah
keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup atau petunjuk praktis untuk hidup sehari-hari.[8]
Barnabas Ludji mengatakan “hikmat adalah suatu kualitas intelektual atau
pemikiran manusia yang mampu membedakan hikmat manusia dengan segala
kebijakannya serta membawa manusia kepada keberhasilan hidup”.[9]
Browning mengatakan yang hikmat adalah petunjuk hidup praktis yang menuntun
seseorang bisa mengatur hidupnya dengan baik sehingga hidupnya memiliki tujuan
yang jelas.[10] Jika
kita melihat pengertian dari “hokma”
adalah “kemampuan intelektual”. Namun Hikmat tidak identik dengan
pengetahuan-intelektual, tetapi mempunyai kaitan dengan kecerdasan intelektual
(Ams. 1:4). Karena fokus hikmat tidak terletak di sana. Lebih jauh Paulus
mengatakan bahwa hikmat adalah kebenaran hidup dan itu bukan sesuatu yang
abstrak dan juga bukan hanya sekedar tahu tetapi lebih dari itu, yaitu saat
melakukan sesuatu (14:4; 31). Menurut Tremper Longman III ( 2007 : 6-7), hikmat
adalah kunci untuk bisa berhasil di dalam hidup. Karena banyak konsep hikmat dalam kitab Amsal mirip
kecerdasan emosional yang disebut dengan EQ bukan IQ yang berkonotasi langsung
dengan kesuksesan di dalam hidup. Hikmat
adalah anugerah Allah yang diberikan-Nya kepada manusia untuk mempu menjalani
hidup ini sesuai dengan kehendak dan rencana-Nya. Jika hikmat di katakan
sebagai anugerah Allah yang diberikan kepada manusia, maka tidak ada hikmat
yang dihasilkan oleh manusia.
Christoph
Barth mengatakan bahwa hikmat erat kaitannya dengan karya penyelamatan yang
dilakukan Allah atas umat Israel. Para raja yang diangkat-Nya diberikan hikmat
supaya mempu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, dan mendatangkan syalom
(damai sejahtera) atas rakyatnya
serta seluruh umat Israel yang terpanggil harus hidup dengan hikmat dan
kebijaksanaan.[11] Selain
itu, Yesaya 33:6 mengatakan bahwa hikmat (hokhmah)
dan pengetahuan (da’at) takut akan
YHWH, itulah adalah kekayaan yang menyelamatkan, dan itulah kekayaan Sion. bagi mereka supaya mengajarkan untuk
memerintah mereka mengajar mampu memerintah dengan hikmat yang telah diterima,
untuk membebaskan atau menyelamatkan umat-Nya dari penindasan, ketidakadilan. Allah
ingin mereka mendatangkan damai sejahtera bagi umat-Nya. Oleh sebab itu tidak
heran, bahwa banyak para raja atau para pemimpin Israel yang dikecam oleh para
nabi Tuhan karena tidak mendatangkan damai sejahtera bagi umat-Nya dan itu
jelaslah bukanlah hikmat, sebab hikmat dari Allah tidak pernah bekerja sama
dengan ketidakadilan, penindasan, pemerasan, kekerasan dan bentuk kejahatan
lainnya.
Dari
semua penjelasan di atas dapat kita simpulkan, bahwa hikmat adalah suatu kualitas
kecerdasan intelektual yang diberikan Allah kepada manusia, yang lebih tinggi
nilainya dari kemampuan intelektual itu sendiri, yang mengatur jalan hidup manusia
sehari-hari secara praktis dan terampil, serta yang mambawa manusia kepada keberhasilan
hidup untuk kemuliaan-Nya. Hikmat selalu bersahabat dengan kebenaran, berpihak
kepada realitas dan mendatangkan benih-benih kehidupan bukan kematian.
d.
