Wednesday 25 April 2012

YANG TIDAK SEPENUHNYA AKU DAPATKAN DARI IBU


Oleh: Sugiman

Aku lahir sebagai anak kedua dari tiga bersaudara. Tetapi hanya aku yang beruntungan dari mereka berdua. Atas anugerah Tuhan aku diberikan kesempatan untuk menghirup udara segar, melihat matahari terbit dan melihat luasnya dunia ini. Orang-orang di desaku dan tante mengatakan, bahwa ibuku meninggal dunia semenjak aku berusia + 3 tahun karena diracun lewat minum kopi di rumah seseorang yang sebenarnya masih ada hubungan dengan keluarga kami. Tidak lama kemudian, kakak laki-lakiku yang meninggal karena tengkorak kepalanya retak setelah dibenturkan oleh bapak ke persegi tiang pintu rumah. Banyak orang bilang kalau bapak saat itu tempramental dan ekstrim emosional. Sedangkan adikku, perempuan satu-satunya, yang masih bayi juga meninggal karena sakit selama seminggu yang tidak diketahui apa penyakitnya. Secara jujur memang aku tergolong orang yang malang, tetapi sekaligus aku merasa orang yang paling beruntung dari mereka.

Tidak berapa lama kemudian, aku diajak tante untuk tinggal di rumahnya bersama nenek yang tidak pernah lelah dan mengeluh merawatku. Begitu juga dengan tante yang sangat mengasihi dan mencintaiku seperti ibu mengasihi aku sebelumnya. Sekalipun sebenarnya aku belum bisa merasakan lembutnya sentuhan ibu saat menggendong dan memegang tanganku atau saat ia membelau rambutku. Bahkan aku tidak tahu apapun seperti apa sebenarnya paras ibuku, tapi yakin beliau pasti cantik, anggung, lemah lembut, ramah, penuh perhatian dan mengasihiku dengan sepenuh hatinya. Itulah sebabnya aku sangat penasaran dan rindu padanya.

Setiap hari ibu, aku selalu menangis karena kesedihan yang mendalam, tetapi sekaligus aku merasa terharu melihat anak-anak yang memberikan kado atau hadiah pada ibunya. Terkadang aku sangat iri, dengki dan cemburu melihat teman-temanku yang masih memiliki ibu. Mereka bisa berbagi cerita di masa kecilnya, terlebih sosok ibu yang memberikan kasih sayang pada anak-anaknya. Aku merasakan, alangkah bahagianya hidup mereka. Itulah sebabnya aku sangat sedih ketika melihat dan mendengar ada anak yang membenci dan membentak-bentak ibunya, dalam hati seolah aku ingin mengatakan “boleh tidak ibumu juga jadi ibuku, biarkan ia tinggal bersamaku!” gumumku. Tetapi itu hanya hayalan dan impian belaka.

Sosok seorang ibu begitu berarti bagiku yang hidup sebatang kara. Bahkan pernah aku berpikir, bahwa kalau ada ibu-ibu yang bersedia menjadi ibuku, sekali pun hanya ibu angkat aku akan membuka pintu hatiku bagi mereka dan aku pun bersedia menjadi anaknya. Tetapi sayang, hingga saat ini pun aku tetap seorang anak yang tidak beribu. Meskipun begitu, aku tetap merasa orang yang sangat beruntung dari mereka yang memiliki ibu. Karena mereka cuma punya satu ibu, sedangkan aku mempunyai lebih dari satu ibu, walaupun sebenarnya bukan ibu kandungku. Tetapi kasih sayang yang aku dapatkan dari mereka mungkin tidak jauh berbeda dengan kasih sayang yang ibu kandung berikan terhadap anak-anaknya. Inilah yang membuatku tidak pernah berhenti bersyukur pada Tuhan.

