Monday 20 February 2012

MARI BERGURU KEPADA LEBAH!


Oleh: Sugiman

Lebah merupakan sekelompok besar serangga yang dikenal karena hidupnya berkelompok meskipun sebenarnya tidak semua Lebah bersifat demikian. Semua Lebah masuk dalam suku atau familia Apidae (ordo Hymenoptera: serangga bersayap selaput). Meskipun demikian, ada banyak sifat unggul yang diperlihatkan oleh mereka, yang mungkin tanpa mereka sadari bahwa hal itu telah dan sedang diamati oleh manusia. Sangat menagjubkan. Manusia yang menganggap dirinya jauh lebih bijak, cerdik, genius/ cerdas, dan berilmu tidak mampu menandingi mereka. Jika dilihat dari sudut pandang teologis, salah satu makna yang dapat kita petik adalah mengakui dengan jujur, bahwa segala hikmat, ilmu pengetahuan, keunggulan, dan perilaku yang luar biasa lainnya bukanlah dari mereka sendiri. Melainkan diberikan oleh Sang Pencipta yang jauh melebihi semuanya. Namun tidak semua orang dapat mengetahi dan melihatnya?

Lebah adalah salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang berbadan mungil, mereka tidak bisa berpikir sebagaimana layaknya yang  dilakukan oleh manusia. Namun mereka dapat memperlihatkan sifat-sifat unggul yang jarang, dan bahkan tidak terpikirkan oleh banyak orang. Setiap insinyur, manajer, manajer pelaksana, dan bahkan seorang karyawan sekalipun menempuh pendidikan, berbagai pelatihan atau keterampilan lainnya dalam jangka waktu tertentu sebelum ditempatkan pada posisi masing-masing. Bahkan setelah setiap orang menempati masing-masing posisinya, mereka tetap tidak semuanya bisa menandingi kemampuan cara kerja Lebah. Berikut adalah beberapa hal yang diperlihatkan secara alami oleh Lebah, yang tanpa mereka sadari bahwa mereka sedang, akan, dan terus akan diawasi dan dipelajari oleh sebagian kecil manusia (tidak semua orang).

1.      Kerja sama yang ikhlas atau tulus.
Bekerja sama merupakan ciri-ciri makhluk Tuhan yang menyadari sepenuhnya akan keterbatasannya. Setiap makhluk ciptaan-Nya tidak bisa dipisahkan dari makhluk atau benda ciptaan Tuhan yang lainnya. Karena itu dibutuhkan kerja sama. Kerja sama tidak berarti semuanya harus melakukan tugas yang sama, melainkan melakukan semua jenis pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan dan talenta yang Tuhan berikan. Tidak cukup hanya itu, tetapi ketulusan atau keikhlasan juga sangat dibutuhkan dalam kerja sama. Hal itulah salah satu keunggulan yang diperlihatkan oleh kehidupan Lebah. Mereka mengisi kantong-kantong madu dengan sangat hati-hati, teliti dan penuh perhitungan. Mereka sadar betul akan keterbatasan sebagai makhluk ciptaan, karena itu dibutuhkan kerja sama.

Pertanyaannya, apakah manusia semuanya bisa bekerja sama? Bisa, tetapi tidak semuanya bisa. Karena setiap orang cenderung bekerja sendiri-sendiri, dan dari situlah kesombongan dihasilkan, yaitu di mana setiap orang berusaha untuk menonjolkan, bahwa dirinya-lah yang paling hebat. Kesombongan adalah awal dari kehancuran, dan kesombongan juga adalah tahap awal penolakan manusia terhadap Tuhan, dan bahkan melupakan-Nya.

2.      Fokus pada kualitas terbaik (tujuan utama)
Untuk mendapatkan hasil atau kualitas terbaik, adalah tidak cukup hanya dengan bekerja sama, kemudian mengabaikan kualitas. Koloni Lebah tidak hanya mampu bekerja sama dengan Lebah yang lainnya (kelompoknya), tetapi juga mampu memberikan hasil atau kualitas terbaik mereka. Saya kira itulah salah satu prioritas utama mereka. Bagaimana dengan manusia? Sebagian kecil iya, tetapi lebih dari itu tidak. Karena kecenderungan manusia adalah suka bekerja asal-asalan, yaitu asal dapat gaji dan dapat bekerja, asal sibuk, asal bayar kontrakan atau membiayai kehidupan keluarga, sudah cukup. Bekerja tidak maksimal pasti mendapatkan hasil yang tidak maksimal juga. Hasil yang tidak maksimal hanya bisa merugikan. Orang-orang yang demikian adalah orang-orang yang suka mengabaikan kualitas terbaik. Sehingga akibatnya, mereka kehilangan kepercayaan dari yang lainnya.

