Friday 18 May 2012

MISTERI BESAR DI BALIK KEHIDUPAN MANUSIA

Oleh: Sugiman

Hampir setiap orang, dan mungkin semua orang pernah merasakan yang namanya kehilangan, khususnya sesuatu yang sangat Anda sayangi. Misalnya kehilangan barang berharga, kehilangan seseorang yang sangat Anda kasihi dan sayangi. Tetapi, mungkin ini tidak berlaku untuk orang-orang yang kehilangan ingatan dan perasaan. Artinya, mungkin itu kekecualiaan dalam bahasan ini.

Kehilangan sesuatu atau barang atau benda yang sangat berharga menurut ukuran masing-masing orang adalah bagaikan hilangnya separuh dari hidup ini. Bahkan lebih menyakitkan lagi bila kehilangan seseorang yang sangat kita kasihi dan sayangi. Maka tidak heran jika dunia ini terasa hampa, membosankan, gersang, tandus, kering, tidak ada mata air kehidupan sedikitpun di sana. Senyum dan tawa orang-orang yang bahagia di luar sana seolah-olah mengejek, mentertawakan, dan bersukacita, bersenang-senang atau bahagia di atas penderitaan yang kita alami.

Tanpa permisi, tanpa mengetuk pintu, tanpa memberi salam terlebih dahulu dan tanpa diundang situasi dan kondisi yang tidak diinginkan itu datang secara tiba-tiba. Dalam sekejap mata dan seketika itu juga ia merampas secara paksa kebahagiaan, sukacita, pengharapan dan bagian hidup yang sangat berharga menurut ukuran masing-masing orang. Dengan ganas ia menancapkan pisau dan menorehkan luka yang sangat mendalam dalam kehidupan setiap orang yang malang.

Siapa yang menyangka bencana tsunami akan meratakan dan menyapu Aceh, Nias, Mentawai dan Jepang dengan kejam? Siapa yang menyangka banyir bandang Wasior akan menelan banyak korban jiwa? Banyak anak-anak yang kehilangan sanak-saudara kandung dan orangtuanya. Siapa yang menyangka seorang anak kecil harus hidup berjuang sebatang kara hingga dewasa melawan arus dunia ini setelah kedua orangtua dan saudara-saudaranya meninggal dunia karena kapal laut yang ditumpanginya tengelam akibat diterba badai dan gelombang raksasa di lautan lepas? Bahkan siapa yang menyangka pesawat superjet SUKOI buatan Rusia itu akan jatuh di gunung Salak setelah menabrak gunung? Dan masih banyak lagi peristiwa tragis dan menyedihkan yang telah dialami, atau sedang dialami dan bahkan akan terus dialami di masa yang akan datang dan tak terduga.

Semua pertanyaan di atas telah membuktikan eksistensi dari sebuah penderitaan, kejahatan dan bahkan kematian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Semuanya itu telah menjadi bagian yang mau tidak mau, suka atau tidak suka, ikhlas atau tidak ikhalas harus dialami oleh sebagian besar manusia, kecuali kematian adalah milik semua orang. Dengan kata lain, tidak semua orang pasti mengalami nasib buruk dan kematian tragis seperti yang disebutkan di atas, tetapi kematian pasti dialami oleh setiap orang. Itulah konsekuensi kehidupan yang tak dapat dihindari, yaitu kematian.

Saya membayangkan, bahwa setiap orang tak ubahnya dengan orang-orang yang akan bepergian yang sedang duduk diruang tunggu, membeli tiket dan menunggu waktu keberangkatan. Entah itu diruang tunggu diterminal Bus Way, stasiun Kereta Api atau di Bandar Udara. Ada yang belum siap dan ada juga yang sudah siap. Mungkin begitulah nasib semua orang di dunia ini.

Perjalanan hidup manusia seperti orang yang sedang bepergian ke luar negeri atau ke suatu tempat yang sangat jauh dari tempat asalnya. Dengan kata lain, dunia ini bukan tempat asal atau negeri asal umat manusia. Tetapi dunia ini adalah tempat persingahan sementara di mana manusia harus merantau, mencari nafkah, mengumpulkan harta sebanyak mungkin, entah itu harta yang sifatnya kontemporel/ sementara (uang, emas, dan harta benda lainnya) maupun yang sifatnya kekal/ abadi, yaitu ibadah, kesucian hidup, kebaikan, cinta, nurani, ketulusan atau keikhlasan yang telah Tuhan berikan dari sejak semula kepada setiap orang.

