Tuesday, 17 July 2012

MERAGUKAN CALON PRESIDEN DARI PARTAI DEMOKRAT


Oleh: Sugiman

Sebagai satu partai oposisi, Demokrat diberitakan telah memiliki 10 kandidat atau calon presiden pada pemilu 2014 mendatang. Salah satu nama yang disebut-sebut dalam pemberitaannya adalah Ibu Negara Ani Yudhoyono, yang tidak lain adalah istri dari presiden Susilo Bambang Yudhoyono sekarang. Sejauh ini pemberitaan ini tidak ada masalah dan sah-sah saja.

Bahkan Ketua Divisi Komunikasi Publik Partai Demokrat Andi Nurpati melalui pesan singkat, Selasa (15/5/2012) menilai bahwa Ani Yudhoyono, yang juga adalah istri dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sangat layak dan berpeluang besar untuk diusulkan menjadi calon presiden dari Partai Demokrat di Pemilu 2014. “Bu Ani adalah politikus yang tangguh. Peluang beliau terbuka untuk dicalonkan. Nama beliau sangat populer di masyarakat," kata Nurpati (15/5/ 2012).

Dengan kata lain, pencalonan di atas memperlihatkan bahwa mereka masih memiliki beban moral dan tanggung jawab secara politik maupun ekonomi atas maju mundurnya Negara Indonesia. Semangat membangun Indonesia sebagai Negara yang berketuhanan Yang Maha Esa, yang berkeprikemanusiaan, mandiri, sejahtera, aman dan nyaman bagi rakyatnya. Dalam hal ini harus diapriasi visi dan misi mereka sebagai salah satu partai besar di Indonesia. Tetapi citra dan nama baik dari partai Demokrat itu sendiri sedang berada di ambang kehancuran.

Maraknya kasus korupsi yang melibatkan beberapa kader partai Demokrat dan termasuk ketua umum partai Demokrat itu sendiri, yaitu Anas Urbaningrum telah menyebabkan partai ini terpuruk. Bahkan hasil surve memperlihartkan bahwa kepercayaan rakyat Indonesia terhadap elektabilitas akan eksistensi dari partai Demokrat mengalami penurunan yang sangat drastis. Betapa tidak? Salah satu masalah yang menyebabkan hal itu adalah kasus Hambalang. Dengan kata lain, masyarakat seolah melihat bahwa kasus Hambalang adalah kasus Dekokrat yang telah meruntuhkan nilai-nilai kemanusiaan.

Selain itu, pernayaan Anas Urbaningrum selaku ketua Partai Demokrat terkesan tidak meremehkan masalah Hambalang. Misalnya, saat menanggapi pernyataan M. Nazarudin bahwa Anas otak dari Hambalang, tetapi dengan santai beliau mengatakan “saya tidak tahu apa dan bagaimana kasus Hambalang”, selanjutnya “gantung saya di Monas jika terlibat kasus Hambalang”, dan “polemik Hambalang biarkan yang berpolemik”. Karena itu adalah wajar jika sebagian besar masyararakat Indonesia memandang rendah dan remeh akan calon Presiden dari Partai Dekokrat. Saya kira hal ini harus menjadi pelajaran penting bagi setiap partai politik yang lainnya. Sebab jika tidak, lambat laun bangsa Indonesia akan semakin terpuruk dan kepercayaan rakyat kepada setiap orang yang akan menjadi pemimpin pasti menjadi dingin dan sirna.

Rakyat Indonesia tidak membutuhkan kata-kata gombal seperti seseorang yang sedang merayu kekasihnya, tetapi mereka (rakyat) membutuhkan bukti nyata, yaitu kesetiaan atau pengabdian, tanggung jawab moral, sosial politik dan sosial ekonomi yang konsisten. Memang umumnya para calon pemimpin di Indonesia sering mengobral kata-kata yang berisi janji-janji belaka. Tetapi harus diingat, bahwa kata-kata akan kehilangan makna, wibawa, kuasa atau otoritas jika aksi atau perbuatan nyata diabaikan. Seperti pepatah orang bijak yang mengatakan, seribu pengajaran adalah kesia-siaan jika tidak disertai dengan tindakan atau teladan yang dapat diikuti dan diwariskan kepada semua orang. Pernyataan ini mengingatkan bahwa pentingnya singkronisasi atau keseimbangan antara kata-kata dan perbuatan dan itulah yang disebut integritas. Saya kira inilah hal yang sering diabaikan oleh sebagian besar pemimpin di Indonesia.