Bagiku, sosok seorang ibu yang benar-benar menyadari tugas dan tanggung jawabnya sebagai ibu adalah seorang pahlawan yang berani mempertaruhkan nyawanya untuk anaknya sewaktu melahirkan. Bahkan tidak jarang ibu yang meninggal pada saat melahirkan akibat pendarahan yang dialaminya, sehingga beliau kekurangan darah. Berbeda halnya dengan sebagian besar kaum bapak yang lebih memilih untuk mengorbankan anaknya ketika dokter menawarkan atau memperhadapkannya pada suatu dilema. Misalnya, pada saat proses kelahiran yang sangat sulit, yang di mana salah satu nyawa manusia harus dikorbankan, yaitu anak atau ibu yang harus diselamatkan? Maka sudah pasti ayah atau bapak biasanya akan memilih nyawa ibu yang harus diselamatkan. Bahkan aku pun jika diperhadapkan dengan dilema seperti itu pasti memilih nyawa ibunya yang diselamatkan. Mengapa? Silahkan jawab sendiri!. Tetapi berbeda halnya dengan kaum perempuan pada umumnya yang menyadari dan mengenal siapa dirinya. Mengapa saya katakan demikian? Karena ada perempuan yang tidak mengenal siapa dirinya, sehingga seenaknya ia membuang anaknya sehabis melahirkan, atau membunuh anaknya sendiri dengan cara aborsi atau cara yang lainnya. Sekalipun sebenarnya tidak semua ibu memiliki sifat yang demikian.

Dengan kata lain, masih banyak ibu yang sangat mengasihi anak-anaknya sekalipun dirinya terkadang sering diabaikan atau dilupakan oleh anak-anaknya. Bahakan tidak sedikit juga ibu yang sangat mengasihi anaknya, tetapi justru disakiti oleh anaknya, mulai dari penolakan atau tidak diakui dan dibiarkan hidup menderita seorang diri. Biasanya hal ini terjadi karena si anak malu untuk mengakui orangtuanya yang miskin di kampung setelah sang anak hidup nyaman dan berhasil di kota. Padahal betapa banyak anak-anak piatu (motherless child) yang merindukan sosok seorang ibu dalam hidupnya, termasuk aku sendiri. Karena, bagaimana pun sosok seorang ayah terkadang tidak bisa menggantikan posisi ibu sepenuhnya di dalam keluarga dan begitu pula sebaliknya. Artinya, tidak berarti sosok ayah tidak penting lantas harus diabaikan. Tetapi keduanya sama pentingnya. Hanya saja dalam tulisan ini aku hanya menyoroti sosok seorang ibu. Mengapa? Karena sebelumnya aku tidak pernah merasakan sentuhan ibuku. Harus ku akui, bahwa bagaimana pun sosok ibu pada umumnya sesungguhnya dibutuhkan untuk memberi sentuhan yang halus, sangat lembut dan berbeda dengan sentuhan bapak. Sekalipun harus diakui juga bahwa ada bapak yang sama lembutnya dengan sentuhan sang ibu, dan begitu pula sebaliknya, yaitu ada ibu yang menyerupai sentuhan sang bapak pada umumnya. Tetapi itu sangat jarang terjadi di dalam keluarga. Karena itulah aku sangat merindukan belaskasihan seorang ibu dalam hidupku.

Lembutnya sentuhan seorang ibu telah membuatnya berbeda dengan sosok sang bapak. Perhatian ibu terhadap anaknya begitu besar dan tulus. Aku kira itulah yang tidak ku dapatkan hingga saat ini. Bahkan tidak jarang aku menganggap sebagian dari ibu teman-temanku ku anggap seperti ibuku sendiri. Oleh sebab itu, berbahagialah Anda yang masih memiliki ibu, yang hingga saat ini masih memberikan sentuhan lembutnya pada Anda. Jangan sia-siakan kehadiran mereka dalam hidup Anda, kasihilah mereka dengan sepenuh hati selagi mereka masih ada bersama-sama dengan Anda! Ungkapkanlah kata-kata indah yang dapat membuat mereka merasakan kebahagiaan hidup bersama Anda! Lakukanlah hal-hal yang bernilai mulia pada mereka! Rawatlah mereka selagi Anda dapat melakukannya, dan penuhi hidup mereka dengan budi baik selagi hati mereka dapat digetarkan! Ingat, jangan pernah menahan kasih kepada orang yang berhak dan pantas menerimanya, sementara Anda mampu melakukannya! Karena ada saatnya Anda akan menyesal seumur hidup ketika di mana Anda tidak sempat melakukannya saat beliau membutuhkannya. Karena itu, jangan tunggu nanti, tetapi lakukanlah sekarang!

No comments:

Post a Comment