Oleh: Sugiman
Dalam bukunya yang berjudul: Harga yang Harus Dibayar oleh Seorang Murid Kristus, Dietrich Bonhoeffer memperlihatkan bahwa untuk menjadi murid Kristus yang sejati itu harus berani membayar harga. Buku ini dilatarbelakangi oleh pengalamannya sendiri. Dietrich Bonhoeffer adalah seorang pendeta dan teolog muda Jerman yang terkenal dan pemberani melawan pemerintahan Adolf Hitler. Adolf Hitler adalah pemimpin politik Nazi dan pemimpin terkejam di dunia pada tahun 1934 – 1945. Adolf Hitler membunuh para penentangnya dalam partai Nazi yang dipimpinnya. Karena dendam peribadi terhadap komunisme dan orang-orang Yahudi, maka Hitler mencari-cari kesalahan mereka. Ketika terjadi kemerosotan ekonomi di Jerman, Hitler menggunakan kesempatan itu untuk menyalahkan dan membunuh komunisme dan orang-orang Yahudi. Sadis sekali.
Dalam masa itulah Dietrich Bonhoeffer tampil sebagai pengkhotbah yang menentang kepemimpinan Hitler. Melalui khotbahnya dan surat-surat penggembalaannya, dia mengecam pemerintahan Hitler sebagai pemerintahan kafir yang akan dihukum Allah. Melalui siaran radio Bonhoeffer juga mencela orang-orang yang mendewakan kepemimpinan Hitler adalah sama halnya dengan menyembah berhala. Karena itu, pemerintah Nazi menyetop siaran itu sebelum selesai. Ancaman demi ancaman dari pemerintah Nazi pun semakin keras dan hebat bahkan dia disuruh melarikan diri ke Amerika Serikat, tetapi hanya satu bulan di sana ia kembali lagi ke tanah airnya untuk menentang dan melawan pemerintahan Hitler. Pada tahun 1942 dia ditangkap dan dimasukan ke dalam penjara bersama-sama dengan orang-orang yang berusaha membunuh Hitler. Tetapi di dalam penjara pun Bonhoeffer tidak berhenti menulis dan mengecam pemerintahan Hitler. Dia tidak pernah mengubah pendiriannya.
Beberapa minggu sebelum Nazi kalah perang melawan Uni Soviet, Bonhoeffer dihukum gantung hingga meninggal di Flossenburg. Kematian Dietrich Bonhoeffer memperlihatkan, bahwa dia telah membayar harga secara lunas, dan itulah harga yang harus dibayar seorang murud Kristus. Gereja-gereja Jerman, bahkan gereja-gereja di seluruh dunia telah kehilangan seorang putranya yang pandai dan berani menyuarakan suara kebenaran. Menjadi murid Kristus yang sejati adalah tidak semudah mengatakan "Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi." (Lukas 9:57). Tetapi ada harga yang harus dibayar. Berapa harganya? Sangat mahal. Semahal apa? Semahal darah Kristus yang tercurah di atas kayu salib di Golgota. Menurut Bonhoeffer anugerah Allah itu sangat mahal, dan seharusnya itulah yang harus bayar oleh gereja.
Bonhoeffer mengatakan bahwa Gereja yang tidak berani membayar harga adalah Gereja yang cenderung menjual anugerah Allah dengan harga yang murah. Menjual anugerah Allah dengan harga yang murah dan obral hanya akan membuat Gereja-gereja menjadi mati dan tidak berbuah atau tidak menghasilkan sesuatu yang baik bagi lagi. Inilah bahaya terbesar yang harus dilawan oleh Gereja-gereja Kristus. Kekristenan yang menjual murah anugerah Allah hanyalah menjadikan kematian Yesus di atas kayu salib sebagai korban yang sia-sia. Karena Gereja cenderung mengajarkan tentang Allah yang mengasihi manusia yang berdoda, tetapi melupakan dan mengabaikan atau tidak berani menyebutkan betapa bencinya Allah terhadap dosa. Eka Darmaputera mengatakan, bahwa Kekristenan yang murah ialah di mana orang mengharap berkat-berkat besar melimpah karena imannya, tetapi mengabaikan sama sekali tuntutan-tuntutan yang harus dibayar karena imannya. Kekristenan yang murah adalah ketika seseorang dengan mudah menyesuaikan diri dengan dunia ini. Lebih dari itu ia berusaha mengikuti jalan Kristus.
