Oleh: Sugiman
Sejujurnya, mengampuni orang yang telah melakukan
kesalahan atau pun kejahatan dalam hidup kita bukanlah perbuatan yang sangat
mudah untuk dilakukan. Apalagi mereka yang berulang kali melakukannya. Bahkan
tidak menutup kemungkinan orang itu telah merenggut kebahagiaan kita dengan
berbagai cara yang sedemikian menyakitkan. Sehingga hati dan perasaan kita
menjadi terluka secara mendalam.
Mungkin, untuk dalam jangka waktu tertentu
menaruh rasa dendam menjadi pilihan yang sangat tepat dilakukan. Betapa tidak?
Secara tidak langsung, dengan sikap dendam yang kita tanamkan seolah-oleh
sedikit mengobati perasaan kita yang terluka. Oleh sebab itu, tidak heran jika
banyak menggunakan cara atau alternatif ini untuk mengatasi tekanan batinnya.
Namun demikian, sebenarnya itu adalah kesalahan
yang sangat fatal. Mengapa? Karena semakin seseorang menyimpan rasa dendam,
sakit hati dan tekanan batin itu, maka sebenarnya semakin ia menyiksa batinnya.
Perasaan itu akan terus menggerogoti dan menjadi racun yang mematikan
sifat-sifat ilahi yang Tuhan berikan kepadanya. Misalnya, tidak dapat mengasihi
secara maksimal dan sungguh-sungguh atau dengan segenap hati.
Justru yang ada hanyalah hati nurani kita semakin
menderita, tertekan dan menyiksa diri sendiri. Maka jangan heran, bahwa orang
yang paling banyak menderita kanker hati, darah dan sebagainya adalah mereka
yang menyimpan dengan rapat kesalahan-kesalahan orang lain yang seolah-oleh
tidak sanggup untuk melupakan dan mengampuninya. Inilah realita kehidupan yang
terus-menerus ada dan menjadi pergumulan manusia sepanjang hidupnya.
Seorang penulis buku hikmat kuno terkenal pernah
mengatakan demikian: “Hati yang bahagia membuat wajah berseri-seri, tetapi hati
yang terluka mematahkan semangat” (Proverbs 15:13). Pada bab selanjutnya ia
mengatakan kalimat yang mirip bunyinya, tetapi dengan makna yang lebih dalam,
yaitu “Hati yang bahagia adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah
mengeringkan tulang” (Proverbs 17:22).
Dua pernyataan luar biasa di atas menyiratkan
makna yang sangat dalam tentang rahasia kebahagiaan hidup yang seharusnya
didapatkan oleh manusia. Namun demikian, tidak semua orang dapat
mendapatkannya. Dengan kata lain, hanya hati mereka yang dipenuhi rasa bahagialah
yang memiliki semangat juang untuk hidup di dalam kedamaian, keharmonisan dan
tanpa kebenciaan.
Salah satu cara untuk mendapatkan kebahagiaan
yang Tuhan tawarkan kepada setiap orang adalah dengan cara “Belajar
Mengampuni”. Orang-orang yang hidup di dalam pengampunanlah yang melihat
“musuh” sebagai sahabat yang belum jadi. Karena itu, satu-satunya cara untuk
menyembuhkan hati kita yang terluka atau dilukai oleh orang lain adalah dengan
cara mengampuninya. Sekali lagi, mengampuni orang yang bersalah kepada kita
bukanlah hal yang mudah. Tetapi setidaknya kita telah belajar untuk
mengampuninya walaupun belum bisa dengan sepenuh hati.
Belajar mengampuni adalah awal perjuangngan
seseorang untuk membebaskan dirinya dari tawanan luka batin. Belajar mengampuni
juga adalah sebuah usaha terapi yang sangat efektif dan obat yang sangat manjur
untuk menyembuhkan luka-luka yang ada di hati kita. Tidak mudah memang, tetapi
jika seseorang berani dan bersedia untuk belajar mengampuni sesamanya, maka itu
adalah awal dari kesembuhan dan kebahagiaan hidupnya.
Seorang pemenang bukanlah mereka yang tidak
pernah kalah dan gagal, tetapi mereka yang selalu berjuang tanpa henti untuk
menaklukan banyak hal yang menghambat perjalanannya saat menuju kebahagiaan
hidup di depan sana. Oleh sebab itu, jika sakit hati dan perasaan dendam
terhadap mereka yang melakukannya pada kita menjadi penghalang dan penghambat
untuk merasakan kebahagiaan hidup ini, maka mengapa kita harus berat hati untuk
mengampuninya? Hanya mereka yang sanggup dan mau belajar mengampunilah yang
dapat menikmati hidup ini di dalam cinta kasih dan kedamaian.
Semoga bermanfaat! Terima kasih.