Thursday 10 May 2012

KATAK DALAM TEMPURUNG ITU MELAKUKAN TINDAKAN ANARKIS LAGI


Oleh: Sugiman

Pembubaran paksa atas diskusi buku Allah, Liberty, and Love karya Irshad Manji di Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS) Jalan Sorowajan baru, Banguntapan, Bantul, Rabu (9/5/2012) malam, sangat menyedihkan. Sebelumnya, wanita asal Kanada ini telah mendapat desakan dari organisasi masyarakat sehingga peluncuran bukunya yang digelar di Salihara, Jakarta Selatan, Jumat (4/5/2012), dibubarkan massa ormas yang mengatasnamakan Islam dengan salah satu tudingan di dalam bukunya ia menyebarkan gay dan lesbian.

Apa sebenarnya isi buku Irshad Manji?

Dalam hasil wawancaranya dengan Kompas.com, Irshad Manji menjelaskan bahwa dirinya sama sekali tidak bercerita tentang gay dan lesbian dalam buku Allah, Liberty, and Love. Buku tersebut sebenarnya mengajarkan bagaimana umat Muslim mempraktikan kebebasan dalam hidupnya. Bebas dalam arti bertanya, dan bebas untuk mempelajari makna yang tertulis dalam Al Quran. Ini mengindikasikan, kebodohan para anarkis itu adalah anti terhadap buku dan ilmu pengetahuan, sehingga mereka sama seperti katak dalam tempurung. Mereka menuduhkan kebohongan demi sebuah kekerasan.

Irshad menegaskan bahwa salah satu hal yang mendorongnya menulis buku tersebut adalah untuk memberi pencerahan dan mempertemukan banyak orang dengan Tuhan danm cinta. Karena menurutnya, masih banyak orang yang tidak menemukan titik temu antara Tuhan dan cinta. Tuhan dan cinta sering dipisahkan dan dilihat secara berbeda oleh banyak orang, ini adalah kekeliruan dan sangat disayangkan, tegasnya.

Apa sebenarnya pesan yang ingin Irshad Manji Sampaikan?

Pertama-tama, pesan terbesarnya adalah kita tak takuta kepada Tuhan karena Dia adalah cinta, melainkan kita harus berjuang dalam hidup ini melawan ketakutan dan menemukan cinta-Nya. Irshad menegaskan, bahwa kita harus punya kekuatan untuk berbicara ketika semua orang menyuruh kita diam. Karena ada banyak hal yang lebih penting yang bisa kita lakukan selain hanya merasa takut.

Pesan kedua
adalah, dalam bukunya itu ia menegaskan bahwa budaya bukanlah sesuatu yang sakral. Menurutnya, fenomena yang ada dalam kehidupan umat Muslim saat ini adalah bahwa umat Muslim hidup dalam tradisi dan budaya, yang dibentuk oleh manusia, bukan oleh Tuhan.
Dengan kata lain, budaya yang dibentuk oleh manusia seharusnya mendatangkan kebaikan bagi manusia itu sendiri dan bukan sebaliknya. Tetapi manusia itu sendiri lebih cenderung membiarkan dirinya mengenakan rantai pengikat dilehernya yang tidak bermanfaat itu.

Di Indonesia, misalnya, ketika kita masuk ke madrasah-madrasah, yang diajarkan oleh ulama adalah, Jangan bertanya, dengarkan perkataan saya dan turuti!”.  “Kaum muda diberikan doktrin tanpa diberi kesempatan untuk berdiskusi, untuk bertanya. Maka, saya menuliskan sebuah buku yang menjelaskan kembali tentang ijtihad, tentang mencari sebuah kebenaran yang tertulis di dalam Al Quran,” tegasnya.

