Sunday, 13 May 2012

KETIKA KEADAAN TAK MEMUNGKINKAN UNTUK TETAP PERCAYA


Oleh: Sugiman

Tatkala hidup terasa aman, nyaman, tentram dan damai sejahtera Tuhan begitu dekat, akrab, hangat dan dan setia bagi setiap orang yang percaya adanya Tuhan. Semua terlihat indah, harum dan penuh harapan pasti akan kehidupan yang lebih cerah dan cemerlang. Kehidupan keluarga: ayah, ibu dan anak-anak memancarkan senyuman yang mesra dan bahagia di saat situasi sangat seimbang dan memihak sepenuhnya. Setiap saat permohonan dan ucapan syukur dipanjatkan kepada Sang Khalik sebagai tanda dan iman yang kokoh. Tuhan menempati posisi yang sangat penting, sentral dan utama dalam setiap bagian kehidupannya. Tempat kehadiran-Nya dipersiapkan sebersih mungkin dan ukuran yang sangat luas di dalam setiap bagian kehidupan.

Sejauh apa yang diperlihatkan di atas, yaitu keadaan yang tetap aman, nyaman, tentram dan damai sejahtera, adalah wajar jika Tuhan terasa sangat dekat, hangat dan tetap setia mendampingi dalam setiap bagian kehidupan manusia. Tetapi bagaimana bila keadaan sudah tak memungkinkan Anda dan saya lagi untuk tetap percaya terhadap kebesaran, kemahakuasaan, dan cinta kasih Tuhan? Karena ada begitu banyak hal atau peristiwa yang tidak memungkinkan setiap orang untuk tetap bersandar , berserah dan percaya kepada-Nya. Bahkan keadaan yang sangat sulit seolah-olah memberikan tekanan yang sangat besar bagi sebagian besar orang, sehingga Tuhan terasa sangat jauh, tak terjangkau dan meninggalkan Anda dan saya seorang diri di dalam lembah penderitaan, kesedihan dan luka batin yang amat dalam.

Berbagai peristiwa menyedihkan, yang menorehkan luka amat dalam, mengecewakan dan menyakitkan bagi kehidupan sebagian besar orang seolah memaksa supaya meninggalkan, menghianati dan pergi jauh dari hadapan Tuhan. Kepercayaan dan keyakinan yang telah sekian lama dibangun di atas dasar iman yang kokoh, tetapi kini harus diruntuhkan dalam sekejap mata. Hubungan cinta kasih, kemesraan dan keharmonisan yang sudah sekian lama dijalin bersama Tuhan, kini harus dihapuskan total oleh sebuah duka yang mendalam, yakni ditinggalkan oleh orang-orang yang sangat dikasihi atau oleh berbagai peristiwa menyakitkan dan menyedihkan lainnya. Misalnya sebuah realita yang saya hadapi berikut ini:

Saya begitu terpukul dan merasakan kesedihan yang sangat mendalam ketika ibu tercinta harus pergi selamanya. Sekalipun saya tahu bahwa ibu telah pergi kurang lebih 23 tahun yang lalu. Begitu pula kakak laki-laki saya yang meninggal dunia dengan cara yang sangat teragis, yaitu tengkorak kepalanya pecah setelah dibenturkan oleh almarhum bapak secara refleks. Tidak lama kemudian, yaitu kurang lebih 2 minggu setelah peristiwa di atas, adik saya juga meninggal dunia karena penyakit yang dideritanya. Selanjutnya, setelah sekian lama hidup berdua dengan seorang ayah yang telah berubah drastis atau berbalik 180 derajat dari cara hidupnya yang lama. Semenjak kami berdua ditinggalkan oleh ibu, kakak laki-laki dan adik saya, bapak menjadi pribadi yang sangat baik dan bertanggung jawab atas hidup saya sebagai anak tunggalnya. Tetapi tepat hari Jum’at, 04 Februari 2011 giliran bapak yang harus pergi meninggalkan saya seorang diri, mengembara dan berjuang melawan arus dunia dan realita kehidupan anak-anak manusia lainnya.