Bonhoeffer benar! Realita memperlihatkan bahwa Injil sudah tidak ada bedanya dengan barang dagangan yang diobral dipasaran, dibarterkan dengan sangat mudah, yaitu supaya cepat laku, Gereja cepat populer, Injil Kristen cepat laris, dan bahkan dijual dengan separuh harga. Bahkan tidak jarang kita memberikannya dengan gratis ketika dunia ini enggan membayarnya. Ketika seseorang mengatakan mengatakan betapa sukarnya menjadi seorang Kristen, tetapi kita menjawab: oh, itu soal mudah dan sangat gampang, karena Kristus telah membayar lunas dan menghapuskan dosa-dosa kita. Cara yang demikian adalah sama halnya dengan menipulasi Allah untuk kehormatan dan kepopuleran kita di dalam jubah kependetaan saat berbicara depan mimbar.
Sangat keliru jika Injil dipahami dengan murah dan mudah. Padahal Injil itu sangat mahal, jalan yang harus dilalui adalah jalan salib, jalan penderitaan dan jalan kematian. Tidak murah, karena harganya adalah nyawa putra tunggal Allah. Karena itu, setiap usaha manusia yang menjadikan Injil itu mudah dan murah adalah usaha yang merendahkan korban Kristus dan menganggap anugerah Allah itu murahan. Setiap orang yang tertarik pada Injil hanya karena mudah dan murah hanya akan menghasilkan kepalsuan dan kemunafikan dalam hidupnya.
Sungguh, menjadi murid Kristus yang sejati itu harus berani membayar harga. Coba perhatikan perkataan Yesus pada ayat 58: Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya. Kalimat Yesus ini seolah-olah ingin mengatakan, bahwa dari semula kehadiran-Nya sudah ditolak olah ciptaan-Nya. Ketika akan dilahirkan, Yesus dikejar-kejar oleh Herodes yang berusaha membunuh-Nya beserta semua anak laki-laki yang dilahirkan saat itu. Sehingga Dia harus dibawa ke Betlehem dan dilahirkan di kandang domba. Artinya, jika ingin menjadi murid Yesus, maka harus siap ditolak oleh semua orang yang membenci-Nya. Pertanyaannya adalah apakah setiap orang Kristen siap ditolak oleh dunia? Jawab dalam hati Anda!
Selanjutnya, dalam ayat 60 Yesus mengatakan: Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana. Kalimat ini memperlihatkan, bahwa dalam situasi apapun, entah itu penolakan, penganiayaan, dan bahkan pembunuhan, kerajaan Allah harus tetap diberitakan. Pertanyaannya adalah masihkan kita berani memberitakan Injil kepada orang yang menolak dan menganiaya kita? Masihkah kita mengatakan bahwa aku tetap akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi? Dan masihkah kita tetap berani memberitakan kerajaan Allah kepada orang-orang yang berusaha membunuh atau menghilangkan nyawa kita? Jawab dalam hati Anda.
Mengikuti jejak Kristus adalah harus siap menyangkal diri, memikul salib dan itulah harga yang harus dibayar oleh seorang murid Kristus. Menjadi murid Kristus berarti siap mengikuti jejak Kristus hingga ke jalan Salib jika dibutuhkan-Nya. Jangan sampai Yesus mengatakan kepada kita demikian: Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah. (Lukas 9:62).
No comments:
Post a Comment