Oleh: Sugiman
Sebagian besar orang, termasuk saya pernah mengatakan bahwa hidup ini bagaikan
sebuah teka-teki silang yang rumitnya minta ampun. Apalagi bagi mereka yang
secara turun temurun telah merasakan susah dan kerasnya hidup ini. Tetapi itulah
risiko kehidupan di dunia. Namun demikian, tidak berarti hidup ini tanpa
kebahagiaan sedikitpun, yang membuat seseorang bisa mensyukuri keberadaannya. Salah
satu kisah nyatanya adalah dialami oleh Margaret Haughery dari New Orleans (1813-1882).
Sewaktu masih sesesok bayi mungil, kedua orangtua Margaret telah meninggal
dunia. Kemudian ia dipungut oleh dua orang pemuda yang sama miskin dengan
keluarganya. Meskipun demikian, ia tetap mendapatkan kasih sayang yang sama besarnya
seperti yang ditunjukan oleh kedua orangtuanya. Hingga dewasa ia masih tinggal
bersama mereka seperti layaknya keluarga yang hidup bahagia.
Kemudian ia menikah dan dan mempunyai seorang anak, tetapi tidak lama
kemudian suaminya meninggal dunia, dan begitu pula dengan anaknya. Akhirnya, ia
tinggal sendirian dan berjuang mengarungi keras dan pahitnya hidup ini. Untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya, ia bekerja sangat keras, yaitu menyetrika pakaian di
perusahan Binatu, dan setiap hari dari pagi hingga malam hal ia lakukan tanpa menyerah.
Karena berdekatan dengan sebuah jendela, maka ia sering mengamati anak-anak
yatim piatu yang sedang bekerja dan bermain, yang letaknya tidak jauh dari
tempat kerjanya. Tetapi tidak lama kemudian seluruh kota itu dilanda wabah
penyakit yang sangat dahsyat dan mematikan. Akibatnya, banyak ibu dan ayah yang
menjadi korban jiwa saat itu, sehingga mereka meninggalkan banyak sekali
anak-anak yatim piatu.
Di wajah anak-anak yatim piatu itu terpancar betapa mereka telah
disakiti oleh kehidupan ini. Mereka sangat membutuhkan belaskasihan dari para
sahabat, terutama dari kedua orangtua mereka. Namun, mereka telah kehilangan
sosok ibu dan ayah yang selama ini mereka jadikan pelindung, naungan, tempat
mengadu saat menangis, dan tertawa saat mereka bahagia. Dalam keadaan yang
serba sulit dan hidup di dalam kemiskinannya, Margaret merelakan dirinya untuk menjadi
ibu dari anak-anak yatim piatu di kota itu. Ia menyisihkan setengah dari
gajinya untuk menghidupi mereka. Setiap hari ia bekerja lebih keras dari hari
biasanya demi anak-anak yatim piatu yang sangat ia kasihi. Kasihnya yang begitu
besar terhadap anak-anak yang terabaikan membuat semua pekerjaan yang dia
lakukan terasa ringan dan menyenangkan.
Tidak lama kemudian, berkat kerja kerasnya ia membeli dua ekor sapi
beserta sebuah gerobak dorong. Setiap hari ini mengantarkan susu dengan kereta
dorong kepada para pelanggannya. Sebelum pulang, ia menyempatkan diri untuk
masuk ke hotel-hotel dan ke rumah-rumah orang berada meminta sisa-sisa makanan
untuk anak-anak yatim piatu yang kelaparan, dan sering itulah yang mereka makan
di saat masa-masa sulit. Sebagian sisa uang yang ia dapatkan disumbangkan ke
panti-panti asuhan. Tidak hanya itu, berkat hasil kerja kerasnya juga, ia mampu
mendirikan panti asuhan khusus untuk bayi, yang disebut sebagai “Pondok Bayi”. Meskipun
demikian, ia tetap hidup berkecukupan dan bahkan lebih dari cukup. Margaret terus
menekuni hidupnya sebagai wanita perkasa, yaitu menjadi ibu atas anak-anak
yatim piatu di kota itu dan bekerja sepanjang hari untuk mereka. Tidak lama
kemudian ia mendirikan pabrik roti dengan mesin tenaga uap. Hal itulah yang
membuatnya dikenal oleh banyak orang, mulai dari kalangan atas atau kaum elit
hingga kalangan terbawah.
