Tuesday 24 April 2012

“OH INI MAKSUD-NYA…”


Oleh: Sugiman

Sebagian besar orang, termasuk saya pernah mengatakan bahwa hidup ini bagaikan sebuah teka-teki silang yang rumitnya minta ampun. Apalagi bagi mereka yang secara turun temurun telah merasakan susah dan kerasnya hidup ini. Tetapi itulah risiko kehidupan di dunia. Namun demikian, tidak berarti hidup ini tanpa kebahagiaan sedikitpun, yang membuat seseorang bisa mensyukuri keberadaannya. Salah satu kisah nyatanya adalah dialami oleh Margaret Haughery dari New Orleans (1813-1882). Sewaktu masih sesesok bayi mungil, kedua orangtua Margaret telah meninggal dunia. Kemudian ia dipungut oleh dua orang pemuda yang sama miskin dengan keluarganya. Meskipun demikian, ia tetap mendapatkan kasih sayang yang sama besarnya seperti yang ditunjukan oleh kedua orangtuanya. Hingga dewasa ia masih tinggal bersama mereka seperti layaknya keluarga yang hidup bahagia.

Kemudian ia menikah dan dan mempunyai seorang anak, tetapi tidak lama kemudian suaminya meninggal dunia, dan begitu pula dengan anaknya. Akhirnya, ia tinggal sendirian dan berjuang mengarungi keras dan pahitnya hidup ini. Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, ia bekerja sangat keras, yaitu menyetrika pakaian di perusahan Binatu, dan setiap hari dari pagi hingga malam hal ia lakukan tanpa menyerah. Karena berdekatan dengan sebuah jendela, maka ia sering mengamati anak-anak yatim piatu yang sedang bekerja dan bermain, yang letaknya tidak jauh dari tempat kerjanya. Tetapi tidak lama kemudian seluruh kota itu dilanda wabah penyakit yang sangat dahsyat dan mematikan. Akibatnya, banyak ibu dan ayah yang menjadi korban jiwa saat itu, sehingga mereka meninggalkan banyak sekali anak-anak yatim piatu.

Di wajah anak-anak yatim piatu itu terpancar betapa mereka telah disakiti oleh kehidupan ini. Mereka sangat membutuhkan belaskasihan dari para sahabat, terutama dari kedua orangtua mereka. Namun, mereka telah kehilangan sosok ibu dan ayah yang selama ini mereka jadikan pelindung, naungan, tempat mengadu saat menangis, dan tertawa saat mereka bahagia. Dalam keadaan yang serba sulit dan hidup di dalam kemiskinannya, Margaret merelakan dirinya untuk menjadi ibu dari anak-anak yatim piatu di kota itu. Ia menyisihkan setengah dari gajinya untuk menghidupi mereka. Setiap hari ia bekerja lebih keras dari hari biasanya demi anak-anak yatim piatu yang sangat ia kasihi. Kasihnya yang begitu besar terhadap anak-anak yang terabaikan membuat semua pekerjaan yang dia lakukan terasa ringan dan menyenangkan.

Tidak lama kemudian, berkat kerja kerasnya ia membeli dua ekor sapi beserta sebuah gerobak dorong. Setiap hari ini mengantarkan susu dengan kereta dorong kepada para pelanggannya. Sebelum pulang, ia menyempatkan diri untuk masuk ke hotel-hotel dan ke rumah-rumah orang berada meminta sisa-sisa makanan untuk anak-anak yatim piatu yang kelaparan, dan sering itulah yang mereka makan di saat masa-masa sulit. Sebagian sisa uang yang ia dapatkan disumbangkan ke panti-panti asuhan. Tidak hanya itu, berkat hasil kerja kerasnya juga, ia mampu mendirikan panti asuhan khusus untuk bayi, yang disebut sebagai “Pondok Bayi”. Meskipun demikian, ia tetap hidup berkecukupan dan bahkan lebih dari cukup. Margaret terus menekuni hidupnya sebagai wanita perkasa, yaitu menjadi ibu atas anak-anak yatim piatu di kota itu dan bekerja sepanjang hari untuk mereka. Tidak lama kemudian ia mendirikan pabrik roti dengan mesin tenaga uap. Hal itulah yang membuatnya dikenal oleh banyak orang, mulai dari kalangan atas atau kaum elit hingga kalangan terbawah.