Ciri-ciri
Umum dari Hikmat Israel
Sebelum melihat perbedaan yang sangat
tajam antara pengajaran hikmat di Israel dengan pengajaran hikmat dari bangsa-bangsa
non-Israel. Maka ada baiknya terlebih dahulu kita melihat apa yang menjadi
ciri-ciri dari hikmat Israel:[12]
1. Pengajaran hikmat itu sendiri didasarkan
pada “takut akan Tuhan”. Ini tidak hanya sekedar ungkapan, tetapi merupakan inspirasi yang berasal
dari Allah yang kemudian terungkap melalui kata-kata orang berhikmat yang hidup
takut akan Tuhan. Kata-kata yang keluar memberikan kehidupan bukan kematian,
selanjutnya pendengarnya merasa disembuhkan dan bukan dilukai.
2. Pengajaran hikmat itu selalu ditujukan
kepada personal (perorangan). Sebutan istilah “anakku” dalam kitab Amsal muncul 23 kali, “anakmu” 3 kali
dan “anaknya” juga 3 kali. Sapaan ini begitu pribadi dengan maksud memberikan
didikan, disiplin, pengajaran dan binaan supaya menjadi seorang yang “bijak”
sejati. Menjadi orang bijak sejati, memang bukanlah perkara yang gampang,
tetapi itu adalah sebuah proses supaya seseorang bisa bertanggung jawab secara
pribadi atas hidupnya dan mampu memilih jalan hidupnya sendiri.
3. Pengajaran hikmat itu mengingatkan orang
untuk membedakan antara dua macam sikap dan perilaku orang
yang bertentangan: yang baik dan benar, bijaksana di satu pihak, yang buruk dan
salah dan bebal di pihak yang lain. Guru hikmat memberikan petunjuk-petunjuk
hidup praktis yang saling terpisah satu sama lain (tidak dirangkai dengan
urutan atau sistem yang nyata, melainkan mengajak si murid untuk menimbang,
kemudian menarik kesimpulan sendiri. Tetapi dalam pengajaran hikmat itu sendiri
juga mengandung tujuan yang khusus.
4. Pengajaran hikmat selalu dikemukakan
dengan penuh keyakinan dan wibawa. Dalam proses penyampaian guru hikmat
tidak menyampaikan pengeharan atas nama dan wewenang sendiri, karena mereka
lebih menghormati seorang raja (Ams. 24:21), namun tidak berarti juga ia
mengajarkan apa yang diperintahkan raja. Sebab seorang raja juga harus dipimpin
oleh hikmat untuk bisa memimpin dengan baik (8:15; 20:28).
5. Pengajaran hikmat dipersonifikasikan. Ini
merupakan suatu usaha untuk menjelaskan pemikiran-pemikiran oran Ibrani yang
abstrak dengan pemikiran yang lebih kongkrit. Misalnya: “Ia bersama dengan
Allah walaupun ia adalah ciptaan yang diciptakan Allah sebelum segala sesuatu
ada. Hal serupa juga terdapat dalam Amsal 8:1-21 dan ayat 32-36; dan Amsal
1:1-20; Amsal 3:13-20. Terkadang hikmat juga dipersonifikasikan sebagai seorang
yang berseru-seru dan memperdengarkan suaranya di tempat-tempat yang tinggi, di
tepi jalan, dipersimpangan jalan-jalan, di sanalah ia berdiri” (Amsal 8:1, 2).
e.
Tradisi
Hikmat Israel: Refleksi Yang Melekat Pada Iman Kepada YHWH.