Tak terkecuali, setiap orang telah mendapatkan kesempatan yang sama dari Tuhan untuk mengembangkan dan menggunakan kesempatan yang dianugerahkan-Nya sebaik mungkin. Setiap orang diberikan jatah kehidupan yang dirahasiakan dari dirinya oleh Tuhan. Itulah sebabnya tidak seorangpun yang tahu seberapa lama ia akan hidup di dunia dan seberapa cepat ia akan pergi meninggalkan dunia ini, yang pasti ia telah diberikan kesempatan untuk sebuah tujuan mulia, agung dan abadi. Namun tidak semua orang menggunakan atau memanfaatkan kesempatan mulia yang telah dianugerahkan Tuhan kepadanya.

Meskipun demikian, tidak jarang Tuhan memberikan kesempatan kedua, ketiga, keempat dan seterusnya kepada sebagian orang. Misalnya, ada orang yang selamat dari bencana tanah longsor, selamat dari letusan gunung berapi, selamat dari ganasnya tsunami, dari kecelakaan pesawat, dari kecelakaan bus angkutan umum, dari kecelakaan kapal laut, dari terkaman ikan Hiu dan sebagainya. Banyak dari mereka yang selamat dan mendapatkan kesempatan kedua itu. Itulah sebabnya, tidak sedikit juga dari mereka yang menunjukan perubahan hidup secara drastis ke arah yang lebih baik dari hidupnya yang lama. Meskipun tidak semua dari mereka yang mendapat kesempatan kedua itu menyadarinya sebagai kesempatan kedua.

Ada banyak kejadian yang mengacu kepada kesempatan kedua, yang dialami oleh banyak orang untuk kita pelajari demi sebuah kehidupan yang berarti dan bermakna. Dari sekian banyak kesempatan kedua yang diberikan itu sebenarnya telah menjadi aba-aba atau rambu-rambu yang harus dimaknai secara pribadi dalam hubungan antara manusia dengan Sang Khalik. Dengan kata lain, dunia yang adalah tempat kehidupan sementara ini suatu saat pasti ditinggalkan, yaitu di mana setiap orang akan kembali ke asal dan penciptanya. Secara bergilir mereka pasti dipanggil menurut nama dan identitasnya yang tercantum di dalam buku kehidupan.

Ketika manusia dipanggil oleh-Nya sesuai dengan nama dan identitas yang tercatat dalam buku kehidupan, maka siap atau tidak, dan mau tidak mau mereka harus datang untuk kembali ke tampat dari mana ia berasal. Di sana ia akan memulai kehidupan yang baru, yaitu di bawah otoritas dan pimpinan-Nya. Dan tidak seorang pun yang tahu apakah ia akan menerima kebahagiaan yang sama seperti waktu ia masih hidup di dunia atau mendapatkan penderitaan yang sama, atau lebih seperti waktu ia masih hidup di dunia. Karena semuanya itu sangat bergantung pada anugerah dan belaskasihan-Nya. Itulah salah satu misteri kehidupan yang tak akan pernah terjangkau oleh kemampuan otak manusia. Kita hanya bisa merunduk dan berserah sepenuhnya di hadapan-Nya, serta tetap setia mengerjakan semua tugas dan tanggung jawab atau pekerjaan yang dipercayakan-Nya kepada kita.

Tuhan ajarlah kami menghitung hari-hari hidup ini dan tetap mengerjakan tugas yang Engkau percayakan. Dengan demikian kami menggunakan kesempatan hidup kami untuk hal-hal yang mendatangkan kebaikan bagi diri sendiri dan sesama. Supaya hidup ini tidak menjadi sia-sia dan hampa, melainkan terus menghasilkan berbuah yang baik dan tetap memberikan makna dan arti yang bisa dirasakan dan dinikmati oleh semua orang.

No comments:

Post a Comment