Sunday, 29 April 2012

MENCINTAI DAN MEMBENCI BERSATU, MUNGKINKAH?


Oleh: Sugiman




Dalam sebuah hubungan pasti ada manis dan pahitnya. Dengan kata lain, orang yang pernah membuat kita merasa sangat tersakiti sebenarnya adalah orang yang pernah membuat kita bahagia. dan tertawa Artinya, seseorang mengetahui apa artinya kebenciaan adalah sebenarnya orang yang juga mengenal apa artinya kasih sayang. Karena pada intinya kebenciaan dan kasih sayang adalah dua hal (sifat) yang sangat berbeda, tetapi tidak dapat dipisahkan dan juga sekaligus tidak dapat dipersatukan. Tidak dapat dipisahkan yang saya maksudkan di sini adalah dalam konteks keterkaitan.


Dalam banyak kasus hampir semuanya bermuara pada kasih dan benci. Salah satu kasus yang sering menjadi dilema adalah, di mana seseorang sangat mencintai pasangannya atau pacarnya, tetapi karena peristiwa tertentu, misalnya pernah diperkosa atau sudah melakukan hubungan intim sebelumnya dengan mantan pacar,  atau sudah tidak perawan lagi, maka lambat laun ketika diketahui oleh pacar barunya atau oleh suaminya sehingga menimbulkan kebenciaan. Misalnya sebuah kisah nyata yang menimpa Rama, di Semarang, yang dimuat dalam “Health Kompas.com” memperlihatkan betapa ia mengalami stress dan depresi berat setelah mengetahui bahwa pacarnya tidak perawan lagi. Berikut adalah kisahnya saat berkonsultasi dengan dr Andri,SpKJ, seorang psikiater, sekaligus penanggung jawab Klinik Psikosomatik RS Omni, Alam Sutera, Tangerang:

Dok, saya ingin mencari jalan keluar atas belenggu yang teramat sangat menyiksa. Saya pacaran dan berniat serius sama seorang wanita selama 3 tahun lebih. Kesetiaan, kejujuran dan ketulusan selalu kami junjung tinggi meski kami long distance relationship (LDR), karena kami memang berniat serius untuk sampai pelaminan.

Sampai datang pada suatu masalah dan kita "break" pacaran. Namun karena saking bencinya sama saya, dia putuskan untuk menerima cinta dari laki-laki lain. Dan petaka itu pun terjadi. Dia diperkosa oleh pacarnya. Tetapi anehnya, dia tidak mau  menikah dengan pacarnya itu, karena memang dia cintanya sama saya.

Ini bagamana dok ? Satu sisi saya sangat teramat mencintai dia, dan dia pun begitu mencintai saya.. tapi di sisi yang lain,.. saya frustasi dan menjadi depresi berat kalau ingat dia sudah tidak suci lagi. Bagaimana dok, saya lanjut sama dia atau mundur? Sejak tahu peristiwa itu, saya semakin memikirkan dia, dan enggak bisa kalau tanpa dia. Tapi saya juga tiba-tiba jadi emosi dan begitu murka sama dia. Bagaimana penyelesaiannya? Mohon pencerahannya.. Trims


Sumber :

Untuk memahami peristiwa yang dialami oleh Rama di atas, ada dua kata kunci sifat yang menjadikan masalah itu dilema, yaitu mencintai dan membenci. Dua kata sifat itu memang dua pasangan yang tak dapat diceraikan dan juga tak dapat dipersatukan atau didamaikan. Mengapa? Karena keduanya memiliki muatan atau nilai yang berbeda satu sama lain. Tetapi kedua sifat itu sangat tergantung pada objek yang dibenci atau dikasihi. Misalnya, jika seseorang membenci perbuatan yang jahat, maka itu  adalah baik. Sebaliknya, jika seseorang mencintai perbuatan jahat maka itu adalah buruk. Karena itu, kita harus bisa membedakan antara manusia dan kejahatan. Dengan kata lain, mengasihi manusianya tidak berarti mengasihi sifat-sifatnya yang jahat atau buruknya. Demikian juga sebaliknya, yaitu membenci sifat-sifatnya yang jahat dan buruknya tidak berarti membenci manusia atau pribadinya. Artinya, di sini dibutuhkan kecerdasan untuk memisahkan keduanya tanpa harus mengorbankan manusia.

Jadi, bagaimana kaitannya dengan masalah di atas, seperti yang dialami oleh Rama? Apakah hubungan akan terus dilanjutkan atau berhenti di tengah jalan? Jawabannya ada di dalam setiap pribadi seseorang itu sendiri. Tetapi jangan abaikan hati nurani, sebab cinta sejati erat kaitannya dengan hati nurani, dan itulah satu-satunya kekuatan yang diberikan Tuhan kepada setiap orang untuk ia tetap mengasihi sesamanya tanpa melihat ketidaksempurnaannya.

Cinta sejati pada dasarnya tidak pernah menolak ketidaksempurnaan, melainkan menerimanya sebagai mana adanya. Tetapi cinta akan menjadi lebih mulia jika diberikan pada orang yang tepat dan pantas menerimanya. Maksud saya adalah, jika masih ada kebencian dalam hati seseorang, maka cinta yang dia berikan bukanlah cinta yang tulus dan murni karena itu tidak berarti apa-apa. Jadi lebih baik tidak diberikan sama sekali dari pada harus menjadi batu sandungan dan menjadi senjata kita untuk memojokkan seseorang hanya karena kesalahannya. Tetapi jika Anda sanggup menerimanya apa adanya, maka itulah cinta sejati Anda, dan Anda merasa bahwa hanya dialah yang berhak menerimanya.

No comments:

Post a Comment