Pada satu pihak, tradisi-tradisi hikmat
Israel merupakan refleksi terhadap pengalaman hidup manusia dan di pihak lain
merupakan pernyataan illahi yang menuntunnya kepada kebenaran-Nya. Disebut
sebagai penyataan illahi karena Israel mendasarkan tradisi hikmatnya pada karya
penyelamatan Allah. Oleh sebab itu, dikatakan “permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan dan mengenal yang Mahakudus adalah pengertian”
(Amsal 9:10). Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa “Takut Akan Tuhan” adalah menjadi salah satu ciri umum dari
pengajaran hikmat di Israel. Kalimat “takut akan Tuhan” itu sendiri menempati
posisi yang sangat pentig bagi Israel dan dalam kitab Amsal ada 15 kali kata
“takut akan Tuhan” disebutkan (1:7, 29; 2:5; 8:13; 9:10; 10:27; 14:2, 26, 27;
15:16, 33; 16:6; 22:4; 28:14; 31:30). Selanjutnya takut akan Allah hanya satu
kali (19:23). Semua itu memperlihatkan, bahwa hikmat yang dipahami umat Israel
berbeda dengan hikmat yang dipahami oleh bangsa-bangsa non-Israel. Artinya yang
lebih penting adalah tradisi-tradisi itu dikaitkan dengan iman kepada YHWH,
sehingga pengkaitan inilah yang menyebabkan tradisi-tradisi hikmat itu
mengalami pengaruh dan penekanan yang jauh lebih mendalam. Pemahaman seperti ini
ditegaskan Robinson: “karena tradisi hikmat Israel mempunyai arti dan makna
yang berbeda dengan tradisi-tradisi hikmat non-Israel. Maka tradisi hikmat
tidak lagi dilihat hanya sebagai refleksi atas pengalaman manusiawi belaka,
melainkan lebih jauh dari itu, yaitu sebagai penyataan Allah.[13] Di sinilah letak teologis dari hikmat yang
dipahami umat Israel. Setiap saat tradisi hikmat itu mengalami perubahan.
Perubahan di sini dalam arti kontekstualisasi. Mengapa demikian? Karena
pandangan tradisi hikmat sebelum pembuangan berbeda dengan pandangan tradisi
hikmat sesudah pembuangan. Perubahan itu tentu terletak pada persoalan tentang
arti hidup yang digumuli dalam periode-periode tertantu. Namun semuanya itu
tidak pernah terlepas dari penyataan karya penyelamatan yang dilakukan Allah
dalam periode-periode tertentu.
Dari apa yang telah dipaparkan secara
panjang lebar di atas memperlihatkan beberapa hal yang harus digaris bawahi,
yaitu pertama-tama, hikmat di Israel berakar pada takut akan Tuhan. Selanjutnya
hikmat yang benar adalah mengakui dan mengenal YHWH Yang Maha Kudus (Amsal
9:10). G. Von Rad bertolak dari Amsal 2:5-8,[14]
ia mengatakan bahwa takut akan Allah dan pengenalan akan Allah, merupakan
karunia Allah yang mula-mula. Karunia itu berada di luar dunia dan kehidupan
manusia. Oleh sebab itu setiap orang yang mendengar berita ini sekaligus juga
merupakan penawaran keselamatan yang bersifat pribadi. Maka penawaran itu
merupakan saat yang paling berharga dan bahkan menuntut seseorang untuk tidak
melewatkannya. Dengan demikian seseorang dituntut harus segera mengambil sebuah
keputusan atas tawaran yang berharga itu.
·
LAI : “Terimalah didikanku, lebih dari pada perak, dan
pengetahuan lebih dari pada emas pilihan”.
·
Terj. Usulan : Terimalah disiplinku
dan bukan perak, dan pengetahuan lebih dari pada emas pilihan.
Kata we´al-käºsep > : “dan
bukan perak”, LAI : “lebih dari pada perak”, karena itu menurut
saya terjemahan LAI kurang tepat
serta melewatkan kata penghubung “we” yang artinya “dan”,
yang fungsinya sebagai penghubung antara kata “pengajaran” dan “perak”.
RSV dan NIV menterjemahkan we´al-käºsep: “instead
of silver”, KJV: “and not silver”.
