Monday, 16 April 2012

BAGAIKAN ORANG TUA YANG BERSEMBUNYI DI BELAKANG ANAK


Oleh: Sugiman

Peranan orangtua dalam keluarga adalah sangat penting, karena bagaimana pun orangtua harus bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kehidupan anak-anaknya. Mulai dari kebutuhan jasmani hingga pada kebutuhan rohani. Bahkan ketika sang anak sudah dewasa, hidup terpisah dari kedua orang tuanya, mereka pun tidak serta merta melepaskan anak-anaknya dari tanggung jawabnya. Misalnya, orangtua harus tetap menjadi teladan, panutan atau jalan yang patut diikuti oleh sang anak. Artinya, orangtua tidak hanya memberikan didikan semata terhadap anak-anaknya, tetapi juga harus senantiasa mampu memberikan benih-benih keteladanan dan nilai-nilai mulia kepada mereka. Dengan demikian mereka tidak hanya bertanggung jawab terhadap diri sendiri, terhadap anak-anak mereka, tetapi juga bertanggung jawab kepada Tuhan.

Semoga Anda sepakat dan sependapat dengan kalimat saya di atas. Seandainya tidak sepakat juga tidak ada hukuman apa-apa kok, dan jika Anda sepakat juga tidak ada hadiah, kecuali mendapatkan inspirasi dari tulisan ini. Apa yang saya katakan mengenai peranan orangtua di atas adalah sesuatu wajar dan memenag seharusnya demikian. Tetapi akan menjadi sangat tidak wajar jika orangtua yang berlindung di belakang anak-anaknya, kecuali jika ia sudah menjadi tua dan tidak berdaya. Tetapi yang mau saya katakan di sini adalah, begitulah gambaran yang cocok untuk sebagian besar para pemimpin dan politikus kita di negara Indonesia saat ini. Mereka tak ubahnya dengan orangtua yang selalu berlindung dan bersembunyi di belakang anak-anaknya (rakyat). Tidak hanya itu, mereka juga melakukan banyak hal yang sebenarnya tidak mendatangkan kesejahteraan, kebaikan, kemakmuran, keadilan, kedamaian bagi rakmyat. Tetapi sebaliknya, mereka suka bertindak semaunya, mengorbankan rakyat demi kepentingan kelompok (partai) maupun untuk kepentingan pribadi.

Segala tindakan mereka yang tidak bertanggung jawab telah menyebabkan berbagai krisis. Beberapa di antaranya adalah, krisis keadilan, krisis kepemimpinan, krisis kesejahteraan, krisis kedamaian, krisis kepercayaan dan seterusnya. Betapa tidak? Kasus ketidakadilan, kasus korupsi, kekerasan, pemerasan, eksploitasi dan sejenisnya bertumbuh subur di negara Republik Indonesia. Sungguh menyedihkan bagi mereka yang masih melihat orang lain sebagai sesamanya, yang masih melihat nilai-nilai manusia seutuhnya, dan masih menempatkan manusia lain sesuai harkat dan martabat, yaitu sebagai mana Tuhan telah menempatkan manusia pada mulanya.

Manusia diciptakan tidak lain adalah untuk saling memperhatikan, melengkapi, mengasihi, menolong, menghidupi, dan saling memperjuangkan seorang terhadap yang lain. Bukan untuk sebaliknya, yaitu saling memeras, mendiskriminasi, menyakiti, mengintimidasi, bertindak tidak adil, anarkis oleh beberapa aparat, dan apalagi meniadakan nyawa manusia. Bukankah hal yang sama juga telah dilakukan oleh sebagian besar para anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)? Seharusnya kata “Rakyat” di atas diganti dengan “Rekayasa”! Mengapa? Karena mereka sangat lihai dan hebat merekayasa fakta-fakta dan kebenaran, yang menyangkut hak rakyat. Itulah sebabnya, selagi masih ada kata “Rakyat”, maka mereka akan terus-menerus mengatasnamakan rakyat dalam melakukan hal-hal tertentu yang sebenarnya bukan untuk rakyat. Apa buktinya? Lihat saya kasus korupsi bertumbuh dengan subur dan mereka lakukan berulang untuk kepentingan pribadi atau keluarganya! Semua itu uang rakyat, untuk rakyat, tetapi nyatanya semua itu sangat jauh dari rakyat. Mereka tetah digaji oleh rakyat, tetapi tetap saja mencuri harta tabungan rakyat. Apakah mereka masih manusia? Silahkan jawab sendiri!

Sungguh sangat menyedihkan melihat keadaan bangsa Republik Indonesia yang semakin hari semakin terpuruk. Kekerasan, kelaparan, pengangguran, pemerkosaan, korupsi dan bentuk kejahatan lainnya telah merambat ke segala sudut rumah tangga negara Republik Indonesia, merusak dan meracuni kehidupan keluarga yang harmonis, dan menjadikannya sebagai sarang para perampok, koruptor, pembunuh atau penyamun. Negara seharusnya menjadi tempat yang teduh, aman, nyaman, tentram, damai dan harmonis bagi semua rakyat yang adalah tak ubahnya sebagai anak-anaknya. Sedangkan para pemimpin adalah sebagai orangtua yang seharusnya berfungsi sebagai pembela, pelindung kedua setelah Yang Maha Kuasa. Mereka tidak sadar bahwa tugas mereka tidak hanya sebagai wakil rakyat, tetapi juga wakil dari Tuhan, yang dimandatkan untuk mensejahterakan kehidupan rakyatnya. Tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Mereka telah menyiksa rakyat, tetapi serentak dengan itu mereka telah mengabaikan mandat dari-Nya. Segala bentuk kejahatan yang terjadi di negara Republik Indonesia menggambarkan betapa rendahnya moral para pemimpin kita. Betapa tidak? Mereka sebagai kepala rumah tanggal negara Republik Indonesia yang seharusnya bertanggung jawab penuh atas rakyatnya, dan bukan malah bersembunyi atau berlindung di belakang rakyatnya.

Jasa para pahlawan telah terlupakan, sayap garuda telah mereka patahkan, semangat Pancasila telah mereka padamkan dan Sang Merah Putih telah mereka nodai. Sebaliknya, jiwa komunisme dan penjajah mereka pelihara dan lindungi. Itulah sebabnya, negara Republik Indonesia telah menjadi tempat persembunyian para perampok, penodong, koruptor dan penyamun. Sebagai Dewan Perwakilan Rakyat, seharusnya mereka menjadi teladan, contoh, panutan, dan jalan yang membawa para bawahannya menemukan kemahakuasaan Tuhan di setiap sudut dunia Indonesia. Mereka seharusnya menjadi matahari bagi rakyat pada siang hari dan menjadi sebatang lilin pada malam hari. Jika kita perhatikan lilin baik-baik, maka kita akan menemukan sebuah pengorbanan yang sangat besar padanya. Sebatang lilin tidak hanya rela memberikan cahaya atau terangnya bagi penggunanya, tetapi ia juga rela mengorbankan tubuhnya meleleh habis terbakar hanya untuk sebuah tujuan, yaitu menerangi, dan itulah pemimpin yang melayani. Para pemimpin juga seharunya menjadi terang dan cahaya bagi bawahan dan rakyatnya, dan bukan sebaliknya. Saya kira itulah harapan semua orang ketika memeilih seorang pemimpin. Tetapi sayang! Semuanya itu jauh dari mereka. Mereka lupa, bahwa mereka adalah wakil rakyat dan wakil para perampok, pencuri atau penyamun.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua orang yang membacanya! Salam  

No comments:

Post a Comment