Oleh: Sugiman
Tajam kata-kata adalah seperti sebuah pisau bedah, bisa membawa kematian jika
disalahgunakan dan memberi kehidupan jika digunakan dengan benar dan tepat. Itulah
kata-kata dan tidak lebih dari itu.
Kata-kata bisa menjadi
obat yang manjur bagi mereka sakit, tetapi serentak dengan itu kata-kata juga
bisa menjadi racun yang mematikan bagi setiap orang. Seorang bijak pernah
mengatakan demikian: “Jikalau
seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya” (Amsal 18:13). Sebuah kalimat yang mengingatkan kita betapa pentingnya memperhatikan
kualitas kata-kata yang kita ucapkan. Meski hanya terdiri dari susunan alfabet
sederhana, kata-kata memiliki daya atau kekuatan yang dapat memberikan pengaruh
positif maupun negatif.
Mungkin kita pernah
mengalami banyak peristiwa yang sangat menyenangkan dan membahagiakan karena
kata-kata. Tetapi kita juga tidak jarang mengalami kesedihan yang mendalam,
luka batin yang mendalam dan sangat menyakitkan karena kata-kata. Seorang
remaja pria merasa seperti hidup di surga saat mendengar kalimat “I love you”
dari seseorang yang selama ini jadi impiannya. Sebaliknya, sebagian besar
remaja merasa seperti hidup di neraka saat mendengar kalimat “sampai di sini
saja hubungan kita”. Karena itu, mereka putus asa, bahkan sampai bunuh diri
karena tidak sanggup menahan rasa sakit dan luka batin yang sangat mendalam. Kalimat
“sampai di sini saja hubungan kita” seolah-olah sebagai pedang bermata dua yang
memotong urat nadi inti dalam tubuhnya. Bahkan juga pernah mengalaminya.
Dalam kasus yang lain, seorang
remaja mampu memenangkan pertandingan catur di tingkat Internasional karena satu
kalimat pendek yang diungkapkan oleh pelatih dan orang-orang terdekatnya
(teman, pacar, orangtua) yang mengenal bakat dan kerja kerasnya selama latihan.
Padahal kalimat itu hanya berisi: “kamu pasti bisa memenangkannya”. Demikian juga
dengan seseorang yang mengalami kegagalan dalam hidupnya bisa bangkit kembali
ketika mendengar kalimat: “kegagalan adalah awal dari kesuksesan setiap orang”.
Tetapi sebaliknya, kata-kata juga membuat seseorang trauma, takut terhadap
kegagalan, memilih lebih berdiam diri, melihat dunia ini adalah sumber
penderitaan dan kegagalan yang tidak bisa dikalahkannya. Karena itu, tidak
jarang banyak orang yang menyerah sebelum bertanding ketika mendengar kalimat: “memangnya
kamu bisa?” atau “kamu tidak ada apa-apanya dibandngkan dengan dia”, atau “dia
saja gagal apalagi kamu”. Kalimat yang sederhana tetapi mematikan karakter
seseorang. Sekalipun tidak semua orang yang memiliki karakter demikian.
Dalam kasus yang lain
lagi, seorang anak yang sering mendengar kata-kata yang bernada merendahkan
dari orangtuanya, temannya atau dari gurunya hanya menjadikannya sebagai
pribadi yang lemah, berputus asa, dan tidak memiliki semangat hidup. Sehingga ia
gambang menyerah, tidak mau berusaha, menjadi orang yang pemalas, lebih memilih
sikap pasrah pada keadaan atau tantangan hidup (pesimis), minder, tidak percaya diri,
frustrasi, patah hati, antipati, sedih, kecewa, merana, tercampakkan,
teraniaya, terluka, terkebiri, dan
bahkan merasa sangat terabaikan, dan bahkan
sampai akhirnya bunuh diri. Sederhana, tetapi dampaknya sangat besar bagi setiap
orang, entah itu positif maupun negatif. Itulah kata-kata.
Dalam kehidupan
sehari-hari, harus diakui dengan jujur bahwa pasang surut hubungan seseorang dengan
para sahabatnya, saudaranya, kerabatnya, dan pasangannya sangat mungkin
disebabkan karena kata-kata. Kata-kata yang bernuansa cinta dan kasih sayang
akan membuat hubungan menjadi baik. Sebaliknya, kata-kata yang keluar dalam
hubungan kita adalah kata-kata yang penuh dendam, kecurigaan, kebencian, atau
kemarahan hanya akan menyebabkan kerusakan dan kehancuran pada sebuah hubungan.
Oleh sebab itu, kebijakan dalam merangkai kata-kata hingga menjadi sebuah
kalimat yang memiliki kuasa sangat diperlukan atau dibutuhkan. Seorang remaja
tidak jadi minum racun karena kata-kata bijak yang pernah didengarnya
memberikan harapan yang lebih baik. Seorang pengusaha tidak jadi gantung diri
karena kata-kata motivasi, positif dan membawa dia menerima kegagalan sebagai
guru kehidupan yang paling jujur dan independent.
Kata-kata seharusnya
menjadi sumber kehidupan atau harapan bagi mereka yang berputus asa, menjadi
sumber kekuatan bagi mereka yang menyerah, obat yang manjur bagi mereka yang
sakit, menjadi tongkat bagi mereka yang pincang, dan menjadi berkat bagi mereka
yang merasa terkutuk. Seharusnya demikianlah kata-kata diperlakukan. Namun yang
sering kita lakukan justru sebaliknya. Kata-kata yang kita ucapkan seharusnya
mewakili suara Tuhan yang selama ini kita sembunyikan dalam hati nurani dan
bukan yang lain. Karena suara yang keluar dari hati nurani adalah pemberian dari
atas kepada setiap orang. Namun tidak semua orang dapat menyadarinya. Nilai-nilai
kehidupan yang dimiliki seseorang adalah bergantug pada kata-kata yang dia
ucapkan kepada sesama, terlebih kepada Tuhan.
Oleh sebab itu,
perhatikan baik-baik kualitas kata-kata yang anda ucapkan setiap harinya, dan gunakanlah
saringan yang paling halus supaya kata-kata yang kita ucapkan mendatangkan
kebaikan bagi diri kita maupun orang lain. Jangan hianati hati nurani kita,
karena dari situlah Tuhan menyimpan suara-suara kehidupan. Seorang salah
seorang motivator mengatakan, bahwa apa yang tidak bisa ditembus oleh jarum, tetapi
mampu ditempus oleh kata-kata. Maka dari itu, mulai dari sekarang Change your words.
Change your world.
No comments:
Post a Comment