Selanjutnya adalah kata “musari” : “disiplinku, LAI : didikanku”, menurut saya ini juga kurang begitu tepat karena dalam
bentuk aslinya ada akhiran ganti. Sedangkan terjemahan LAI akhiran gantinya
dihilangkan, sehingga yang diterjemahkan dari kata dasarnya, yaitu “musar” yang tanpa akhiran ganti. Namun meskipun
demikian terjemahan itu tetap dipertahankan karena “didikan” itu adalah disiplin khusus, yaitu arti lain dari “musar” ialah “disiplin” si pengajar, sedangkan “pengetahuan” yang ada pada si pengajar bukan miliknya sendiri
secara khusus. Artinya “pengetahuan”
yang dimiliki itu pun seperti pemberian.
WTT : Amsal 8:11 “ kî-tôbâh hokmâh mippenînîm
wekol-hápäsîm lö´ yišwû-bäh “
·
LAI : “Karena hikmat lebih berharga
dari pada permata, apa pun yang diinginkan orang, tidak dapat menyamainya.”
·
Terj. Usulan : Karena
hikmat lebih baik (lebih berharga) dari permata, dan segala kesenangan yang
diinginkan orang tidak dapat menyamainya.
Terjemahan LAI tetap mengabaian preposisi “we”: “dan”. Padahal jika penghubung itu dihilangkan maka kalimat itu
putus secara mendadak. Meskipun tidak terlalu berpengaruh pada terjemahan itu
sendiri. Sedangkan selebihnya tetap dipertahankan.
g.
Tafsiran kitab Amsal 8:10-11
Ayat 10.
Perikop ini dimulai dengan kata “terimalah”, yang merupakan sebuah
perintah dari guru hikmat yang mendorong para murid untuk menerima disiplinnya.
Kemudian perintah itu lebih dipertajam lagi dengan kata “dan bukan”. Tujuannya: untuk memperlihatkan betapa tingginya nilai
hikmat yang diajarkannya, yaitu lebih tinggi dari nilai “perak” (ay.10a). Kemudian tawaran itu semakin meningkat yang
nilainya lebih tinggi dari “perak”,
yaitu “emas pilihan” (emas murni)
(ay.10b). Namun ternyata baik “perak”
maupun “emas pilihan” tidak bisa
mengatasi nilai hikmat yang ditawarkan.[17]
Pertanyaannya adalah kenapa demikian? Karena dasar dari pengajaran hikmatnya
adalah “Takut Akan Tuhan”. Baik perak
maupun emas merupakan logam mulia yang paling tinggi nilainya. Emas sangat
digemari, pada masa Salomo membangun Bait Allah, emas dipakai pada alat-alat
yang paling utama di kemah Suci (Kel. 25). Namun sayang semua itu tidak ada
nilainya bila dibandingkan dengan hikmat yang Allah berikan. Yeremia 6:29-30
menggambarkan Israel sebagai perak yang ditolak karena tidak setia dan taat
kepada Allah.[18] Perintah
itu merupakan suatu larangan supaya si murid tidak salah pilih, tetapi benar-benar
melihat bahwa tawaran itu sebagai anugerah Allah yang mulia, yang nilainya
lebih tinggi dari perak dan emas pilihan. Itu adalah sebuah kesempatan, jika diabaikan
maka anugerah yang berharga itu akan lewat dan tidak akan pernah kembali lagi.
Ayat 11.
Pada ayat 10 kita telah melihat bahwa bentuk “perintah” yang diiringi dengan bentuk “larangan”, yang merupakan kalimat motif
untuk menjelaskan alasan bagi dorongan yang diberikan kepada si murid. Artinya
ayat 11 ini merupakan alasan untuk memberi jawab atas apa yang dituliskan
penulis kitab Amsal pada ayat 10. Namun sangat penting untuk digaris bawahi,
yaitu guru hikmat sama sekali tidak bermaksud untuk merendahkan nilai perak,
emas pilihan dan permata, tetapi untuk memperlihatkan bahwa nilai hikmat jauh
lebih tinggi nilainya dibandingkan nilai perak, emas pilihan dan permata,
walaupun barang-barang itu amat berharga. Karena tingginya nilai hikmat
tersebut, maka penulis Amsal mengkongkritkan hikmat yang masih abstrak dengan
sebuah kalimat pendek pada ayat 11b, yaitu “dan
segala kesenangan yang diinginkan orang tidak dapat menyamainya”. Karena
dasar hikmat yang sejati adalah “Takut
Akan Tuhan”, maka tidak ada kesenangan dan kebahagiaan yang melebihi
kebahagiaan orang yang hidup dengan “Takut Akan Tuhan”, sebab segala sesuatu
bersumber pada-Nya.
