Oleh: Sugiman
Jika seseorang bertanyan demikian: manakah yang Anda pilih, memberi atau
menerima? Mungkin sebagian akan menjawab: saya memilih memberi dari pada
menerima, dan yang sebagian lagi memilih menerima dari pada memberi, atau ada
yang memilih kedua-duanya. Karena setiap orang yang memberi pasti akan
menerima.
Ketiga jawaban di atas adalah
ekspresi atau pilihan atas kehendak bebas dan tidak ada seorang pun yang bisa
mendikte atas Anda. Tetapi saya akan memilih untuk menjadi kelompok orang yang
pertama. Di dalam kata memberi, menerima atau yang memilih keduanya adalah sama-sama
mengandung nilai, hanya beratnya saja yang berbeda. Perhatikan sebuah kisah di
bawah ini!
Konon hidup sebuah keluarga yang kaya-raya dan mereka dianugerahi dua
orang anak yang tanpan (kakak) dan cantik (adik). Jangan tanya lagi, apakah
kedua anak laki-laki atau keduanya perempuan! Karena tidak munmgkin yang
laki-laki dikatakan cantik, atau yang perempuan dikatakan tanpan. Kedua anak di
dalam keluarga itu menempati kedudukan yang jauh berbeda. Yang perempuan selalu
diberi kelebihan, yaitu: perhatian lebih, kasih sayang lebih, uang jajan lebih,
makan lebih, fasilitas lebih dan semuanya dilebihkan. Tetapi tidak untuk anak
mereka yang laki-laki, yaitu: perhatian kurang, kasih sayang kurang, uang
jajan, makan dan fasilitas apalagi, pokoknya semuanya serba dikurangi. Meskipun
demikian, semuanya itu tidak membuat kasih sayangnya berubah dan pudar terhadap
kedua orang tua dan adiknya. Dia hanya bisa memberi dengan apa yang dapat ia
berikan, dan tidak pernah mengharapkan apa yang akan dia terima sebagai balasan
pemberiannya. Kerendahan hati, kejujuran, ketulusan dan keikhlasan itulah yang
dijunjung tinggi. Singkat cerita kedua anak tersebut telah menjadi dewasa,
tetapi ada satu sifat yang sangat menonjol pada keduanya, yaitu si anak
laki-laki ini begitu mandiri dan bijaksana, sedangkan si adik sangat tergantung
pada kedua orang tuanya.
Arti memberi yang sesungguhnya adalah tidak harus menerima, tetapi
setidaknya ia bisa berbagi dari apa yang bisa dia berikan. Karena si pemberi
yang tulus hanya mengantungkan hidupnya pada yang kuasa. Si pemberi merasa
bahwa semua yang dia miliki adalah titipan untuk berbagi dengan mereka yang
tidak punya. Selanjutnya mereka yang menerima dan selalu ingin menerima akan menjadi
pribadi yang mengantungkan hidup dan harapannya kepada orang lain, sehingga ia
tidak menjadi pribadi yang mandiri. Sedangkan mereka yang memberi supaya diberi
hanya akan menjadikan mereka sebagai pribadi yang tidak tulus dan ikhlas.
Menerima sesuatu dari orang yang pernah kita beri adalah wajar, tetapi akan
menjadi tidak wajar jika kita memberi supaya diberi, atau kita mengharapkan
pemberian sementara kita tidak pernah memberi.
Kita hidup di dalam dunia ini memang tidak bisa dipisahkan dari orang
lain dan kita bergantung pada orang lain dengan sebelah tangan. Bergantung
sebelah tangan tidak sama artinya dengan ketergantungan, atau bergantung
sepenuhnya pada orang lain. Bergantung sepenuhnya pada orang lain hanya akan
membuat hidup ini kecewa dan melupakan sang Khalik. Tetapi sebaliknya mereka
yang mengantungkan hidupnya sepenuhnya pada sang Khalik akan menjadi pribadi
yang kuat dan tangguh. Dia memberi bukan supaya diberi, melainkan karena semua
yang dia miliki adalah titipan sang Ilahi untuk dibagikan kepada orang lain
sungguh-sungguh membutuhkan. Hanya mereka yang berjiwa memberilah yang bisa
merasakan bahwa hidup ini harus berbagi. Karena itu, orang yang lebih
berbahagia adalah orang yang masih bisa memberikan sesuatu dibandingkan dengan mereka
yang hanya menerima dan terus ingin menerima. Jangan pernah mengharapkan
balasan saat memberikan sesuatu kepada orang yang menerima, tetapi berharaplah
supaya orang yang menerima bisa memberi juga orang yang lainnya.
No comments:
Post a Comment