Wednesday, 8 February 2012

BERHENTILAH SEJENAK!


Oleh: Achmad Siddik

Seorang pria melintas di sebuah taman. Taman itu dihiasi dengan air mancur yang pada bagian tengahnya. Disekeliling air mancar terlihat bunga Iris merah muda yang sedang mekar.
Tiap hari dia melewati taman itu sebelum sampai di tempat kerjanya. Tempat kerja pria profesional muda ini adalah sebuah gedung pencakar langit. Rutinitas dan target kerja yang ketat membuat keindahan taman itu tak terlihat olehnya.

Pagi itu, seperti ada sesuatu yang membuatnya ingin berhenti sejenak, ia melihat seorang Ibu bersama anak kecil berumur sekitar 4 tahun berjalan bergegas. Sang Ibu menuntun putrinya dengan langkah cepat. Sementara sang anak tergopoh-gopoh mengiringi ibunya. Tiba-tiba sang anak menarik-narik tangan ibunya.
”Sebentar, Ma, berhenti dulu. Lihat Ma, ada pelangi di belakang air mancur.”
”Ayo, Adik, kita bisa ketinggalan bus, kalau tidak segera sampai halte sekarang.” sang ibu mencoba menolak tarikan tangan anaknya. Sang ibu kemudian menatap wajah memelas anaknya. Sang ibu merasa kasihan.

Pria itu berhenti dan terdiam. Ia ingin memperhatikan apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia menduga sang ibu pasti akan menuntun anaknya menuju halte bus. Pria itu melangkah mendekat ke tempat Ibu dan putrinya berdiri. ”Baiklah Adik, nanti juga ada bus lain.” Sang ibu membalas permintaan anaknya.

Dugaan Pria itu salah. Ibu dan anak itu berjalan menuju air mancur di tengah taman itu. Pria itu pun mengikuti dari belakang dan ingin mengetahui kejadian berikutnya.
Sesampainya di air mancur yang dikelilingi bunga Iris, sang ibu berlutut sambil memeluk putrinya. Kecerian terbit dari wajah mereka karena bisa bersama-sama menikmati keindahan pelangi dan bunga Iris.
Sementara pria yang sejak tadi mengamati kejadian itu tertegun. Tak ada kata yang bisa terucap dari mulutnya. Taman itu kini laksana surga yang terhampar begitu indah di hadapannya. Pelangi dibalik percikan air mancur terlihat seperti lukisan indah di kanvas biru. Bunga Iris berwarna merah muda nampak seperti gadis cantik memakai mahkota indah.

Dia merasa malu terhadap dirinya. Sebelum hari ini, taman indah ini laksana benda mati tanpa makna. Air mancur yang mengalir bening dia anggap suara air yang berisik. Bunga Iris yang demikian indah seolah hanyalah warna alam tanpa rasa. Kesibukan telah membuatnya mati rasa. Seolah tak ada waktu untuk menikmati keindahan dari yang dilewatinya.

Pria itu mendapat pelajaran berharga dari ibu dan putrinya tadi. Ia sudah bekerja sangat keras sepanjang tahun tanpa cuti. Ia tak merasakan kehangatan dalam keluarganya. Hampir-hampir tak ada kata ”Sebentar” dalam hidupnya. Dia kini bertekad untuk tak melewatkan setiap pelangi yang terlukis di langit, menikmati keindahan bunga Iris di taman dan semua karunia yang diberikan-Nya.

Terkadang kita bergerak demikian cepat dalam menggapai cita-citah kita. Sayangnya, gerakan cepat itu hanya dilakukan oleh tubuh kita, tidak bersama jiwa kita. Kita meninggalkan tubuh kita melesat mendahului jiwa kita. Akhirnya tubuh ini berjalan tanpa jiwa. Tubuh yang kehilangan jiwa tidak mampu menangkap keindahan karunia-Nya, tidak peka dengan nikmat yang ada di depan matanya dan sulit menangkap isyarat kebaikan dari alam sekitarnya.

Tidak perlu merasa bersalah untuk berhenti sejenak dan berpikir. Waktu yang rileks dan tenang akan berguna untuk melihat segala sesuatu menjadi lebih proporsional. Jangan tinggalkan jiwa kita, jangan matikan rasa kita dan berbagilah pelangi untuk orang-orang yang kita cintai.

Sumber : 
www.kompasiana.com/achmadsiddikthoha

No comments:

Post a Comment