Kesimpulan
Hikmat adalah suatu kualitas kecerdasan
intelektual yang diberikan Allah kepada manusia sebagai petunjuk praktis untuk
menjalani hidup sehari-hari, serta membawa manusia kepada keberhasilan hidup
atau sebagai kunci keberhasilan yang sesuai dengan kehendak Allah. Oleh sebab
itu, kata “Takut Akan Tuhan”
menempati posisi yang sangat sentral (utama). Takut akan Tuhan dan pengenalan akan
Allah, merupakan penyataan illahi dan karunia Allah yang mula-mula, yang berada
di luar dunia dan kehidupan manusia. Setiap orang yang mendengar berita ini
yang sekaligus merupakan penawaran keselamatan yang paling berharga dan
bersifat pribadi, dan bahkan menuntut seseorang untuk tidak melewatkannya.
Tetapi menuntut seseorang untuk segera mengambil sebuah keputusan atas tawaran
yang berharga itu, untuk menuntun manusia kepada kebenaran-Nya. Hikmat selalu
bersahabat dengan kebenaran, berpihak kepada realitas dan mendatangkan
benih-benih kehidupan dan bukan kematian. Dengan demikian hikmat-Nya merupakan
sumber kehidupan yang menuntun orang untuk hidup saleh menurut kehendak Allah.
KEPUSTAKAAN
Barth
Christoph, Theologia Perjanjian Lama-Vol.
3 (Jakarta: BPK Gunung Mulia), 1988.
Blommendaal
J., Pengantar Kepada Perjanjian Lama
(Jakarta: BPK Gunung Mulia), 1996.
Browning W.R.F, Kamus Alkitab - A Dictionary Of The Bible. Trje. Lim Khiem Yang
(Jakarta: BPK Gunung Mulia), 2007.
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid-II, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/ OMF 2004
Keil C. F. dan Franz. Delitzsch, Biblical Commentary On The Proverbs Of
Salomon Vol. 1, (USA: Wm. B. Eedmans Publishing Company Grand Rapids),
1872.
Farmer Kathleen A., International Theological Commentary-Proverbs & Ecclestes-Who Knows
What is Good?, (USA: Wm. B. Eermans Publishing Company, Grang Rapids,
Michigan, 1991.
Fox Michael V., The Anchor Bible Proverbs 1-9 – A New Translation With Introducation
And Commentary (USA : Doubleday), 2000.
Groenen
C., Pengantar Ke Dalam Perjanjian Lama
(Yogyakarta: Kanisius), 2005.
Kindner Derek, Proverbs – An Introducation And Commentary, (General Editor: Prof.
D. J. Wiseman), (London: The Tyndale Press) 1964.
Longman Tremper III, Hikmat & Hidup Sukses-Panduan Untuk
Memperoleh Manfaat Dari Kitab Amsal (Jakarta: Persekutuan Pembaca Alkitab)
2007.
Ludji Barnabas, diktat kuliah HPL 3 (Cipanas), 2008.
Rad G. Von, Old Testament Theology - The Theology Of Israel’s Historical Traditions
Vol. 1, (Edinburgh and London: Oliver and Body LTD), 1962.
Robinson H. Wheeler, Inspiration and Revelation In The Old
Testament, (Oxford at The Clarendon), 1960.
Roedi Isak, Diktat Kuliah Studi Amsal (Cipanas), 2009.
Scott R.B.Y., The Anchor Bible Proverbs-Ecclesiastes- A New Translation With
Introduction And Commentary (USA: Doubleday & Company, Inc.), 1973.