Itulah sebabnya negara Indonesia mengalami krisis kepemimpinan dan krisis kepercayaan dari masyarakat. Semua itu disebabkan oleh rendahnya rasa, cinta dan pengabdian setiap pemimpin di Indonesia. Untuk itu, sangat dibutuhkan pemimpin yang berani mengambil langkah besar, seorang pengagas yang tegas, dan pemimpin yang berintegritas serta pemimpin yang rela melayani. Dengan demikian bangsa Indonesia setahap demi setahap akan bangkit dari keterpurukannya yang selama ini telah merendahkan dan melecehkan nilai-nilai kemanusiaan di Indonesia.

Saturday, 14 July 2012

“DI DALAM UCAPAN SYUKUR ADA KETEKUNAN”


Oleh: Sugiman
Teks: 2 Timotius 1:1-10

1.      Salam pembuka (2 Tim 1:1-2):
Ada yang pernah menulis surat tidak? Entah itu untuk anaknya, orangtuanya, keluarganya atau untuk orang lain? Biasanya surat dimulai dengan salam, misalnya “salam sejahtera”, “salam damai”, “salam kasih” atau “asalammualaikom” dan yang lainnya. Itu semua disebut dengan salam pembuka. Demikian pula ketika seseorang mengangkat telepon hp, yaitu disadari atau tidak, ketika seseorang mengangkat telepon atau hp kemudian mengatakan: “hallo...” ini juga adalah salam. Kata “hallo” sebenarnya mengandung makna dan nilai mulia, yaitu sambutan hangat, mesra, ramah atau santun. Walaupun terkadang sering diabaikan.

Dalam budaya Arab sama dengan maknanya dengan “asalammualaikom”, demikian juga dalam budaya orang Israel sama dengan “syalom” yang sekarang digunakan juga oleh orang-orang Kristen. Begitu pula dalam budaya Batak toba sama artinya dengan kata “horras” dan budaya yang lainnya. Semua itu juga adalah salam atau sapaan akrab sebagai salah satu bentuk sikap menghormati atau menghargai orang lain. Demikian pula ketika kita akan masuk ke rumah orang lain, biasanya kita memberi salam dengan cara yang biasa kita lakukan, yaitu seperti mengungkapkan kata “hallo”, “syalom” asalammualaikom” atau dengan memanggil nama si pemilik rumah dan menanyakan kabarnya atau yang lainnya. Tujuannya supaya kita tidak sama dengan pencuri. Mana ada pencuri yang memberi salam sebelum mencuri? Tidak kan?

Begitulah juga dalam suratnya yang kedua ini kepada Timotius, Paulus memulainya dengan kata-kata salam sebagai kata-kata pembuka. Dalam kata-kata salamnya Paulus memperlihatkan bahwa dia telah mengenal sangat dekat pribadi Timotius, hingga latar belakang kehidupannya. Selain itu, Paulus memperlihatkan bahwa dirinya sudah sangat akrab dengan Timotius sehingga dia mengangap bahwa Timotius adalah seolah-olah anaknya sendiri. Kasih atau kehendak Allah yang telah hadir di dalam Kristus Yesus adalah dasar dari hubungan baik yang dibangun oleh Paulus bersama Timotius. Itulah sebabnya mereka tetap hidup di bawah pengamatan dan kehendak Allah yang selalu setia menyertai mereka untuk hidup saling mengasihi seperti Yesus mengasihi mereka (baca ayat 1-2).

2.      Ucapan syukur Paulus (2 Tim. 1:3-5):
Dalam ucapan syukurnya, Paulus mengungkapkan bahwa dirinya tak henti-hentinya mendoakan Timotius dalam setiap permohonannya kepada Allah. Perhatikan pada ayat 3-5, yaitu di mana Paulus dengan jujur mengungkapkan rasa syukurnya kepada Allah saat mendengar kesetiaan Timotius terhadap Allah yang selama ini dilayaninya dengan hati nurani yang murni dan bukan dengan kepura-puraan atau kepalsuan. Bahkan Paulus mengatakan bahwa sekalipun Timotius mengalami pergumulan yang sangat berat dan hingga menangis atau mencucurkan air mata karena tekanan dari orang-orang yang membenci Kristus, namun ia tetap setia dan percaya atau beriman dengan hati yang tulus ikhlas kepada Tuhan seperti yang diajarkan oleh nenek dan ibunya (baca ayat 4-5). Selain itu, ayat yang ke-5 juga menekankan pentingnya peranan orang tua dalam mendidik, menuntun atau membimbing anak-anaknya kepada pengenalan akan Tuhan. Maka bukan tanpa alasan Paulus menyebutkan nenek Timotius Lois dan ibunya Eunike pada ayat 5, justru Paulus ingin memperlihatkan bahwa peranan orangtua itu sangatlah penting dalam mendidik anak-anaknya kepada pengenalan akan Tuhan.

