Monday, 5 March 2012

MARI KITA BELAJAR MENYARING KATA-KATA

Oleh: Sugiman

Tajam kata-kata adalah seperti sebuah pisau bedah, bisa membawa kematian jika disalahgunakan dan memberi kehidupan jika digunakan dengan benar dan tepat. Itulah kata-kata dan tidak lebih dari itu.

Kata-kata bisa menjadi obat yang manjur bagi mereka sakit, tetapi serentak dengan itu kata-kata juga bisa menjadi racun yang mematikan bagi setiap orang. Seorang bijak pernah mengatakan demikian: Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya (Amsal 18:13). Sebuah kalimat yang mengingatkan kita betapa pentingnya memperhatikan kualitas kata-kata yang kita ucapkan. Meski hanya terdiri dari susunan alfabet sederhana, kata-kata memiliki daya atau kekuatan yang dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif.

Mungkin kita pernah mengalami banyak peristiwa yang sangat menyenangkan dan membahagiakan karena kata-kata. Tetapi kita juga tidak jarang mengalami kesedihan yang mendalam, luka batin yang mendalam dan sangat menyakitkan karena kata-kata. Seorang remaja pria merasa seperti hidup di surga saat mendengar kalimat “I love you” dari seseorang yang selama ini jadi impiannya. Sebaliknya, sebagian besar remaja merasa seperti hidup di neraka saat mendengar kalimat “sampai di sini saja hubungan kita”. Karena itu, mereka putus asa, bahkan sampai bunuh diri karena tidak sanggup menahan rasa sakit dan luka batin yang sangat mendalam. Kalimat “sampai di sini saja hubungan kita” seolah-olah sebagai pedang bermata dua yang memotong urat nadi inti dalam tubuhnya. Bahkan juga pernah mengalaminya.

Dalam kasus yang lain, seorang remaja mampu memenangkan pertandingan catur di tingkat Internasional karena satu kalimat pendek yang diungkapkan oleh pelatih dan orang-orang terdekatnya (teman, pacar, orangtua) yang mengenal bakat dan kerja kerasnya selama latihan. Padahal kalimat itu hanya berisi: “kamu pasti bisa memenangkannya”. Demikian juga dengan seseorang yang mengalami kegagalan dalam hidupnya bisa bangkit kembali ketika mendengar kalimat: “kegagalan adalah awal dari kesuksesan setiap orang”. Tetapi sebaliknya, kata-kata juga membuat seseorang trauma, takut terhadap kegagalan, memilih lebih berdiam diri, melihat dunia ini adalah sumber penderitaan dan kegagalan yang tidak bisa dikalahkannya. Karena itu, tidak jarang banyak orang yang menyerah sebelum bertanding ketika mendengar kalimat: “memangnya kamu bisa?” atau “kamu tidak ada apa-apanya dibandngkan dengan dia”, atau “dia saja gagal apalagi kamu”. Kalimat yang sederhana tetapi mematikan karakter seseorang. Sekalipun tidak semua orang yang memiliki karakter demikian.

Dalam kasus yang lain lagi, seorang anak yang sering mendengar kata-kata yang bernada merendahkan dari orangtuanya, temannya atau dari gurunya hanya menjadikannya sebagai pribadi yang lemah, berputus asa, dan tidak memiliki semangat hidup. Sehingga ia gambang menyerah, tidak mau berusaha, menjadi orang yang pemalas, lebih memilih sikap pasrah pada keadaan atau tantangan hidup (pesimis), minder, tidak percaya diri, frustrasi, patah hati, antipati, sedih, kecewa, merana, tercampakkan, teraniaya, terluka, terkebiri, dan bahkan merasa sangat terabaikan, dan bahkan sampai akhirnya bunuh diri. Sederhana, tetapi dampaknya sangat besar bagi setiap orang, entah itu positif maupun negatif. Itulah kata-kata.

Dalam kehidupan sehari-hari, harus diakui dengan jujur bahwa pasang surut hubungan seseorang dengan para sahabatnya, saudaranya, kerabatnya, dan pasangannya sangat mungkin disebabkan karena kata-kata. Kata-kata yang bernuansa cinta dan kasih sayang akan membuat hubungan menjadi baik. Sebaliknya, kata-kata yang keluar dalam hubungan kita adalah kata-kata yang penuh dendam, kecurigaan, kebencian, atau kemarahan hanya akan menyebabkan kerusakan dan kehancuran pada sebuah hubungan. Oleh sebab itu, kebijakan dalam merangkai kata-kata hingga menjadi sebuah kalimat yang memiliki kuasa sangat diperlukan atau dibutuhkan. Seorang remaja tidak jadi minum racun karena kata-kata bijak yang pernah didengarnya memberikan harapan yang lebih baik. Seorang pengusaha tidak jadi gantung diri karena kata-kata motivasi, positif dan membawa dia menerima kegagalan sebagai guru kehidupan yang paling jujur dan independent.

Kata-kata seharusnya menjadi sumber kehidupan atau harapan bagi mereka yang berputus asa, menjadi sumber kekuatan bagi mereka yang menyerah, obat yang manjur bagi mereka yang sakit, menjadi tongkat bagi mereka yang pincang, dan menjadi berkat bagi mereka yang merasa terkutuk. Seharusnya demikianlah kata-kata diperlakukan. Namun yang sering kita lakukan justru sebaliknya. Kata-kata yang kita ucapkan seharusnya mewakili suara Tuhan yang selama ini kita sembunyikan dalam hati nurani dan bukan yang lain. Karena suara yang keluar dari hati nurani adalah pemberian dari atas kepada setiap orang. Namun tidak semua orang dapat menyadarinya. Nilai-nilai kehidupan yang dimiliki seseorang adalah bergantug pada kata-kata yang dia ucapkan kepada sesama, terlebih kepada Tuhan.

Oleh sebab itu, perhatikan baik-baik kualitas kata-kata yang anda ucapkan setiap harinya, dan gunakanlah saringan yang paling halus supaya kata-kata yang kita ucapkan mendatangkan kebaikan bagi diri kita maupun orang lain. Jangan hianati hati nurani kita, karena dari situlah Tuhan menyimpan suara-suara kehidupan. Seorang salah seorang motivator mengatakan, bahwa apa yang tidak bisa ditembus oleh jarum, tetapi mampu ditempus oleh kata-kata. Maka dari itu, mulai dari sekarang  Change your words. Change your world.

No comments:

Post a Comment