3.      Tanggung jawab dan tahu diri (bertanggung jawab penuh)
Selanjutnya, tanggung jawab dan tahu diri juga dijunjung tinggi oleh setiap Lebah. Umumnya, koloni Lebah madu terdiri dari Lebah pekerja, pejantan, dan ratu, dan masing-masing dari mereka bekerja sama dengan sangat tertib, tanpa ada dengki, iri hati, cemburu, apalagi mengambil alih yang bukan bagiannya. Tetapi mereka menyadari betul (tahu diri), bahwa mereka telah melakukan semuanya dengan penuh tanggung jawab, dan sesuai dengan keahlian masing-masing di bidangnya. Harun Yahya adalah seorang cendekiawan asal Turkey menggambarkan dengan sangat detail, cara kerja Lebah madu. Dia mengatakan, bahwa Lebah pekerja bertanggung jawab penuh untuk memeriksa sel-sel tempat penyimpan makanan, sel-sel yang akan digunakan Lebah ratu. Lebih jauh lagi, Lebah-lebah tersebut juga mengatur temperatur atau kelembaban di dalam sarang. Bahkan jika diperlukan mereka menggunakan kipasan sayapnya.

4.      Teliti dan Inisiatif tinggi
Hal mengagumkan lainnya yang diperlihatkan oleh Lebah madu adalah mereka membangun kantong-kantong madu dengan sangat rapi, mereka membangunnya dari titik-titik yang berbeda-beda. Ratusan dan bahkan ribuan Lebah membangun dan menyusun rumahnya dengan sangat teliti, yaitu mulai dari tiga atau empat titik awal yang berbeda-beda hingga semuanya bertemu di tengah atau menghasilkan sarang yang utuh. Karena begitu telitinya, setikit pun kesalahan tidak tampak. Dengan hikmat, kecerdasan, kepintaran yang diberikan oleh Sang Pencipta, merea dapat memperhitungkan besar sudut antara rongga yang satu dengan yang lainnya. Bahkan Harun Yahya mengatakan, satu rongga dengan rongga dibelakangnya selalu dibangun dengan kemiringan 13 derajat dari bidang datar. Dengan demikian, kedua sisi rongga berada pada posisi miring ke atas yang bisa mencegah agar madu tidak mengalir dan tumpah. Tidak hanya teliti, mereka juga memiliki inisiatif yang tinggi dalam bekerja, yaitu tanpa harus diperintah atau disuruh-suruh mereka melakukan semua pekerjaan sesuai kesadaran tanggung jawab pribadi. Sungguh menakjubkan.

5.      Kebersihan
Kebersihan sarang sangatlah penting bagi kesehatan para Lebah, terutama ratu dan larva dalam koloni. Lebah pekerja membuang seluruh bahan yang sudah tidak berguna atau berlebih yang ada dalam sarang. Ini memperlihatkan dengan gamblang, bahwa setap saat (siang dan malam) mereka selalu mengontrol keadaan sarang. Bahkan jika ada serangga penyusup yang tidak mampu mereka keluarkan dari sarang harus dibunuh terlebih dahulu, setelah mereka membungkus dan mengawetkannya dengan Propolis (menyerupai pembalseman mayat). Propolis adalah suatu bahan istimewa yang sifatnya anti bakteri sehingga sangat baik digunakan sebagai pengawet. Padahal Propolis adalah bahan yang hanya dapat dihasilkan dalam kondisi laboratorium dengan teknologi dan tingkat pengetahuan ilmu kimia yang cukup tinggi. Tetapi Lebah sama sekali tidak mempunyai pengetahuan tentang ini, apalagi laboratorium dalam tubuhnya. Lalu dari mana mereka bisa tahu bahwa itu Propolis yang fungsinya untuk mengawetkan? Silahkan jawab sendiri! Saya hanya berusaha mencari jawab mengenai siapa yang ada di balik kehidupan mereka.

6.      Komunikasi yang baik
Proses mengisi kantong-kantong madu yang telah tersedia pasti sangat melelahkan, yaitu di mana para Lebah pekerja harus mengumpulkan cairan manis dari bunga-bunga. Ini bukanlah suatu tugas ringan yang harus mereka kerjakan, hasil penilitian ilmiah terkini mengatakan, banhwa untuk memproduksi setengan (½) kilogram madu, para Lebah pekerja harus mengunjungi sekitar 4 juta kuntum bunga! Bagaimana mereka dapat menemukan bunga-bunga di dalam ruangan dunia yang sangat luas? Mengapa mereka tidak pernah tersesat saat kembali ke sarang? Bagaimana mereka datap membedakan bunga yang beracun dan yang tidak? Bagaimana teman-temannya yang lain bisa mengetahui bahwa di sana ada sumber bunga?

