Oleh:
Sugiman
Tatkala hidup terasa aman, nyaman, tentram dan
damai sejahtera Tuhan begitu dekat, akrab, hangat dan dan setia bagi setiap
orang yang percaya adanya Tuhan. Semua terlihat indah, harum dan penuh harapan
pasti akan kehidupan yang lebih cerah dan cemerlang. Kehidupan keluarga: ayah,
ibu dan anak-anak memancarkan senyuman yang mesra dan bahagia di saat situasi
sangat seimbang dan memihak sepenuhnya. Setiap saat permohonan dan ucapan
syukur dipanjatkan kepada Sang Khalik sebagai tanda dan iman yang kokoh. Tuhan
menempati posisi yang sangat penting, sentral dan utama dalam setiap bagian
kehidupannya. Tempat kehadiran-Nya dipersiapkan sebersih mungkin dan ukuran
yang sangat luas di dalam setiap bagian kehidupan.
Sejauh apa yang diperlihatkan di atas, yaitu keadaan
yang tetap aman, nyaman, tentram dan damai sejahtera, adalah wajar jika Tuhan
terasa sangat dekat, hangat dan tetap setia mendampingi dalam setiap bagian
kehidupan manusia. Tetapi bagaimana bila keadaan sudah tak memungkinkan Anda
dan saya lagi untuk tetap percaya terhadap kebesaran, kemahakuasaan, dan cinta
kasih Tuhan? Karena ada begitu banyak hal atau peristiwa yang tidak
memungkinkan setiap orang untuk tetap bersandar , berserah dan percaya kepada-Nya.
Bahkan keadaan yang sangat sulit seolah-olah memberikan tekanan yang sangat
besar bagi sebagian besar orang, sehingga Tuhan terasa sangat jauh, tak
terjangkau dan meninggalkan Anda dan saya seorang diri di dalam lembah
penderitaan, kesedihan dan luka batin yang amat dalam.
Berbagai peristiwa menyedihkan, yang menorehkan
luka amat dalam, mengecewakan dan menyakitkan bagi kehidupan sebagian besar
orang seolah memaksa supaya meninggalkan, menghianati dan pergi jauh dari
hadapan Tuhan. Kepercayaan dan keyakinan yang telah sekian lama dibangun di
atas dasar iman yang kokoh, tetapi kini harus diruntuhkan dalam sekejap mata.
Hubungan cinta kasih, kemesraan dan keharmonisan yang sudah sekian lama dijalin
bersama Tuhan, kini harus dihapuskan total oleh sebuah duka yang mendalam,
yakni ditinggalkan oleh orang-orang yang sangat dikasihi atau oleh berbagai
peristiwa menyakitkan dan menyedihkan lainnya. Misalnya sebuah realita yang
saya hadapi berikut ini:
Saya begitu terpukul dan merasakan kesedihan
yang sangat mendalam ketika ibu tercinta harus pergi selamanya. Sekalipun saya
tahu bahwa ibu telah pergi kurang lebih 23 tahun yang lalu. Begitu pula kakak
laki-laki saya yang meninggal dunia dengan cara yang sangat teragis, yaitu
tengkorak kepalanya pecah setelah dibenturkan oleh almarhum bapak secara
refleks. Tidak lama kemudian, yaitu kurang lebih 2 minggu setelah peristiwa di
atas, adik saya juga meninggal dunia karena penyakit yang dideritanya. Selanjutnya,
setelah sekian lama hidup berdua dengan seorang ayah yang telah berubah drastis
atau berbalik 180 derajat dari cara hidupnya yang lama. Semenjak kami berdua
ditinggalkan oleh ibu, kakak laki-laki dan adik saya, bapak menjadi pribadi
yang sangat baik dan bertanggung jawab atas hidup saya sebagai anak tunggalnya.
Tetapi tepat hari Jum’at, 04 Februari 2011 giliran bapak yang harus pergi
meninggalkan saya seorang diri, mengembara dan berjuang melawan arus dunia dan
realita kehidupan anak-anak manusia lainnya.
Secara jujur saya akui, bahwa berbagai
peristiwa menyedihkan di atas telah menorehkan luka batin yang sangat mendalam.
