Oleh: Sugiman
Dalam sebuah
hubungan pasti ada manis dan pahitnya. Dengan kata lain, orang yang pernah
membuat kita merasa sangat tersakiti sebenarnya adalah orang yang pernah
membuat kita bahagia. dan tertawa Artinya, seseorang mengetahui apa artinya
kebenciaan adalah sebenarnya orang yang juga mengenal apa artinya kasih sayang.
Karena pada intinya kebenciaan dan kasih sayang adalah dua hal (sifat) yang
sangat berbeda, tetapi tidak dapat dipisahkan dan juga sekaligus tidak dapat
dipersatukan. Tidak dapat dipisahkan yang saya maksudkan di sini adalah dalam
konteks keterkaitan.
Dalam
banyak kasus hampir semuanya bermuara pada kasih dan benci. Salah satu kasus
yang sering menjadi dilema adalah, di mana seseorang sangat mencintai
pasangannya atau pacarnya, tetapi karena peristiwa tertentu, misalnya pernah
diperkosa atau sudah melakukan hubungan intim sebelumnya dengan mantan
pacar, atau sudah tidak perawan lagi, maka lambat laun ketika diketahui
oleh pacar barunya atau oleh suaminya sehingga menimbulkan kebenciaan. Misalnya
sebuah kisah nyata yang menimpa Rama,
di Semarang, yang dimuat dalam “Health Kompas.com” memperlihatkan betapa ia
mengalami stress dan depresi berat setelah mengetahui bahwa pacarnya tidak
perawan lagi. Berikut adalah kisahnya saat berkonsultasi dengan dr Andri,SpKJ, seorang
psikiater, sekaligus penanggung
jawab Klinik Psikosomatik RS Omni, Alam Sutera, Tangerang:
Dok, saya ingin
mencari jalan keluar atas belenggu yang teramat sangat menyiksa. Saya pacaran
dan berniat serius sama seorang wanita selama 3 tahun lebih. Kesetiaan,
kejujuran dan ketulusan selalu kami junjung tinggi meski kami long distance
relationship (LDR ),
karena kami memang berniat serius untuk sampai pelaminan.
Sampai datang pada suatu masalah dan kita "break" pacaran. Namun karena saking bencinya sama saya, dia putuskan untuk menerima cinta dari laki-laki lain. Dan petaka itu pun terjadi. Dia diperkosa oleh pacarnya. Tetapi anehnya, dia tidak mau menikah dengan pacarnya itu, karena memang dia cintanya sama saya.
Ini bagamana dok
? Satu sisi saya sangat teramat mencintai dia, dan dia pun begitu mencintai
saya.. tapi di sisi yang lain,.. saya frustasi dan menjadi depresi berat kalau
ingat dia sudah tidak suci lagi. Bagaimana dok, saya lanjut sama dia atau
mundur? Sejak tahu peristiwa itu, saya semakin memikirkan dia, dan enggak bisa
kalau tanpa dia. Tapi saya juga tiba-tiba jadi emosi dan begitu murka sama dia.
Bagaimana penyelesaiannya? Mohon pencerahannya.. Trims
Sumber
:
Untuk memahami
peristiwa yang dialami oleh Rama
di atas, ada dua kata kunci sifat yang menjadikan masalah itu dilema, yaitu mencintai dan membenci. Dua kata sifat itu memang dua pasangan yang tak dapat
diceraikan dan juga tak dapat dipersatukan atau didamaikan. Mengapa? Karena
keduanya memiliki muatan atau nilai yang berbeda satu sama lain. Tetapi kedua
sifat itu sangat tergantung pada objek yang dibenci atau dikasihi. Misalnya,
jika seseorang membenci perbuatan yang jahat, maka itu adalah baik.
Sebaliknya, jika seseorang mencintai perbuatan jahat maka itu adalah buruk.
Karena itu, kita harus bisa membedakan antara manusia dan kejahatan. Dengan
kata lain, mengasihi manusianya tidak berarti mengasihi sifat-sifatnya yang
jahat atau buruknya. Demikian juga sebaliknya, yaitu membenci sifat-sifatnya
yang jahat dan buruknya tidak berarti membenci manusia atau pribadinya.
Artinya, di sini dibutuhkan kecerdasan untuk memisahkan keduanya tanpa harus
mengorbankan manusia.
Jadi, bagaimana
kaitannya dengan masalah di atas, seperti yang dialami oleh Rama? Apakah
hubungan akan terus dilanjutkan atau berhenti di tengah jalan? Jawabannya ada
di dalam setiap pribadi seseorang itu sendiri. Tetapi jangan abaikan hati
nurani, sebab cinta sejati erat kaitannya dengan hati nurani, dan itulah
satu-satunya kekuatan yang diberikan Tuhan kepada setiap orang untuk ia tetap
mengasihi sesamanya tanpa melihat ketidaksempurnaannya.
Cinta sejati
pada dasarnya tidak pernah menolak ketidaksempurnaan, melainkan menerimanya
sebagai mana adanya. Tetapi cinta akan menjadi lebih mulia jika diberikan pada
orang yang tepat dan pantas menerimanya. Maksud saya adalah, jika masih ada
kebencian dalam hati seseorang, maka cinta yang dia berikan bukanlah cinta yang
tulus dan murni karena itu tidak berarti apa-apa. Jadi lebih baik tidak
diberikan sama sekali dari pada harus menjadi batu sandungan dan menjadi
senjata kita untuk memojokkan seseorang hanya karena kesalahannya. Tetapi jika
Anda sanggup menerimanya apa adanya, maka itulah cinta sejati Anda, dan Anda
merasa bahwa hanya dialah yang berhak menerimanya.
No comments:
Post a Comment