Kasih yang mulia, yang dimiliki oleh Margaret telah mengubah kota New Orleans
yang tandus menjadi sumber mata air kasih sayang. Ia telah mengubah dunia
menjadi surga. Bahkan para pengusaha yang terpandang yang tidak mengenalnya
sebelumnya merasa sangat terhormat kepadanya. Margaret telah memberikan dirinya
untuk menjadi ibu dari banyak anak yatim piatu dan bekerja untuk mereka. Saat itulah
ia merasakan kebahagiaan yang sangat besar bersama anak-anak yatim piatu dan
orang-orang yang hidup sejaman dengannya. Sungguh, kebahagiaan yang besar, yang
diberikan oleh Margaret kepada semua orang, terutama bagi anak-anak yang terlantar
saat itu telah membuatnya menemukan arti hidup yang sesungguhnya. Margaret
menyadari, bahwa itulah maksud Tuhan dalam hidupnya. Ia menyadari, seandainya ia
dilahirkan dari keluarga berada, mampu, hidup mewah, mungkin dirinya tidak akan
tahu maksud Tuhan atas hidupnya. Ia telah sampai ke tempat yang ditentukan
Tuhan, sehingga ia mengatakan: “Oh…ini maksud-Nya.” Bahkan setelah ia meninggal,
surat wasiatnya yang hanya ditandatangani dengan tanda silang, karena sebelumnya
ia tidak pernah belajar membaca dan menulis semua hartanya dilimpahkan kepada panti
asuhan yang ada di kota itu.
Refleksi
Kebahagiaan yang ditemukan oleh Margaret tidak sebesar dengan tantangan
hidup, kesulitan, dan penderitaan yang ia alami sebelumnya. Bukankah hal itu
juga sering kita alami dalam hidup ini? Kita melihat tantangan dan rintangan hidup
yang ada di depan seolah-olah jauh lebih besar dari mahkota kebahagiaan yang
akan kita dapatkan. Itulah sebabnya, sebagian besar orang takut untuk gagal
dalam hidupnya, sehingga mereka lebih memilih untuk berdiam diri dan tidak
melakukan tindakan apapun. Sehingga, kehidupan mereka tidak terasa dan tidak memberikan
makna abadi apapun bagi sesamanya. Tetapi bagi mereka yang tetap setia
menjalankan hidupnya secara konsisten dan memberikan kontribusi bagi sesamanya,
telah menemukan kebahagiaan hidup yang mulia, sehingga mereka mengatakan: “Oh….ini
maksud-Nya.”
Setiap kegagalan yang kita alami adalah harga yang harus dibayar untuk
sebuah kesuksesan dan kebahagiaan hidup ini. Karena pada dasarnya, kebahagiaan
tidak akan pernah mendatangi siapapun, kecuali kita-lah yang harus
mendatanginya. Sedangkan kegagalan yang dialami adalah kunci yang menjadi tahap
awal akan keberhasilan dan kebahagiaan hidup kita. Robert F. Kennedy pernah
mengatakan, bahwa hanya mereka yang berani gagal-lah yang dapat meraih
keberhasilan dan kebahagiaan hidupnya. Artinya, kegagalan bukanlah akhir dari hidup
setiap orang, tetapi kegagalan adalah awal dari keberhasilan dan kebahagiaan
seseorang. Saya sangat yakin, bahwa orang yang telah menemukan keberhasilan dan
kebahagiaan hidup adalah orang-orang yang pernah gagal, dan kegagalan itu justru
telah membuat hidup mereka berarti. Sehingga akhirnya mereka mengatakan: “Oh….ini
maksud-Nya.”
Segala sesuatu yang kita alami dalam hidup ini bukan tanpa makna, hanya
kita lah yang sulit menemukannya. Tuhan bukan tanpa alasan memilih kita
berjalan melewati lembah itu. Tetapi karena Dia tahu, bahwa kita memiliki
kualitas pribadi yang tak tergoyahkan oleh segala sesuatu yang kita alami.
Tuhan tidak mungkin meletakan seseorang di dalam lembah tanpa Dia tahu kualitas
dan kemampuan yang kita miliki. Justru karena Dia tahu kita mampu melewatinya,
hal itu boleh dibiarkan-Nya terjadi dalam hidup kita. Tuhan juga tidak pernah
membiarkan kita berjalan dan berjuang seorang diri. Tetapi Dia selalu ada
bersama kita setiap saat. Bahkan sedetik pun kita tidak pernah luput dari
pandangan-Nya. Bahkan bagian hidup kita yang tak terjangkau oleh manusia pun, Tuhan
jangkau dan Dia ada di sana. Semua itu Dia lakukan karena Dia sangat peduli kepada
kita. Dia terus menuntun dan berjalan bersama kita sehingga kita berhasil melewati
lembah kekelaman yang menakutkan dan menyakitkan itu. Akhirnya, kita tiba di
tempat yang telah ditentukan-Nya dan melihat alangkah indah dan bahagianya hidup
ini, sehingga dengan suara lantang dan penuh ucapan syukur kita mengatakan: “Oh..ini
maksud-Nya”. Selamat berjuang para sahabat…….
No comments:
Post a Comment