Oleh: Sugiman
Tidak seorang pun yang menyukai adanya
kesulitan, apalagi mengharapkannya.
Meski pun demikian, ia pasti datang dan hidup bersama kita. Saat semakin kita
menganggapnya sebagai musuh, maka semakin ia menekan hidup kita dengan berat.
Maka tidak heran jika banyak orang mengatakan: kalau dapat, semoga tidak
ada kesulitan dalam hidup selanjutnya. Itulah harapan banyak orang.
Namun demikian, harapan itu
hanyalah sebatas mimpi belaka. Betapa tidak? Karena kesulitan pasti akan tetap
dan terus ada sepanjang perjalanan hidup kita. Dengan kata lain, kesulitan
adalah “sahabat” kedua setelah Tuhan, yang senantiasa setia menemani,
mengiringi, menuntun, mendidik dan mengajar kita. Tetapi sering kita
memandangnya sebagai musuh raksasa yang menghalangi dan menakutkan hidup kita.
Bahkan
tidak jarang kita beranggapan, bahwa “kesulitan” yang ada telah merampas
kebahagiaan sepanjang hidup kita. Tetapi pertanyaannya adalah, apakah benar kita pasti akan bahagia jika tanpa kesulitan? Dengan kata lain, seharusnya kesulitan tidak dijadikan alasan
untuk mengukur makna sebuah kebahagiaan. Karena pada dasarnya ketika seseorang
mendapatkan kebahagiaan, maka sesulit apa pun situasi yang dialaminya
seharusnya tidak mengurangi nilai atau makna dari sebuah kebahagiaan itu
sendiri.
Orang
yang bahagia adalah mereka yang selalu bersyukur atas setiap kesulitan yang
dialami sepanjang hidupnya. Karena tanpa kesulitan, maka seseorang tidak akan
pernah menjadi pribadi yang lebih dewasa, lebih bijaksana, lebih sabar, lebih
kuat dan lebih teguh dari pribadi yang lainnya. Itulah sebabnya, kita dilarang
untuk tidak berdoa meminta hidup ini menjadi sangat mudah, sebab pasti kita
tidak akan mendapatkan apa-apa darinya. Tetap belajarlah berdoa supaya kita
menjadi pribadi yang lebih kuat saat menghadapi berbagai kesulitan yang ada.
Itulah kerinduan yang benar.
Kesulitan
yang ada mengajarkan kepada kita untuk terus mengandalkan Tuhan sepanjang
kehidupan kita. Karena Tuhan pasti menjadi pihak penolong pertama bagi mereka
yang selalu berharap pada-Nya. Di dalam hati kecil setiap orang Tuhan
menanamkan semangat juang untuk menaklukkan kesulitan dan rintangan hidupnya.
Percayalah,
bahwa seseorang tidak dengan
sendirinya bisa mengendarai sebuah
sepeda. Tetapi di balik
semuanya itu ada banyak kesulitan yang telah ia taklukkan sehingga bisa
bersepeda. Kegagalan demi kegagalan terus ia alami. Bahkan lututnya sampai
berdarah sering terjatuh. Tetapi itulah awal yang membuatnya bisa dan ahli
mengendarai sebuah sepeda.
Seorang
pemenang dikatakan sebagai pemenang bukan karena ia tidak pernah gagal saat
menghadapi berbagai kesulitan, melainkan karena ia tidak pernah menyerah atas
kesulitan. Itulah juga yang diajarkan oleh hukum alam, bahwa untuk menjadi pribadi yang lebih dewasa, kuat, tangguh,
bijaksana dan sabar, maka hadirnya kesulitan sangat dibutuhkan.
Tuhan dapat saja mengangkat beban yang ada
di pundak kita dengan mudah. Tuhan juga dapat saja membebaskan Anda dan saya dari semua kesulitan yang ada. Tetapi ingat, Anda dan saya pasti tidak akan pernah mendapatkan apa pun dari
hidup itu sendiri. Tuhan bukanlah pribadi yang mengajarkan supaya kita menjadi
seorang pecundang, pengecut dan penakut. Tetapi Ia adalah pribadi yang selalu
mendidik kita dengan banyak cara supaya kita menjadi pribadi yang dewasa, bijaksana dan kuat.
Karena
itu, bersyukurlah atas setiap kesulitan yang kita alami. Karena kesulitan telah
menolong kita dalam banyak hal yang mendatangkan kebaikan bagi kita pribadi
maupun bagi orang lain. Orang yang berhasil selalu mengucap syukur atas setiap
kesulitan yang dialaminya. Karena kesulitan dapat menjadi sebuah harapan jika
seseorang memandangnya dari sudut yang lain. Mendapatkan kesulitan setara
dengan kita mendapatkan kesempatan untuk belajar sesuatu yang berharga dan
berguna. Jika kita tidak pernah mengucap syukur, maka kesulitan akan menjadi
beban yang sangat berat dalam hidup kita.
Selanjutnya,
hadapilah setiap kesulitan itu dengan semangat seorang pemenang yang telah
Tuhan tanamkan dalam hidup setiap orang percaya. Jika seorang murid sekolah
ingin lulus ujian, maka ia harus menghadapinya dan bukan menghindarinya.
Demikian juga kita, jika ingin lulus dari ujian kehidupan, maka Anda dan saya
harus menghadapinya dengan berani. Karena Tuhan tidak pernah membiarkan kita
berjalan dan berjuang seorang diri saja. Tetapi Ia selalu ada bersama-sama
dengan kita.
Selamat
mencoba!
No comments:
Post a Comment