Ketika berbicara tentang injil, maka yang ada di benak dari banyak umat
kristen adalah mengacu kepada injil matius, markus, lukas dan yohanes. Memang
pemahaman demikian tidak salah dan tidak juga terlalu keliru. Namun demikian,
paham demikian mempersempit arti dari injil itu sendiri. Selain itu, konsep
injil juga tidak hanya ada dalam perjanjian baru, melainkan juga dalam
perjanjian lama, terutama dalam kitab Deutero dan Trito Yesaya. Apa dan bagai
mana sebenarnya makna mendasar dari injil yang dimaksud? Itulah yang akan
dipaparkan dalam pembahasan ini.
A. Deutero Yesaya
Deutero Yesaya
juga mempunyai gambaran yang sama, tetapi nabi Deutero Yesaya menghubungkan mebasser
(utusan) itu dengan janji keselamatan (Yes 52:7). Ayat ini tidak hanya
berhubungan dengan keluaran dari Babel (52:11), tetapi juga berhubungan dengan
berita-berita dimulainya dominasi kerajaan Allah. Injil yang dimaksudkan
Deutero Yesaya ialah pekerjaan penyelamatan Allah yang berwujud pembebasan
bangsa Israel dari pembuangan di Babel. Termasuk juga di dalamnya pembaharuan
dan penebusan Allah atas Israel. Untuk memahami dengan jelas apa yang
dimaksudkan dengan injil menurut Deutero Yesaya, kita perlu mengikuti
penjelasan berikut ini. Bagian kedua dari kitab Yesaya (40-55) merupakan
karya seorang nabi yang hidup menjelang akhir pembuangan. Mengenai nama dan
pribadi nabi ini tidak diketahui. Panggilan nabi ini berawal dari suara yang
berkata ,”berserulah” (46:6-8). Kata ini bisa berarti panggilan untuk
menyerukan atau mengabarkan injil yaitu segala firman Tuhan yang didengar nabi.
Firman yang
disampaikan itu berhubungan erat dengan keadaan sejarah yang dialami nabi
dengan orang-orang sezamannya.. Ketika Yerusalem dan Bait Allah dihancurkan
Nebukadnezar raja Babel pada tahun 587 sM, ketika itu pula kerajaan Yehuda
sebagai negara yang berdaulat berakhir. Sebagian bangsa Yehuda dibuang ke Babel
secara bertahap. Kejatuhan Yerusalem dan Bait Allah sangat mempengaruhi
keyakinan umat akan peranan Tuhan dalam sejarah Israel. Keadaan sosial ekonomi
mereka yang dibuang ke Babel sebenarnya tidak terlalu buruk. Namun dalam kehidupan
keagamaan mereka sangat menderita dan kekalahan itu merupakan pukulan berat
bagi keyakinan agamanya.
Bahkan, sebagian
umat melihat peristiwa itu sebagai kekalahan Tuhan terhadap dewa-dewa Babel.
Mereka yang dibuang ke Babel beranggapan
bahwa mereka terpisah sangat jauh dari pemeliharaan Tuhan . Karena itu sebagian
mereka berusaha mencari pertolongan lain yaitu para dewa/dewi Babel. Namun
sebagian dari mereka tetap setia kepada Tuhan. Mereka yang setia ini menilai
bahwa tragedi yang dialami bangsa Israel merupakan hukuman Tuhan atas dosa-dosa
bangsa itu sesuai dengan berita-berita para nabi sebelumnya. Di pihak lain
mereka juga sedang menantikan keselamatan yang akan datang setelah penghukuman
berlaku atas mereka. Deutero Yesaya adalah nabi yang hidup di tengah-tengah
situasi penantian itu. Ketika itulah nabi mendengarkan kabar baik (bsr)
atau injil itu tidak lagi disertai embel-embel penghukuman. Pemberitaan nabi
bertujuan meyakinkan umat bahwa Tuhan adalah satu-satunya Allah yang akan
memberikan kelepasan kepada Israel. Ilah-ilah lain sama sekali tidak mempunyai
kuasa untuk mengerjakan dan memberikan kelepasan itu.
Injil itu
juga melibatkan bangsa-bangsa lain.
Dalam nubuat-nubuat sebelumnya, bangsa-bangsa lain juga ditempatkan di bawah
kekuasaan Allah dalam hubungan dengan kedudukan mereka sebagai alat untuk
menghukum umat Allah. Walaupun pada akhirnya mereka juga menjadi sasaran
penghukuman Allah. Dalam pemberitaan Deutero Yesaya, bangsa lain juga
ditempatkan di bawah kekuasaan Allah. Namun kali ini bukan sebagai utusan Allah
yang melaksanakan penghukuman Allah atas umat Allah, melainkan menjadi utusan
Allah yang menjalankan tugas penyelamatan Allah atas umat di pihak lain, dan
sebagai utusan yang menjalankan hukuman atas babel. Karena itu dalam Yesaya
41-48 banyak harapan yang ditujukan kepada Cyrus/Koresy dari Persia.
