Oleh: Sugiman
Sepasang kekasih sepakat untuk jalan-jalan menikmati sejuknya udara
malam yang diselimuti kabut tipis. Kebosanan dengan suasana rumah kontrakan
adalah menjadi alasan utama untuk sebuah perjalanan. Sekalipun sebenarnya itu bukan
perjalanan jauh, melainkan hanya berjarak kira-kira seribu meter dari
kontrakan. Apalagi ditempuh menggunakan sepeda motor hanya membutuhkan waktu
sepuluh menit dengan gaya santai.
Mereka pun bergegas menuju sebuah tempat yang sebenarnya tidak sesepesial
dan indahnya pemandangan di pantai atau di daerah pegunungan. Melainkan hanya
duduk santai di atas sepeda motor di depan Alfa Midi, dekat pasar bersih di
kawasan Cikarang Baru – Jababeka – Bekasi. Sambil berbincang-bincang tentang
sesuatu yang sebenarnya tak penting-penting amat, sembari melihat keramaian dan
megamat-amati tukang parkir yang begitu setia menjalankan tugasnya.
Dinginnya udara malam yang menusuk dan menembus pori-pori menandakan
malam sudah agak larut dan sekaligus pertanda harus pulang dan beristirahat di
rumah kontrakan. Sekalipun sebenarnya baru pulul 21.50. Sepasang kekasih ini
pun pergi meninggalkan kerumunan orang banyak yang masih tertawa ria di depan
Alfa Midi. Sembari menikmati perjalanan pulang, melewati jalan yang terdapat banyak
polisi tidurnya dan jalan bebatuan disertai debu tanah kuning yang beterbangan
karena hembusan angin sepoy-sepoy dan kendaraan yang lalu-lalang.
Setelah sampai di depan kontrakan, mereka masih sempat dengan asik
ngobrol bersama tetangga sembari menikmati teh manis hangat buatan tetangga.
Sambil tertawa ria tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 23.20. Mereka pun
harus beristirahat karena kelopak mata sudah tak mampu dibuka dan dipaksakan.
Kerumunan tetangga pun mulai berkurang, dan satu persatu mereka meninggalkan
perbincangan pertanda malam sudah semakin larut. Karena besok pagi-pagi harus
bangun mempersiapkan diri untuk memulai aktivitas sesuai profesi yang diemban
dan ditekuni.
Pagi sudah terdengar suara: uduk……duduk…….., begitulah suara seorang ibu
perkasa membawa bakul besar berisi nasi uduk dan gorengan tempe. Setiap pagi ia
selalu berkeliling dari kontrakan yang satu ke kontrakan yang lain untuk
menjajakan dagangan nasi uduknya. Singkat cerita aktivitas pun dimulai. Tetapi
tidak begitu lama handphone berbunyi tanda ada yang menghubungi. Ternyata itu
telepon dari sang kekasih yang akan pergi berbelanja sayuran, ia menanyakan tentang
keberadaan dompet. Padahal waktu jalan-jalan malam yang telah lewat si dia yang
membawa dompet, setelah dicari-cari tak juga ketemu pertanda bahwa dompet
dengan isi sedikit uang, STNK motor, KTP dan SIM itu hilang, yaitu jatuh di
jalanan sewaktu pergi menikmati indah dan sejuknya udara malam.
Kehilangan itu sedikit menyedihkan dan merugikan. Tetapi apa hendak
dikata peristiwa itu telah terjadi. Tidak ada pihak yang harus dan perlu untuk disalahkan,
karena toh tidak juga mengembalikan keadaan seperti semula. Tetapi akibat
kejadian itu ada pelajaran penting, yang sangat berharga, yang didapatkan oleh
kedua belah pihak, khususnya oleh sepasang kekasih itu. Sehingga keduanya
semakin hati-hati dalam menyimpan barang-barang berharga supaya tidak
mengulangi kesalahan dan minimal memperkecil celah kesempatan akan kehilangan
lagi.
Setiap orang mungkin pernah mengalami kehilangan akan barang-barang yang
dianggap sangat berharga menurut ukuran masing-masing orang. Tetapi pada saat
yang bersamaan sebenarnya ia telah mendapatkan pelajaran berharga dari
peristiwa itu. Karena itu, biarlah setiap orang bisa belajar dari kesalahan
orang lain, terlebih dari kesalahan yang pernah kita alami secara langsung.
Karena mungkin, belajar dari kesalahan dan pengalaman orang lain kita hanya
mendapatkan 10%, tetapi jika kita belajar dari kesalahan atau kegagalan
sendiri, kita mendapatkan 100%. Itulah pesan Darmadi Darmawangsa kepada setiap
orang yang pernah mendengar dan membaca karyanya. Salam!
Semoga bermanfaat…
No comments:
Post a Comment