Sinulingga Risnawaty, Tafsiran Alkitab – Kitab Amsal 1-9
(Jakarta: BPK Gunung Mulia), 2007.
Suharyo I., Mengenal Alam Hidup Perjanjian Lama, (Yogyakarta: Kanisius-LBI), 2003.
Wahono
S. Wismoady, Di Sini Kutemukan
(Jakarta: BPK Gunung Mulia), 2004.
Weiden Wim van der, Seni Hidup-Sastera Kebijaksanaan Perjanjian Lama (Yogyakarta:
LBI-Kanisius), 1995.
Weiden Wim van der, Kebijaksanaan Salomo (Yogyakarta: Kanisius-LBI), 1990.
Wuysang Hans, Diktat Kuliah HPL 1, (Cipanas), 2007.
[1] Ofir tidak hanya terkenal sebagai tempat
penghasil emas murni, tetapi juga terkenal sebagai penghasil kayu cendana (1
Raja 10:11), perak, gading (1 Raja 10:22) dan batu-batu permata yang mahal harganya
( 2 Taw. 9:10).
[2] J. Blommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama (Jakarta: BPK Gunung Mulia), 1996,
152
[3] Lht. R.B.Y. Scott, The Anchor Bible Proverbs-Ecclesiastes- A New Translation With
Introduction And Commentary (USA: Doubleday & Company, Inc. 1973), 69-73;
bnd. Barnabas Ludji, diktat kuliah HPL 3,
2008; Blommendaal 1996 : 152-153; Wim van der Weiden, Seni Hidup-Sastera Kebijaksanaan Perjanjian Lama (Yogyakarta:
LBI-Kanisius,1995), 50; Derek Kindner, Proverbs
– An Introducation And Commentary, (General Editor: Prof. D. J. Wiseman),
(London: The Tyndale Press 1964), 23; S. Wismoady Wahono, Di Sini Kutemukan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 223.
[4] Bnd. C. Groenen, Pengantar Ke Dalam Perjanjian Lama (Yogyakarta: Kanisius, 2005)
197-198, serta didukung oleh penemuan-penemuan arkeologi; Blommendaal, 1996 :
152.
[5] Weiden, Kebijaksanaan Salomo (Yogyakarta: Kanisius-LBI, 1990), 15
[6] Kesembilan koleksi itu: (1). 1:1-8-9:18 berasal dari masa sesudah
pembuangan, (2). 10:1-22:16 adalah
disebut sebagai kumpulan Amsal Salomo (3).
22:17:24:22 berasal dari abad ke-12 sM. kumpulan yang mirip dengan disiplin
Amenope, (4). 24:23-34 kumpulan mengenai kedua orang bijak, (5). 25-29, berisi
kumpulan Amsal Salomo yang dikumpulkan pegawai Hizkia, raja Yehuda, (6). 30:1-14 : amsal Agur), (7). 30:15-33, sejumlah amsal-amsal
Bilangan, (8). 31:1-9 adalah
Instruksi Lemuel, raja Masa, dan (9).
31:10-31adalah pujian bagi isteri, Weiden, Seni...,1995, 50-51
[7] Helenis, artinya berhubungan dengan
helenisasi. Helenisasi adalah kebudayaan yang mewarnai seluruh dunia
Yunani-Romawi sejak abad ke-4 sM. sampai abad ke-4 M. Awalnya dikatkan dengan
cita-cita Alaxander Agung (333/334-323 sM.) yang ingin merebut seluruh dunia
dan mempersatukan umat manusia dengan memaksakan kebudayaan, bahasa, dan agama Yunani
dengan suatu keterbukaan terbatas bagi unsur kebudayaan dan agama masing-masing
bangsa. Begitulah diharapkan persatuan umat manusia dan mengindahkan sumbangan
dari masing-masing bangsa. Setelah Alekander Agung meninggal dunia, maka
cita-citanya diambil alih oleh para jendralnya yang menggantikannya. (lht.
