Oleh: Sugiman
Ketika saya bertanya dengan beberapa orang pedagang demikian: “apa yang Anda cari ketika berdagang?” Jawaban mereka bermacam-macam. Ada yang mengatakan mencari uang, yang lain mengatakan mencari keuntungan. Selanjutnya, saya mengajukan pertanyaan yang sama juga kepada seseorang yang bekerja di bengkel, jawabannya juga sama dengan yang di atas, yaitu untuk mencari uang dan keuntungan. Apakah jawaban mereka itu salah? Sama sekali tidak, karena uang dan keuntungan adalah kewajiban setiap orang yang bekerja.
Artinya, mana ada seorang pedagang, atau seseorang yang bekerja di bengkel tidak ingin mendapatkan uang, atau mencari rugi? Mungkin hanya orang bodoh yang mau melakukannya. Tetapi ada yang lebih penting dari uang dan keuntungan, yang sering diabaikan oleh setiap orang. Apa itu, ada yang bisa menjawab? Yang sering diabaikan oleh setiap orang adalah kejujuran dan kualitas terbaik. Orang yang berfokus pada uang dan keuntungan adalah mereka yang cenderung mengabaikan kejujuran dan kualitas terbaik. Karena itu, banyak para pedagang dan tukang bengkel yang ditinggalkan oleh para pelanggannya. Mereka merasa sia-sia membeli atau membayar dengan harga mahal, tetapi kualitas yang mereka dapatkan tidak sebanding dengan harganya. Padahal, jika kejujuran dan kualitas terbaik itu diutamakan, maka uang dan keuntungan akan datang dengan sendirinya melalui para pelanggan yang dengan setia. Itulah realita yang ada sekarang.
Teks Matius 6:25-34 yang telah kita baca di atas sebenarnya ingin menekankan hal serupa. Tetapi cakupannya lebih luas, yaitu Kerajaan Allah. Apa itu Kerajaan Allah? Frasa Kerajaan Allah adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suasana, damai sejahtera, aman, nyaman dan sukacita abadi yang dirindukan dan dinanti-nantikan oleh semua orang. Selanjutnya, frasa Kerajaan Allah di sini juga erat kaitannya dengan uangkapan “Berbahagialah” (5:3-13), dengan ungkapan “kamu adalah terang dunia” (5:13-16), dengan uangkapan “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi” (5:20), dengan ungkapan “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (5:44), dengan “hal memberi sedekah” (6:1-4), dengan ungkapan “janganlah berdoa seperti orang munafik” (6:5), dan dengan ungkapan “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya” (6:11).
Artinya, disadari atau tidak, bahwa fokus utama hidup manusia adalah harta, makanan, minuman dan pakaian seperti yang disebutkan pada ayat 25, dari pada mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya terlebih dahulu (6:33). Perhatikan kalimat pada ayat 25b: “Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian”? Secara sederhana, kalimat di atas ingin mengatakan bahwa mereka yang hidup dan terus mencari Kerajaan Allah itu sudah pasti mendapatkan makanan, minuman dan pakaian. Selanjutnya, perhatikan pula kalimat “Pandanglah burung-burung” pada ayat 26 dan kalimat “Perhatikanlah bunga bakung di ladang” pada ayat 28. Kedua kalimat di atas ingin mengatakan, bahwa jika burung-burung dan bunga bakung saja Tuhan pelihara, apalagi setiap orang yang tidak pernah berhenti mencari Kerajaan-Nya (6:30).
Pertanyaannya adalah apakah salah atau tidak boleh seseorang itu kuatir? Siapa bilang itu salah dan tidak boleh kuatir? Justru menurut saya harus kuatir. Bohong jika ada orang yang mengatakan bahwa dia tidak kuatir sama sekali ketika anak perempuannya sering pulang larut malam dengan alasan yang tidak jelas. Atau ketika isterinya mengalami pendarahan ketika melahirkan di rumah sakit. Yang dimaksud “jangan kuatir” di sini adalah perasaan kuatir yang sangat berlebihan, yang dapat membuat kita terdiam dan tidak dapat melakukan tindakan apapun. Perhatikan kalimat pada ayat 27 di katakan demikian: “Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?”. Artinya, jika kita terus- menerus merasakan kekuatiran yang berlebihan dan tidak melakukan tindakan apapun dalam hidup ini, maka kita sama dengan orang-orang atau bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah (6:32). Yang Yesus mau katakan di sini adalah, setidaknya kita memperlihatkan cara hidup yang berbeda dari orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan.
Dengan kata lain, jika seseorang kuatir dengan apa yang hendak ia makan besok, sementara ia tidak melakukan satu tindakan pun yang dapat mendatangkan makanan, maka itu adalah kekuatiran yang salah, dan orang yang demikian adalah sama nasibnya dengan mereka yang tidak mengenal Allah. Melakukan suatu tindakan yang dapat mendatangkan kebaikan bagi diri sendiri dan orang lain adalah suatu usaha mencari Kerajaan Allah. Perhatikan ayat 33 berikut: “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”. Kata “tetapi” di sini adalah menunjuk kepada sesuatu yang jauh lebih utama dari makanan, minuman dan pakaian, yaitu Kerajaan Allah. Mencari atau mengutamakan Kerajaan Allah terlebih dahulu adalah sama maknanya dengan menghadirkan suasana surga yang selama ini dinanti-nantikan oleh semua orang percaya. Menghadirkan suasana surga sama artinya dengan tindakan menerapkan atau melakukan cara-cara hidup yang dapat mendatangkan damai sejahtera, tenteram, aman dan nyaman. Jika semuanya itu telah terjadi, maka semuanya akan ditambahkan kepada Anda, saya dan kepada semua orang percaya. Jadi mengapa kita harus kuatir secara berlebihan.
Bahasa sederhananya adalah, jika lingkungan kita aman, nyaman, damai sejahtera dan tenteram dari para perampok, pencuri, pembunuh dan orang jahat lainnya, maka motor atau mobil beserta kuncinya ketinggalan di halaman rumah pun kita tidak lagi kuatir. Demikianlah juga Allah akan terus memelihara, memberkati dan menuntun orang-orang yang terus mencari dan mengutamakan Kerajaan-Nya. Karena itu, CARILAH DAHULU KERAJAAN ALLAH DAN KEBENARANNYA, MAKA SEMUANYA AKAN DITAMBAHKAN KEPADA KITA SEMUA. Amin.
Shalom. Kerajaan Elohim ( dalam LAI diterjemahkan dipakai nama Allah dan istilah bahasa Ibraninya adalah Malkut haElohim/ מלכות האלהים ) bukanlah istilah yang asing bagi orang Yahudi karena dapat ditemukan dalam tulisan-tulisan para rabi. Juga banyak terdapat ayat di Alkitab yang menyatakan Tuhan Israel ( YHWH atau Adonai ) sebagai raja seperti misalnya dalam Zakharia 14 : 9. Matius 6 : 33 dalam terjemahan bahasa Ibraninya
ReplyDeleteAksara Ibrani : " אך דרשו בדשאונה את מלכות האלהים ואת צדקתו נוסף לכם כל אלה. "
Cara membacanya menurut aturan tata bahasa Ibrani :
" Akh dirshu barishonah et Malkut haElohim ve-et Tzidkato venosaf lakhem kol eleh. "
🕎✡🐟✝🕊📖🇮🇱