Sunday, 12 February 2012

DOA SANGAT MEMBUTUHKAN TINDAKAN


Oleh: Sugiman

Dalam beberapa seminar Kristen tidak jarang mengangkat tema mengenai “DOA YANG BERKUASA”. Mendengar tema itu terkadang saya tertawa sebentar tanda tidak setuju. Mengapa? Karena fokusnya bukan pada Tuhan, tetapi pada doa. Seandainya seseorang bertanya kepada Anda demikian: “manakah yang lebih berkuasa, Tuhan atau doa”? Ya Tuhan-lah. Jika doanya yang berkuasa, lantas Tuhan ditempatkan di mana?

Selanjutnya, ada mereka yang mengatakan bahwa doa adalah napas kehidupan manusia. Pendapat yang lain mengatakan, bahwa doa adalah alat komunikasi antara manusia dengan Tuhan. Menurut saya tidak ada yang salah dari ketigaa pendapat di atas, tetapi pemahaman doa akan menjadi salah atau keliru jika hanya dipahami sebagai “yang berkuasa”, “napas kehidupan” atau sebagai “alat komunikasi” antara manusia dengan Tuhan. Karena menurut saya, doa tidak hanya sekedar napas kehidupan, atau alat komunikasi belaka, melainkan doa adalah relasi timbal balik antara manusia dengan Tuhan. Doa adalah sebuah laporan kepada Tuhan bahwa kita telah siap untuk melakukan banyak hal yang mendatangkan kebaikan bagi kita dan semua orang sesuai dengan permohonan yang disetujui oleh Tuhan.

Doa tanpa tindakan adalah sama artinya dengan permohonan yang diajukan kepada Tuhan supaya melakukan semua perintah kita. Jika doa hanya dipahami demikian, maka yakinlah jika doa itu tidak akan menghasilkan apa-apa. Karena itu, tidak heran banyak orang memaksa Tuhan untuk melakukan sesuai keinginannya, yaitu menjadikan Tuhan sebagai pembantunya. Seolah-olah semua masalah telah selesai ketika si pendoa membacakan daftar atau agenda yang dia bicarakan bersama Tuhan. Padahal berdoa itu seumpama seorang bawahan yang sedang menyodorkan selembar kertas yang berisi visi dan misi kepada atasan untuk meminta persetujuan supaya ditandatangani oleh Tuhan. Dengan demikian kita tidak menyalahi aturan yang diberlakukan-Nya.

Dalam konteks itulah Harold S. Kushner mengatakan, bahwa Kita tidak dapat meminta pada Tuhan sesuatu yang dapat kita kita usahakan sendiri hanya supaya kita terbebas dari tugas untuk melakukannya. Tetapi kita harus hadir di dalamnya dan melakukan semuanya bersama Dia ketika kita merasa tidak mampu.

Jack Riemer dan Likrat Sahabbat menuliskan demikian:

Kami tidak dapat hanya berdoa kepada-Mu, ya Tuhan, untuk mengakhiri perang; Karena kami tahu bahwa Engkau sudah menciptakan dunia sedemikian rupa, sehingga manusia harus menemukan caranya sendiri untuk mewujudkan perdamaian dalam dirinya dan dengan tetangganya.

Kami tidak dapat hanya berdoa kepada-Mu, ya Tuhan, untuk mengakhiri kelaparan; karena Engkau telah menganugerahi kami sumber-sumber yang dapat memberi kami makan seluruh bumi jika kami menggunakannya dengan bijaksana.

Kami tidak dapat hanya berdoa kepada-Mu, ya Tuhan, untuk mengakhiri prasangka, karena Engkau sudah menganugerahi kami kedua mata untuk melihat yang baik dalam semua manusia jika kami menggunakannya dengan benar.

Kami tidak dapat hanya berdoa kepada-Mu, ya Tuhan, untuk mengakhiri keputusan; karena Engkau sudah menganugerahi kami kekuatan untuk menyingkirkan kemiskinan dan memberi pengharapan, jika kami menggunakan kekuatan kami dengan adil.

Kami tidak dapat hanya berdoa kepada-Mu, ya Tuhan, untuk mengakhiri kesakitan, karena Engkau sudah menganugerahi kami pikiran cerdas yang dengan itu mencari obat dan penyembuhan jika kami menggunakannya secara konstruktif.

Karena itulah kami berdoa kepada-Mu, ya Tuhan,
untuk kekuatan, tekad dan keteguhan hati,
untuk berbuat bukan sekedar berdoa,
untuk menjadi bukan sekedar berharap.

No comments:

Post a Comment