Berita injil yang
dimaksudkan Deutero Yesaya sepenuhnya bergantung pada anugerah Allah saja.
Tuhan menyelamatkan Israel, sebab Ia mengasihi umat-Nya. Berhubungan dengan
tujuan penyelamatan itu, Deutero Yesaya menilai penghukuman Tuhan atas umat-Nya
merupakan dimensi lain dari keselamatan itu sendiri.
Karya penyelamatan
Allah atas Israel itu mempunyai efek pengutusan bagi umat, yaitu, umat akan
menjadi saksi dan alat yang menyatakan kemuliaan Allah. Tugas pengutusan itu
tergambar dalam kedudukan umat sebagai hamba Tuhan (41:8,9; 42:19; 44:2,8,21;
48:6,20). Israel akan menjadi saksi yang akan menyatakan kepada bangsa-bangsa
dan dunia bahwa hanya Tuhan satu-satunya yang menyelamatkan Israel. Dengan kesaksian
itu, semua bangsa akan mengenal dan menyembah Tuhan. Dengan demikian kabar baik
yang berpusat pada Israel mempunyai tujuan yang universal dan mengandung
pengakuan akan Tuhan sebagai satu-satunya Allah Israel dan bangsa-bangsa.
Gambaran tentang injil keselamatan itu secara garis besar sudah dibentangkan
pada awal Deutero Yesaya (40:3-5). Nabi diperkenankan untuk menyaksikan
peristiwa-peristiwa yang menggoncangkan dunia sesuai dengan berita nabi. Berita
pertama yang terdengar ialah, kebebasan dan kelepasan Yerusalem. Hal ini
ditandai dengan pembangunan jalan bagi Tuhan (40:3). Jalan yang dipersiapkan
untuk Tuhan bertujuan pawai kemuliaan dan kehebatan Tuhan yang mengerjakan
keselamatan bagi umat-Nya. Tindakan penyelamatan Tuhan yang diawali pada berita
pasal 40 dilanjutkan dalam pasal-pasal berikutnya.
Untuk menyatakan
kehebatan karya penyelamatan Allah, nabi menggunakan pengakuan iman Israel yang
tua, yaitu peristiwa keluaran, Sion, penciptaan, dll. Semua pengakuan iman itu
mendapat penafsiran baru dalam konteks waktu itu. Misalnya, nabi menggunakan
pengakuan iman keluaran (43:16,18-21; 48:20; 51:10; 52:12) bukan sekedar
mengingatkan kembali peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelumnya, melainkan
untuk meyakinkan umat akan datangnya tindakan penyelamatan Allah dalam
peristiwa exodus (keluaran yang baru). Sebuah jalan raya akan dibangun mulai
dari Babel menuju Sion. Dalam perjalanan itu, Tuhan akan menjadi pendahulu dan
memimpin umat (52:12). Perjalanan pawai dan pesta keselamatan ini juga akan
menjadi kesaksian tentang kemuliaan/keagungan Tuhan, sehingga semua bangsa akan
mengenal dan menyembah Tuhan.
Bagi nabi karya
penyelamatan Allah melalui peristiwa keluaran baru mempunyai kaitan erat dengan pembangunan
kembali kota Sion. Kota Sion akan dibangun kembali oleh Tuhan atas dasar
kebenaran-Nya. Peristiwa ini akan merupakan pernyataan yang konkret dari
pengampunan Allah atas Israel (49:14-16;50:1-3;51:17-23; 54:1-10;55:6,9).
Dengan menggunakan tradisi Sion, nabi membayangkan suatu kerajaan merdeka;
pembebasan dari pembuangan; dan kesejahteraanpun terjamin.. Semuanya itu hanya
terjadi karena ada persekutuan yang mesra antara umat dengan Tuhannya. Dengan
demikian Sion akan menjadi kota kebenaran yang kemuliaannya akan melebihi Sion
yang lama (54:1-3). Di Sionlah Tuhan akan membaharui perjanjian-Nya (53:3).
Hakikat pembaharuan ini ialah belas kasihan Allah yang nyata dalam
pengampunan-Nya atas Israel. Nabi juga menekankan bahwa kebesaran perbuatan
Allah atas Sion merupakan kebesaran seorang raja yang mengatasi raja-raja
dunia. Gelar raja ini adalah wajar, karena kuasa Tuhan yang nyata dalam karya
penyelamatan Allah melalui pembangunan kembali kota Sion. Gelar raja yang
dikenakan kepada Tuhan bermaksud menentang agama Babel yang menganggap Marduk
sebagai raja. Gelar ini sebenarnya berakar pada pemahaman Israel sendiri. Bagi
bangsa Israel, Tuhan sebagai raja merupakan penguasa tunggal dalam persekutuan
umat di Sion.
