Sunday, 12 February 2012

MEMBERI atau MENERIMA?


Oleh: Sugiman

Jika seseorang bertanyan demikian: manakah yang Anda pilih, memberi atau menerima? Mungkin sebagian akan menjawab: saya memilih memberi dari pada menerima, dan yang sebagian lagi memilih menerima dari pada memberi, atau ada yang memilih kedua-duanya. Karena setiap orang yang memberi pasti akan menerima.

Ketiga jawaban di atas adalah ekspresi atau pilihan atas kehendak bebas dan tidak ada seorang pun yang bisa mendikte atas Anda. Tetapi saya akan memilih untuk menjadi kelompok orang yang pertama. Di dalam kata memberi, menerima atau yang memilih keduanya adalah sama-sama mengandung nilai, hanya beratnya saja yang berbeda. Perhatikan sebuah kisah di bawah ini!

Konon hidup sebuah keluarga yang kaya-raya dan mereka dianugerahi dua orang anak yang tanpan (kakak) dan cantik (adik). Jangan tanya lagi, apakah kedua anak laki-laki atau keduanya perempuan! Karena tidak munmgkin yang laki-laki dikatakan cantik, atau yang perempuan dikatakan tanpan. Kedua anak di dalam keluarga itu menempati kedudukan yang jauh berbeda. Yang perempuan selalu diberi kelebihan, yaitu: perhatian lebih, kasih sayang lebih, uang jajan lebih, makan lebih, fasilitas lebih dan semuanya dilebihkan. Tetapi tidak untuk anak mereka yang laki-laki, yaitu: perhatian kurang, kasih sayang kurang, uang jajan, makan dan fasilitas apalagi, pokoknya semuanya serba dikurangi. Meskipun demikian, semuanya itu tidak membuat kasih sayangnya berubah dan pudar terhadap kedua orang tua dan adiknya. Dia hanya bisa memberi dengan apa yang dapat ia berikan, dan tidak pernah mengharapkan apa yang akan dia terima sebagai balasan pemberiannya. Kerendahan hati, kejujuran, ketulusan dan keikhlasan itulah yang dijunjung tinggi. Singkat cerita kedua anak tersebut telah menjadi dewasa, tetapi ada satu sifat yang sangat menonjol pada keduanya, yaitu si anak laki-laki ini begitu mandiri dan bijaksana, sedangkan si adik sangat tergantung pada kedua orang tuanya.

Arti memberi yang sesungguhnya adalah tidak harus menerima, tetapi setidaknya ia bisa berbagi dari apa yang bisa dia berikan. Karena si pemberi yang tulus hanya mengantungkan hidupnya pada yang kuasa. Si pemberi merasa bahwa semua yang dia miliki adalah titipan untuk berbagi dengan mereka yang tidak punya. Selanjutnya mereka yang menerima dan selalu ingin menerima akan menjadi pribadi yang mengantungkan hidup dan harapannya kepada orang lain, sehingga ia tidak menjadi pribadi yang mandiri. Sedangkan mereka yang memberi supaya diberi hanya akan menjadikan mereka sebagai pribadi yang tidak tulus dan ikhlas. Menerima sesuatu dari orang yang pernah kita beri adalah wajar, tetapi akan menjadi tidak wajar jika kita memberi supaya diberi, atau kita mengharapkan pemberian sementara kita tidak pernah memberi.

Kita hidup di dalam dunia ini memang tidak bisa dipisahkan dari orang lain dan kita bergantung pada orang lain dengan sebelah tangan. Bergantung sebelah tangan tidak sama artinya dengan ketergantungan, atau bergantung sepenuhnya pada orang lain. Bergantung sepenuhnya pada orang lain hanya akan membuat hidup ini kecewa dan melupakan sang Khalik. Tetapi sebaliknya mereka yang mengantungkan hidupnya sepenuhnya pada sang Khalik akan menjadi pribadi yang kuat dan tangguh. Dia memberi bukan supaya diberi, melainkan karena semua yang dia miliki adalah titipan sang Ilahi untuk dibagikan kepada orang lain sungguh-sungguh membutuhkan. Hanya mereka yang berjiwa memberilah yang bisa merasakan bahwa hidup ini harus berbagi. Karena itu, orang yang lebih berbahagia adalah orang yang masih bisa memberikan sesuatu dibandingkan dengan mereka yang hanya menerima dan terus ingin menerima. Jangan pernah mengharapkan balasan saat memberikan sesuatu kepada orang yang menerima, tetapi berharaplah supaya orang yang menerima bisa memberi juga orang yang lainnya.

No comments:

Post a Comment