Weiden, 1990: 15-17; bnd. I Suharyo, Mengenal
Alam Hidup Perjanjian Lama, (Yogyakarta: Kanisius-LBI, 2003), 64; Ch. Bath,
1988: 39.
[8] Isak Roedi, Diktat Kuliah Studi Amsal (Cipanas, 2009).
[9] Barnabas Ludji, Diktat Kuliah HPL 3, (Cipanas, 2008).
[10] Untuk lebih jelas lagi, lht Browning, Kamus Alkitab - A Dictionary Of The Bible.
Trje. Lim Khiem Yang (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 20.
[11] Allah mengangkat raja-raja, pertama-tama
untuk “membebaskan” atau “menyelamatkan” umat-Nya. Dalam hal ini Allah
menghendaki umat-Nya hidup sebagai masyarakat “merdeka”, bebas dari penindasan.
Selain itu Allah juga ingin umat-Nya hidup adil (lht. Christoph Barth, Theologia Perjanjian Lama-Vol. 3
(Jakarta: BPK Gunung Mulia 1988), 28
[12] Ciri-ciri hikmat Israel yang saya tuliskan
merupakan hasil dari kombinasi dari pendapat beberapa ahli yang menyinggung
akan hal itu, seperti H. W. Robinson, 1960: 246; Ch. Barth, 1988: 41-42; Hans
Wuysang, Diktat Kuliah HPL 1, 2007; Barnabas
Ludji, Diktat Kuliah HPL 3, 2007.
Menurut saya justru ciri-ciri umum itu sangat penting untuk diketahui supaya
jelas perbedaannya dengan pengajaran hikmat dari bangsa-bangsa non-Israel.
[13] H. Wheeler Robinson, Inspiration and Revelation In The Old Testament, (Oxford at The
Clarendon, 1960), 246.
[14] Lht. G. Von Rad, Old Testament Theology - The Theology Of Israel’s Historical Traditions
Vol. 1 (Translated by: D.M.G. Stalker), (Edinburgh and London: Oliver and Body
LTD, 1962), 443.
[15] Dalam terjemahan LXX, terjemahan Siria dan
Targum, diusulkan untuk membaca musari
: “disiplinku”, LAI: “didikanku” pada
ayat 10 tanpa akhiran kata ganti orang. Bentuk dan irama kata “musar” yang tanpa akhiran kata ganti
memang lebih sesuai dengan kata “da’at”
(pengetahuan) pada ayat 10b, yang paralel dengan ayat 10a (lht. Michael V. Fox,
The Anchor Bible Proverbs 1-9 – A New
Translation With Introducation And Commentary (USA : Doubleday), 2000, 270;
bnd. Risnawaty Sinulingga, Tafsiran
Alkitab – Kitab Amsal 1-9 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007) 342-344; bnd.
Juga Kinder,...,1964: 77.
[16] F. Delitzsch dalam bukunya, Biblical Commentary On The Proverbs Of Salomon Vol. 1, (USA: Wm. B.
Eedmans Publishing Company Grand Rapids, 1872), 177 menterjemahkan ayat 10b ` wedaº`at mëhärûs nibhär: “dan pengetahuan
adalah lebih berharga dari emas yang paling bagus”. Namun meskipun berbeda
terjemahan tapi esensi dari hikmat yang ingin dia katakan adalah sama, yaitu
nilai hikmat lebih mahal dari emas yang paling bagus / lebih tinggi nilainya.
[17] Bnd. Kathleen A. Farmer, International Theological Commentary-Proverbs & Ecclestes-Who Knows
What is Good?, (USA: Wm. B. Eermans Publishing Company, Grang Tapids,
Michigan, 1991), 52;
[18] Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid-II, (Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih/ OMF 2004), 443.
Bro ijin kutip tulisanmu ini yah. Kebetulan saya sedang mempelajari beberapa tulisan tentang hikmat dalam Amsal. Trims banyak.
ReplyDelete