Secara jujur saya akui, bahwa berbagai peristiwa menyedihkan di atas telah menorehkan luka batin yang sangat mendalam. Bahkan tidak jarang saya mempertanyakan keberadaan Tuhan yang selama ini saya agung-agungkan. Dalam hati saya bertanya di mana Tuhan ketika semua peristiwa menyedihkan terjadi dalam hidup saya? Mengapa Tuhan tega membiarkan saya tinggal di lembah yang menakutkan seorang diri? Tuhan terasa sangat jauh dan meninggalkan saya hidup berjuang seorang diri. Dunia terasa sangat gersang, tandus, kosong dan hampa. Tidak ada harapan dan kehidupan yang menjanjikan di dalamnya. Yang ada hanya penderitaan, kejahatan, kekejaman dan kebencian. Dengan kata lain, di balik semua peristiwa menyedihkan di atas saya diperhadapkan dengan sebuah pergumulan atau dilema kehidupan, yaitu “apakah saya masih akan tetap percaya kepada Tuhan ketika keadaan tak memungkinkan untuk tetap percaya?.”

Percaya dan yakin sepenuhnya kepada Tuhan di saat situasi terasa aman, nyaman, senang, tentram dan damai adalah hal yang sangat mudah. Tetapi, keberadaan Tuhan sangat sulit diterima ketika seseorang berada dan berhadapan dengan sebuah situasi atau keadaan yang sangat tidak memungkinkan untuk ia tetap percaya kepada-Nya. Artinya, masihkah Anda akan mengatakan bahwa: “saya akan tetap percaya dan yakin sepenuhnya kepada Tuhan di saat semua peristiwa menyedihkan, menyakitkan dan mengecewakan hadir di dalam hidup Anda?” Sungguh keadaan yang sangat sulit. Namun jika Anda benar-benar menyadarinya, sebenarnya dalam keadaan yang sangat sulit dan sangat tidak memungkinkan kita untuk tetap percaya sepenuhnya atau beriman dan berkeyakinan kepada Tuhan adalah awal dari pemurnian iman seseorang oleh Tuhan. Karena pada dasarnya iman adalah sebuah harapan pasti terhadap segala sesuatu yang tak terlihat oleh mata, namun sangat terasa nyata dalam hati. Faith is knowing God is always with us even though we can’t see his face. Dalam konteks itulah Paulus mengatakan bahwa iman adalah bukti (evidence) dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani 11:1).

Jika demikian, maka kepercayaan dan keyakinan setiap orang akan teruji kemurnian dan keteguhannya pada Tuhan ketika diperhadapkan dengan situasi, kondisi atau keadaan yang tidak memungkinkannya untuk tetap percaya pada Tuhan. Artinya, iman yang sesungguhnya adalah iman yang tetap menaruh harapan pasti kepada Tuhan sekalipun wajah-Nya tak terlihat oleh manusia. Karena iman bukan berharap kepada sesuatu yang sudah terlihat di depan mata, tetapi berharap akan segala sesuatu yang tak terlihat oleh mata, namun dapat dirasakan secara nyata dan hadir di dalam hati nurani orang yang percaya kepada-Nya.

Iman juga adalah sebuah harapan pasti bahwa esok pagi matahari akan terbit kembali sebagai harapan baru, hari yang baru, semangat yang baru dan hidup yang baru pula. Iman juga adalah sebuah harapan bahwa esok hari Anda pasti bertemu dengan orang-orang yang sangat Anda kasihi. Iman juga adalah sebuah harapan bahwa esok hari Anda akan melakukan bahnyak hal yang mendatangkan kebaikan bagi diri sendiri dan sesama. Dan masih banyak lagi harapan-harapan setiap orang akan hidupnya. Entah disadari atau tidak, semua itu adalah bukti dari sebuah harapan yang tak terlihat, namun Tuhan benar-benar telah hadir di dalam harapan setiap orang yang percaya pada-Nya sekalipun tidak pernah melihat wajah-Nya. Karena itu, tetaplah percaya sekalipun keadaan tidak memungkinkan Anda dan saya untuk tetap percaya kepada-Nya!

No comments:

Post a Comment