Oleh: Sugiman
Photoshop (software) merupakan perangkat lunak pengelola gambar yang
paling diminati dan menjadi pilihan utama oleh sebagian besar para grafis
desainer maupun pecinta seni mengolah gambar untuk menuangkan ide-ide mereka. Dalam
photoshop terdapat pallet. Pallet berisi tentang informasi mengenai image
(gambar) yang kita kerjakan, dan salah satu tool (alat) yang ada di dalam
palletbox (kotak pallet) adalah layer.
Layer memiliki fungsi yang sangat
penting. Dengan layer kita bisa mengedit
atau merekayasa foto tanpa menganggu foto yang ada di dalam layer lainnya. Foto yang dihasilkan pun
hampir tidak bisa dibedakan dengan foto yang asli lainnya. Namun sebenarnya,
bila kita perhatikan dengan teliti, itu adalah bukan foto yang dihasilkan
secara langsung dari kamera, melainkan gabungan dua foto dengan pemandangan
yang berbeda. Tetapi tidak semua orang dapat melihatnya, kecuali mereka yang
tahu dan ahli di bidangnya.
Jika demikian, apa hubungannya antara kasus yang menimpa Antasari Azhar
dan photoshop? Kasus Antasari Azhar memang menyimpan banyak kejanggalan atau
pertanyaan yang belum terjawab dengan tuntas hingga saat ini. Sebaliknya,
kejangalan-kejanggalan atau pertanyaan itu dibiarkan begitu saja. Paling tidak
ada lima kejanggalan yang masih menyimpan misteri:
- Pelongsong peluru yang ditemukan di tempat
kejadian tidak sesuai dengan peluru senjata sebenarnya.
- Bukti-bukti komunikasi antara Antasari Azhar
dan N. Zungkarnain melalui SMS juga tidak diperlihatkan secara detail
kepada publik. Bahkan hingga saat ini, SMS itu tidak ada pembuktian secara
sah, yaitu apakah memang SMS itu benar-benar dari pelaku (Antasari Azhar)
kepada korban (N. Zungkarnain) atau bukan.
- Seorang perempuan yang bernama Rani
Juliani, yang dikatakan ada kaitannya dengan kasus di atas pun tidak
pernah dihadirkan di depan publik atau di ruang sidang secara bersamaan.
- Penetapan Antasari Azhar sebagai
tersangka, juga terkesan janggal, yaitu di mana “tersangka langsung
diisolasi secara ketat atau dipendam suara kebenarannya”.
- Ketika kuasa hukum tersangka mengajukan
banding kepada MA terkesan dipandang sebelah mata. Sehingga suara itu
diabaikan begitu saja, dianggap seperti sampah.
Bertolak dari lima kejanggalan di atas, saya meragukan kebenaran hukum
yang diberlakukan terhadap Antasari Azhar. Bahkan saya berpikir, bahwa
jangan-jangan Antasari Azhar dijadikan korban politik oleh mereka yang takut
kedudukannya terancam. Logikanya begini: Jika salah seorang tinggal atau hidup
dilingkungan yang semua penduduknya adalah pencuri. Maka suara kebenaran di
situ pasti tidak berharga sama sekali. Artinya, adalah sangat tidak mungkin satu
orang benar dapat mengatakan, bahwa “semua tetanggaku adalah pencur”, sekalipun
memang benar, bahwa semua tetangganya adalah pencuri. Contoh yang lain lagi:
salah seorang waras yang tinggal dilingkungan orang-orang gila. Adalah sulit
baginya untuk mengatakan, bahwa semua orang yang ada dikompleks perumahannya
adalah tidak waras/ gila. Mungkin sebaliknya, yaitu yang waras, yang dikatakan
orang gila oleh mereka yang tidak waras tersebut.
Bak seorang grafis desainer maupun pecinta seni mengolah gambar yang
sangat ahli menggunakan Photoshop untuk mengedit atau merekayasa kebenaran demi
mendapatkan sejumlah uang. Beberapa kejanggalan di atas bukan tidak dapat
dijawab, tetapi mungkin mereka yang berhak untuk menjawabnya sedang berada
dipikah kejahatan. Mereka rela menukar suara kebenaran, yang lahir dari hati
nurani dengan sejumlah uang. Karena itu, tidak heran kejahatan merajalela,
mendakwa, menekan, dan menindas kehidupan rakyat kecil yang lemah secara
ekonomi, politik, dan lemah secara hukum. Jika Antasari saja bisa dicebloskan
ke dalam penjara, apalagi rakyat kecil. Pasti semakin menjadi santapan lezat
bagi para binatang. Demi sejumlah uang, mereka merela menghianati hati nurani
yang dianugerahkan oleh Tuhan. Negara akan menjadi lebih baik dan sembuh dari
lukanya, jika para pemimpinnya memiliki integritas dan itiket yang baik.
Sebaliknya, negara akan runtuh dan sistemnya pasti hancur jika dipimpin oleh
mereka yang gemar dan mencintai uang lebih dari manusia yang ada di dalam
sebuah negara itu sendiri.
No comments:
Post a Comment