Seperti yang
dijelaskan sebelumnya bahwa Injil keselamatan Israel ini bersifat universal,
hal yang sama tampak dalam keselamatan kota Sion. Di Sion bangsa-bangsa akan
menyaksikan kemuliaan Allah (52:10). Dengan demikian Injil keselamatan yang
dutujukan kepada Israel melibatkan umat manusia dari seluruh bangsa dalam karya
penyelamatan Allah.
Penegasan nabi terhadap
injil keselamatan itu tampak pula melalui penafsirannya terhadap pokok
pengakuan iman penciptaan. Nabi mengangkat riwayat penciptaan dalam konteks
penciptaan Israel baru yang terjadi ketika Allah mengampuni dan menebus umat
Allah dari pembuangan di Babel. Di samping itu, dengan mengangkat tradisi
penciptaan, nabi juga bermaksud menegaskan tentang kedudukan Tuhan sebagai
pemilik dunia dan segenap isinya termasuk bangsa-bangsa yang terlibat dalam
kancah sejarah waktu itu, seperti Babel dan Persia. Dengan demikian Tuhan
Israel tidak dapat dibandingkan dengan para ilah bangsa lain. Hanya Allah
Israel yang mampu menciptakan sejarah baru dan menebus Israel (44:24;54:5).
Dari penjelasan di atas dapat kita memahami bahwa Injil yang dimaksudkan nabi
dalam Yes 52:7 ialah keselamatan Israel dan bangsa-bangsa melalui pengampunan
dan penebusan Allah semata-mata. Keselamatan itu meliputi antara lain
persekutuan mesra dengan Allah dan persekutuan antar bangsa, pembebasan dari
penawanan di Babel, dll.
B. Yesaya 61:1,2
“Roh Tuhan Allah
ada padaku, oleh karena Tuhan telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk
menyampaikan kabar baik (basser) kepada orang-orang sengsara (anawim),
dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada
orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara,
untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan dan hari pembalasan Allah kita, untuk
menghibur semua orang berkabung.”
Kesimpulan
Ayat-ayat di atas
merupakan bagian dari Trito Yesaya (Yes 56-66). Dalam Trito Yesaya, kata bsr
agaknya mengalami intensifikasi arti, sebab dalam Trito Yesaya 60:6, kata
tersebut dimengerti sebagai kabar masyur perbuatan Tuhan. Di pihak lain dalam
Yes 61:1-2, kata tersebut digunakan bukan sekedar menyangkut nubuat nabi
tentang masa depan, tetapi menyangkut kabar baik bagi orang-orang
sengsara/tertindas (lebasser anawim). Pada ayat ini Injil merupakan
berita keselamatan bagi orang-orang tertindas dan miskin. Kabar sukacita Allah
di sini meliputi perbuatan penyembuhan, pembebasan, penghiburan, keselamatan,
dll. Injil di sini berbicara tentang tindakan-tindakan nyata bagi mereka yang
sengsara dan tertindas. Injil Trito Yesaya ini kemudian menjadi basis bagi kata
kunci euanggelion (Injil) PB. Dalam Mat 4:23 Yesus menekankan hal-hal
yang disebutkan Trito Yesaya itu, ketika Yesus berbicara tentang kabar baik
kerajaan Allah. Demikian pun Yesus dalam Luk 4:18,19 menerapkan Yes 61:1-2 pada
diri Yesus untuk menjelaskan tugas-Nya.
Dari
beberapa bagian kitab PL yang menggunakan kata bsr (injil), kita dapat
mengerti bahwa injil dalam PL merupakan karya penyelamatan Allah melalui
pengampunan dan penebusan Allah atas
umat-Nya. Keselamatan itu meliputi semua bangsa walaupun melalui penyelamatan
Israel. Lebih jauh bahwa injil keselamatan itu juga mencakup kelepasan dari
keadaan tertindas dan tertawan termasuk orang miskin. Dengan demikian kabar
baik dalam PL menyangkut keselamatan (syalom) dalam pengertian yang
seluas-luasnya. Di dalamnya termasuk pengampunan Allah, keadilan dan kebenaran
Allah, penebusan Allah, persekutuan dengan Allah, persekutuan dengan sesama
yang nyata dalam tindakan pembebasan dari kesengsaraan, pembebasan dari
penindasan, dan pembebasan dari bentuk kelaliman lainnya.