Bahkan tidak jarang saya mempertanyakan keberadaan Tuhan yang selama ini saya
agung-agungkan. Dalam hati saya bertanya di mana Tuhan ketika semua peristiwa
menyedihkan terjadi dalam hidup saya? Mengapa Tuhan tega membiarkan saya
tinggal di lembah yang menakutkan seorang diri? Tuhan terasa sangat jauh dan
meninggalkan saya hidup berjuang seorang diri. Dunia terasa sangat gersang,
tandus, kosong dan hampa. Tidak ada harapan dan kehidupan yang menjanjikan di
dalamnya. Yang ada hanya penderitaan, kejahatan, kekejaman dan kebencian. Dengan
kata lain, di balik semua peristiwa menyedihkan di atas saya diperhadapkan
dengan sebuah pergumulan atau dilema kehidupan, yaitu “apakah saya masih akan
tetap percaya kepada Tuhan ketika keadaan tak memungkinkan untuk tetap percaya?.”
Percaya dan yakin sepenuhnya kepada Tuhan di
saat situasi terasa aman, nyaman, senang, tentram dan damai adalah hal yang
sangat mudah. Tetapi, keberadaan Tuhan sangat sulit diterima ketika seseorang
berada dan berhadapan dengan sebuah situasi atau keadaan yang sangat tidak
memungkinkan untuk ia tetap percaya kepada-Nya. Artinya, masihkah Anda akan
mengatakan bahwa: “saya akan tetap percaya dan yakin sepenuhnya kepada Tuhan di
saat semua peristiwa menyedihkan, menyakitkan dan mengecewakan hadir di dalam
hidup Anda?” Sungguh keadaan yang sangat sulit. Namun jika Anda benar-benar
menyadarinya, sebenarnya dalam keadaan yang sangat sulit dan sangat tidak
memungkinkan kita untuk tetap percaya sepenuhnya atau beriman dan berkeyakinan kepada
Tuhan adalah awal dari pemurnian iman seseorang oleh Tuhan. Karena pada
dasarnya iman adalah sebuah harapan pasti terhadap segala sesuatu yang tak
terlihat oleh mata, namun sangat terasa nyata dalam hati. Faith is knowing God is always with us even though we can’t see his
face. Dalam konteks itulah Paulus mengatakan bahwa iman adalah bukti
(evidence) dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani 11:1).
Jika demikian, maka kepercayaan dan keyakinan
setiap orang akan teruji kemurnian dan keteguhannya pada Tuhan ketika
diperhadapkan dengan situasi, kondisi atau keadaan yang tidak memungkinkannya
untuk tetap percaya pada Tuhan. Artinya, iman yang sesungguhnya adalah iman
yang tetap menaruh harapan pasti kepada Tuhan sekalipun wajah-Nya tak terlihat
oleh manusia. Karena iman bukan berharap kepada sesuatu yang sudah terlihat di
depan mata, tetapi berharap akan segala sesuatu yang tak terlihat oleh mata,
namun dapat dirasakan secara nyata dan hadir di dalam hati nurani orang yang
percaya kepada-Nya.
Iman juga adalah sebuah harapan pasti bahwa
esok pagi matahari akan terbit kembali sebagai harapan baru, hari yang baru,
semangat yang baru dan hidup yang baru pula. Iman juga adalah sebuah harapan
bahwa esok hari Anda pasti bertemu dengan orang-orang yang sangat Anda kasihi.
Iman juga adalah sebuah harapan bahwa esok hari Anda akan melakukan bahnyak hal
yang mendatangkan kebaikan bagi diri sendiri dan sesama. Dan masih banyak lagi
harapan-harapan setiap orang akan hidupnya. Entah disadari atau tidak, semua
itu adalah bukti dari sebuah harapan yang tak terlihat, namun Tuhan benar-benar
telah hadir di dalam harapan setiap orang yang percaya pada-Nya sekalipun tidak
pernah melihat wajah-Nya. Karena itu, tetaplah percaya sekalipun keadaan tidak
memungkinkan Anda dan saya untuk tetap percaya kepada-Nya!
No comments:
Post a Comment