Hasil penelitian ilmiah membuktikan, bahwa ketika seekor Lebah menemukan sumber bunga, maka tugas berikutnya adalah kembali ke sarang dan memberi tahu Lebah-lebah lain di mana lokasi bunga yang lainnya. Selanjutnya, setiap Lebah harus membiarkan teman-temannya menguji kualitas sari bunga dengan cara mencicipinya terlebih dahulu sebelum dibawa ke sarang. Selanjutnya, Lebah juga menunjukan arah atau sumber bunga yang baik dan berkualitas dengan cara menari dan mengoyangkan badannya di tengah sarang. Sungguh cara yang sangat unik dan sulit untuk dipercaya. Hasil sebuah penelitian di California yang telah teruji mengatakan, bahwa setiap gerakan, yaitu lama dan jumlah gerakan dalam tarian tersebut memberikan makna atau informasi yang sangat penting dan berharga bagi Lebah yang lainnya. Bahkan dikatakan, bahwa Lebah pemandu tidak hanya menunjukkan arah sumber bunga, tetapi juga memberi tahu jarak tempat di mana bunga itu ada. Sungguh cara berkomunikasi yang unik, mencengangkan, meskipun sulit dipercaya!

Jika setiap orang mau belajar dari lebah, bukan tidak mungkin mengubah dunia di mana dia hidup sesuai kapasitas yang dipercayakan Tuhan kepadanya. Misalnya, jika para politikus yang ada di Indonesia menerapkan cara kerja lebah dalam meningkatkan kualitas kinerja mereka, maka bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi negara sukses, mengurangi pengangguran, mengurangi kemiskinan, kekerasan, dan meningkatkan pendidikan. Tetapi sayang, para politikus yang hidup di negara Indonesia sebagian besar gengsi dan tidak mau belajar dari lebah. Sehingga korupsi semakin menjadi-jadi. Korupsi adalah akar semua masalah negara Indonesia.

Sungguh, kasus politik di Indonesia menguras tenaga, pikiran, dan perasaan (perasaan prihatin, emosi dan sebagainya). Kasus korupsi menyeret negara Indonesia ke ambang pintu kehancuran. Kasus korupsi telah meruntuhkan hakikat dan martabat bangsa Indonesia. Selain itu, kasus ketidakadilan juga menjadi pelengkap dan atas masalah-masalah korupsi. Kebohongan telah merobek dan menghianati hati nurani. Hati nuran adalah tempat ketulusan, suara kebenaran, dan belas kasihan. Tetapi kini ditempati oleh kebencian, sakit hati, dendam, kebohongan, dan sifat-sifat kebinatangan lainnya. Tanpa merasa bersalah mereka merampok kekayaan negara untuk kepentingan pribadi. Tidak perduli rakyat mati kelaparan, kurang gizi, menjadi pengamen, gelandanmgan dan melarat, tidak memiliki tempat tinggal karena digusur dan diusir di mana-mana, tidak bisa menikmati pendidikan selayaknya, gedung sekolah pun masih banyak yang tidak diperhatikan.

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tidak ada bedanya dengan poster atau iklan di tepi-tepi jalan. Mereka mengatasnamakan diri sebagai wakil rakyat, tetapi menindas rakyat. Hal itu terlihat dari hasil kinerja mereka juga cenderung asal-asalan, sehingga hasilnya pun tidak maksimal. Mereka lupa, bahwa kualitas terbaik itulah yang dapat memperbanjang umur dan membawa mereka menemukan kehidupan yang bermakna, sekalipun mereka telah tiada di kemudian hari. Saya kira itulah yang dijunjung tinggi oleh para pahlawan sebelum tahun 1945 saat itu, tetapi diabaikan saat ini (abad ke-21). Negara Indonesia adalah ibu yang telah melahirkan saya, anda dan semua orang yang hidup di Indonesia. Saya mencintai ibu (bangsa Indonesia), tetapi saya benci dengan sifat-sifat ibu yang suka menindas, korupsi, menelantarkan kami sebagai anak-anakmu. Ibu kandung seharusnya melindungi anak-anaknya, tetapi yang terjadi justru sebaliknya.

No comments:

Post a Comment