3.      Nasihat Untuk Bertekun (2 Tim. 1:6-10):
Selain mengucap syukur kepada Allah karena melihat kesetiaan Timotius, Paulus ternyata juga memberikan nasihat-nasihat kepada Timotius dan terlebih kepada kita saat ini, bahwa kita harus selalu setia pada panggilan Tuhan sesuai dengan kehendak-Nya. Mari kita perhatikan nasihat-nasihat Paulus pada ayat 6-10. Dalam nasihatnya Paulus mengatakan supaya Timotius “mengorbankan karunia Allah”.

Apa maksud kalimat “mengorbankan karunia Allah”? Maksud kata “mengorbankan” di sini adalah sama maknanya dengan menggunakan atau memanfaatkan setiap pemberian Tuhan dalam tujuan yang mulia dan yang mendatangkan kebaikan bagi setiap orang. Terutama dalam pengajaran, teladan dan keberanian dalam menyatakan kebenaran Allah di tengah-tengah dunia yang semakin hari semakin dipenuhi oleh orang-orang yang tidak percaya dan setia pada Tuhan. Karena ketidakpercayaan orang tidak lagi mengucap syukur atas semua yang telah dia miliki. Yang ada hanya sungut-sungut, mengerutu dalam hati dan tidak bisa menghargai atau mensyukuri pemberian Tuhan.

Selanjutnya, karena ketidakpercayaan orang juga takut untuk bersaksi tentang Kristus Yesus sebagai Juruselamat manusia. Bahkan banyak orang yang malu dan takut untuk mengatakan atau mengakui bahwa dirinya sebagai pengikut Kristus. Karena itu ketika diperhadapkan dengan dua pilihan, yaitu misalnya ketika ada orang yang menawarkan sejumlah uang kepadanya supaya tidak percaya kepada Tuhan Yesus, maka sering orang memilih uang dari pada memilih tetap setia dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.

Maka dari itu, tidak heran iman seolah-olah sudah sama dengan barang dagangan, yang diperjualbelikan. Alasannya karena apa? Karena takut dipecat dari pekerjaan, karena takut tidak punya sahabat, atau karena takut mati. Padahal sebenarnya Allah telah menaruh dan memberikan kepada setiap orang roh keberanian yang menguatkan untuk tetap konsisten menyatakan dan melakukan kebenaran dan keadilan sesuai dengan kehendak Allah, serta mengasihi dan mengerjakan kepada banyak orang tentang hal-hal penting yang mendatangkan kebaikan bagi setiap orang (baca ayat 6-7).

Saudara/i yang terkasih di dalam Tuhan kita Yesus Kristus, mengapa korupsi dan ketidakadilan merajalela di negara kita saat ini? Alasannya tidak lain dan tidak bukan adalah karena mereka tidak bisa mengucap syukur kepada Allah. Tidak bisa mengucap syukur adalah sama artinya juga tidak percaya sepenuhnya kepada Tuhan. Selanjutnya, mengapa kekerasan, kelaparan, kemiskinan juga merajalela di negara Indonesia saat ini? Salah satu alasannya adalah karena semakin hari manusia itu semakin tidak mengenal Allah yang adalah sumber kehidupan dan kasih.

Maka tidak mengasihi sesama manusia juga berarti tidak mengenal Allah, karena Allah telah mengasihi manusia dan bahkan rela mengorbankan diri-Nya melalui kematian Yesus Kristus untuk menebus dan memperdamaikan manusia dengan Allah. Hubungan manusia yang dahulu putus dengan Allah, tetapi karena kasih-Nya semata hubungan itu disambungkan kembali supaya kita tetap menyatu dengan Allah. Tetapi sayang, manusia lebih memilih menjauh dari Allah, yaitu melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kehendak-Nya, yaitu seperti menyakiti hati sesamanya, memfitnah sesamanya, dan bahkan membunuh sesamanya. Banyak dalam berita-berita diperlihatkan bahwa orangtua membunuh anaknya atau anak membunuh orangtuanya atau membunuh tetangganya. Semua itu terjadi karena nilai-nilai kasih itu sudah diabaikan dan dilupakan oleh manusia.