Pesan ketiga adalah
kita jangan menjadi kaum moderat, melainkan jadikanlah diri kita sebagai kaum reformis; karena menjadi moderat itu tidaklah berguna. Menurutnya, kaum moderat itu lebih takut kepada mafia, gengster dan yang lainnya, yang menghalangi kebebasan berbicara, berpikir kritis dan kebebasan berpendapat. Orang memiliki ketakutan terhadap semuanya itu adalah orang merasa cepat berpuas diri dengan pengetahuannya, tetapi serentak dengan itu mereka juga suka memilih untuk menyembunyikan suara kebenaran.

Sektarianisme, Kekarasan dan Agama

Kasus pembubaran paksa di LKiS yang disertai dengan tindakan-tindakan anarkis, yang melukai tujuh peserta diskusi dan merusak bangunan dan menjebol pagar adalah tidak dapat dilepaskan dari sektarianisme. Sektarianisme adalah satu sikap mental tertentu yang cupet, picik, naif, sempit, yang biasanya dianut oleh kelompok-kelompok “sekte”. Sektarianisme membuat garis atau jurang pemisah antara “saya” dan “kamu” atau “saya” dan “mereka”.

Mereka yang menganutnya juga cenderung menutup diri atas kecerdasan berpikir yang lebih manusiawi. Karena itu, kekerasan acap kali menjadi pilihan terbaik mereka untuk menjelaskan ini boleh dan itu tidak. Mengapa? Karena mereka tidak memiliki ilmu pengetahuan yang luas untuk memberikan jawaban yang lebih bijaksana dan tanpa kekerasan. Itulah yang saya sebut sebagai katak dalam tempurung. Mereka tidak tahu betapa luasnya dunia.

Selain itu, agama juga sering dijadikan senjata untuk melakukan mkekerasan. Betapa tidak? Dalam pembubaran paksa diskusi buku Allah, Liberty, and Love, juga tidak terlepas dari kekerasan atas nama agama. Bahkan ada demonstan yang mengatakan bahwa Irshad sebagai penista agama. Sungguh peristiwa yang menyedihkan. Beginikah tindakan orang-orang beragama di negara Indonesia? Tindakan yang sangat tidak manusiawi dan menodai kebebasan dalam menyampaikan gagasan dan berpendapat. Tuhan memberikan kebebasan kepada manusia untuk berpikir secara dinamis demi terwujudnya kedamaian seperti suasana surga yang dirindukan semua umat beragama. Tetapi realita memperlihatkan, betapa manusia telah sama dengan binatang yang tidak memiliki akal budi yang sehat lagi. Bahkan binatang pun masih memiliki belas kasihan.

Cinta tidak selalu disambut dengan cinta

Cinta memang mulia bila diberikan kepada orang yang tepat menerimanya. Tetapi cinta itu akan menjadi sangat mulia jika diberikan kepada mereka yang kita anggap tidak berhak dan pantas untuk menerimanya. Itulah satu hal yang dilakukan oleh Irshad dalam bukunya Allah, Liberty, and Love. Ia mengatakan demikian: “Saya adalah seorang Muslim. Saya mencintai Allah, sangat dalam. Saya percaya segala sesuatu diciptakan Allah dengan alasan. Dan, bagi saya, hidup adalah sebuah pemberian. Islam adalah agama yang menuntun kepada kehidupan menjadi lebih baik, yang mendekatkan kita kepada Allah. Kita beragama, sebagai sarana untuk mengucapkan syukur kepada Allah atas pemberian (kehidupan) yang telah diberikan kepada kita.

Sungguh hidup adalah sebuah kesempatan untuk memberikan cinta sebesar dan sebanyak-banyaknya kepada semua orang. Bahkan Tuhan tidak jarang mengizinkan kita untuk mencintai orang-orang yang mencaci maki, mencemooh, membenci dan bahkan mereka yang berusaha mengakhiri napas kita. Tetapi yakinlah, kekuatan Tuhan melebihi mereka yang menolak cinta mulia itu. Menolak menghadirkan cinta di tengah-tengah dunia yang penuh dengan kebencian adalah sama artinya menolak keberadaan Tuhan, seperti yang telah diperlihatkan oleh para pelaku tindakan anarkis di atas. 

No comments:

Post a Comment