Kasih yang mulia, yang dimiliki oleh Margaret telah mengubah kota New Orleans yang tandus menjadi sumber mata air kasih sayang. Ia telah mengubah dunia menjadi surga. Bahkan para pengusaha yang terpandang yang tidak mengenalnya sebelumnya merasa sangat terhormat kepadanya. Margaret telah memberikan dirinya untuk menjadi ibu dari banyak anak yatim piatu dan bekerja untuk mereka. Saat itulah ia merasakan kebahagiaan yang sangat besar bersama anak-anak yatim piatu dan orang-orang yang hidup sejaman dengannya. Sungguh, kebahagiaan yang besar, yang diberikan oleh Margaret kepada semua orang, terutama bagi anak-anak yang terlantar saat itu telah membuatnya menemukan arti hidup yang sesungguhnya. Margaret menyadari, bahwa itulah maksud Tuhan dalam hidupnya. Ia menyadari, seandainya ia dilahirkan dari keluarga berada, mampu, hidup mewah, mungkin dirinya tidak akan tahu maksud Tuhan atas hidupnya. Ia telah sampai ke tempat yang ditentukan Tuhan, sehingga ia mengatakan: “Oh…ini maksud-Nya.” Bahkan setelah ia meninggal, surat wasiatnya yang hanya ditandatangani dengan tanda silang, karena sebelumnya ia tidak pernah belajar membaca dan menulis semua hartanya dilimpahkan kepada panti asuhan yang ada di kota itu.

Refleksi

Kebahagiaan yang ditemukan oleh Margaret tidak sebesar dengan tantangan hidup, kesulitan, dan penderitaan yang ia alami sebelumnya. Bukankah hal itu juga sering kita alami dalam hidup ini? Kita melihat tantangan dan rintangan hidup yang ada di depan seolah-olah jauh lebih besar dari mahkota kebahagiaan yang akan kita dapatkan. Itulah sebabnya, sebagian besar orang takut untuk gagal dalam hidupnya, sehingga mereka lebih memilih untuk berdiam diri dan tidak melakukan tindakan apapun. Sehingga, kehidupan mereka tidak terasa dan tidak memberikan makna abadi apapun bagi sesamanya. Tetapi bagi mereka yang tetap setia menjalankan hidupnya secara konsisten dan memberikan kontribusi bagi sesamanya, telah menemukan kebahagiaan hidup yang mulia, sehingga mereka mengatakan: “Oh….ini maksud-Nya.”

Setiap kegagalan yang kita alami adalah harga yang harus dibayar untuk sebuah kesuksesan dan kebahagiaan hidup ini. Karena pada dasarnya, kebahagiaan tidak akan pernah mendatangi siapapun, kecuali kita-lah yang harus mendatanginya. Sedangkan kegagalan yang dialami adalah kunci yang menjadi tahap awal akan keberhasilan dan kebahagiaan hidup kita. Robert F. Kennedy pernah mengatakan, bahwa hanya mereka yang berani gagal-lah yang dapat meraih keberhasilan dan kebahagiaan hidupnya. Artinya, kegagalan bukanlah akhir dari hidup setiap orang, tetapi kegagalan adalah awal dari keberhasilan dan kebahagiaan seseorang. Saya sangat yakin, bahwa orang yang telah menemukan keberhasilan dan kebahagiaan hidup adalah orang-orang yang pernah gagal, dan kegagalan itu justru telah membuat hidup mereka berarti. Sehingga akhirnya mereka mengatakan: “Oh….ini maksud-Nya.”

Segala sesuatu yang kita alami dalam hidup ini bukan tanpa makna, hanya kita lah yang sulit menemukannya. Tuhan bukan tanpa alasan memilih kita berjalan melewati lembah itu. Tetapi karena Dia tahu, bahwa kita memiliki kualitas pribadi yang tak tergoyahkan oleh segala sesuatu yang kita alami. Tuhan tidak mungkin meletakan seseorang di dalam lembah tanpa Dia tahu kualitas dan kemampuan yang kita miliki. Justru karena Dia tahu kita mampu melewatinya, hal itu boleh dibiarkan-Nya terjadi dalam hidup kita. Tuhan juga tidak pernah membiarkan kita berjalan dan berjuang seorang diri. Tetapi Dia selalu ada bersama kita setiap saat. Bahkan sedetik pun kita tidak pernah luput dari pandangan-Nya. Bahkan bagian hidup kita yang tak terjangkau oleh manusia pun, Tuhan jangkau dan Dia ada di sana. Semua itu Dia lakukan karena Dia sangat peduli kepada kita. Dia terus menuntun dan berjalan bersama kita sehingga kita berhasil melewati lembah kekelaman yang menakutkan dan menyakitkan itu. Akhirnya, kita tiba di tempat yang telah ditentukan-Nya dan melihat alangkah indah dan bahagianya hidup ini, sehingga dengan suara lantang dan penuh ucapan syukur kita mengatakan: “Oh..ini maksud-Nya”. Selamat berjuang para sahabat…….

No comments:

Post a Comment