Nasihat Paulus selanjutnya adalah supaya jangan pernah merasa malu bersaksi tentang Kristus Yesus Tuhan kita yang tersalib di Golgota karena dosa kita. Karena Dia telah menyelamatkan kita, tetapi sekaligus telah memanggil kita dengan panggilan yang kudus atau khusus sesuai maksud kasih karunia-Nya semata. Artinya, jika seseorang memberitakan Injil atau Kabar Baik tentang Kristus berdasarkan kehendaknya sendiri dan bukan berdasarkan kehendak Allah maka itu adalah kebohongan belaka dan sia-sia. Karena itu, lakukanlah segala sesuatu yang Allah percayakan kepada kita atas nama Tuhan yang hadir di dalam Kristus Yesus dan bukan atas nama kita pribadi supaya dikenal orang. Jika kita melakukan segala sesuatu atas kehendak kita dengan tujuan supaya kita dikenal orang, maka sudah pasti bukan Kristus yang kita kabarkan atau beritakan, melainkan kita sendiri. Jika kita demikian maka kita adalah orang yang sudah menipu dan mengubah berkat Allah menjadi kutuk atas hidup ini.

Selanjutnya, ayat 10 merupakan penutut atas bagian ini, yaitu di mana Paulus mengingatkan kepada kita bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah sumber keselamatan dan kehidupan bagi manusia. Orang yang percaya kepada Kristus adalah orang yang sudah menerima hidup yang tidak dapat dibinasakan oleh maut atau kejahatan lainnya, karena kuasa Kristus jauh lebih besar dari kuasa kejahatan yang ada di dunia ini. Karena itu, bersyukurlah senantiasa kepada Allah atas semua yang diberikan-Nya, termasuk untuk hidup ini dan jalani hidup ini dengan berani menyuarakan kebenaran serta tekun dan tetap setia pada kehendak-Nya. Dengan demikian kita telah bersaksi kepada dunia bahwa Tuhan Yesus adalah sumber kehidupan abadi bagi orang percaya.

4.      Refleksi atau penerapan:
Karena itu, lakukanlah segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan bagi setiap orang yang sesuai dengan kehedak Allah di dalam Kristus Yesus yang telah menyelamatkan manusia dari kuasa dosa. Kristus adalah Tuhan yang telah membangkitkan kita untuk menjadi pemenang atas kuasa kejahatan yang mengakibatkan kita berdosa kepada-Nya. Kristus Tuhan juga telah mengubah kita menjadi manusia yang baru yang berkenan kepada-Nya.

Manusia baru adalah manusia yang sanggup mengeluarkan dirinya dari hal-hal yang dapat merusak hidupnya. Karena sesungguhnya kekuatan yang Allah berikan kepadanya lebih besar dari kekuatan kejahatan yang selalu merayu dan menggoda kita. Maka dari itu andalkanlah Tuhan dalam setiap langkah hidup kita, dan apapun yang kita lakukan, lakukanlah atas nama Tuhan yang telah memberikan kita kekuatan untuk melakukannya. Misalnya, menolong sesama yang kesulitan, menghibur yang bersedih, memberi makan mereka yang lapar, memberi minum mereka yang haus, menghapus air mata mereka yang menangis, membalut hati mereka yang terluka dan hanya Kristus Yesuslah yang dapat memampukan kita semua dapat melakukannya.

Selanjutnya, bersyukurlah atas segala sesuatu yang telah Allah berikan kepada kita! Karena hanya orang yang selalu bersyukurlah yang dapat menikmati hidup ini sebagai pemberian dari Tuhan. Karena hidup ini pemberian dari Tuhan, maka jalanilah dengan penuh tanggung jawab dan rasa syukur yang tulus ikhlas kepada-Nya. Salah satu bukti kita bersyukur kepada Tuhan atas hidup ini adalah mengasihi semua orang dengan kasih yang benar-benar tulus ikhlas dan sesuai dengan kehendak Allah, bukan kehendak kita.