Oleh: Sugiman
“Bebaskanlah Barabas, salibkanlah Yesus!” Itulah bunyi kalimat yang
diteriakan dengan suara keras dan lantang di hadapan Pilatus oleh para imam,
para pemimpin agama dan orang-orang Yahudi yang membenci dan menolak kehadiran Yesus.
Pernyataan yang berisi penolakan itu diungkapkan setelah Yesus dinyatakan tidak
bersalah dan bebas oleh Herodes dan Pilatus. Ini mengindikasikan, bahwa kehadiran
Yesus menjadi ancaman dan bencana bagi para imam, para pemimpin agama dan
orang-orang Farisi saat itu. Mengapa? Paling tidak ada empat alasan mengapa
kehadiran Yesus ditolak total saat itu:
Pertama, kehadiran Yesus sebagai orang baru ternyata
mampu menarik perhatian orang banyak. Dengan demikian, mereka kuatir dan takut bahwa
dalam jangka waktu tertentu semua orang akan berbalik dan menjadi pengikut
Yesus. Artinya, mereka takut ditinggalkan oleh para pengikutnya.
Kedua, kehadiran Yesus adalah menjadi saingan berat
bagi mereka, apalagi dikarenakan bahwa Yesus sering melakukan berbagai muzijat (air menjadi anggur,
menyembuhkan orang yang sakit, mengusir roh jahat, membangkitkan orang yang
sudah meninggal dst). Karena itu, orang-orang Yahudi akan dengan mudah mengikut
ajaran Yesus dan percaya kepada Yesus.
Ketiga, jika dilihat dari kaca mata keagamaan orang
Yahudi, maka kehadiran Yesus adalah sebagai penantang dan penghujat Allah.
Pernyataan Yesus yang mengatakan bahwa diri-Nya adalah Anak Allah adalah
menjadi salah satu alasan kuat bagi mereka untuk menyingkirkan kehadiran atau
keberadaan Yesus. Dengan kata lain, ketika Yesus mengaku bahwa dirinya adalah Anak
Allah, maka sama halnya dengan Yesus menyebut diri-Nya sebagai orang yang
sangat dengan Allah. Padahal mereka tahu betul, bahwa Yesus adalah anak Yusuf
dan Maria, keluarga miskin dan anak si tukang kayu. Dengan kata lain, Yesus itu
hanya orang biasa, berdosa, miskin, tidak punya kedudukan apapun di parlemen
manapun. Atau Yesus sama dengan pemimpin ilegal yang tidak memiliki institusi
resmi seperti mereka.
Keempat, kehadiran Yesus adalah sebagai penantang
radikal atas berbagai tindakan kejahatan. Tanpa neko-neko, basa-basi dan takut,
Dia mengatakan atau membeberkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh para
imam, para pemimpin agama dan orang-orang Farisi di depan orang banyak. Yesus
tidak bisa diajak kompromi oleh siapapun dalam hal kejahatan. Jika A tetap A,
dan B tetap B atau kebenaran tetap kebenaran dan kejahatan tetap kejahatan. Ini
mengindikasikan, bahwa mereka takut, dengan kehadiran Yesus maka segala bentuk
kejahatan dan berbagai penipuan yang mereka lakukan terbongkar habis. Karena itu,
jika Yesus tidak disingkirkan, maka Dia bisa menghilangkan mata pencaharian
mereka di Bait Suci. Misalnya, ketika Yesus
menunggang balikan dan mengobrak-abrik para pedagang yang sedang berjualan di Bait
Suci, maka reaksi pertama itu datang dari para imam, para pemimpin agama dan
orang-orang Farisi. Mengapa? Karena jika para pedagang itu pergi dan tidak
berjualan di situ lagi, maka pendapatan mereka berkurang dan bahkan tidak sama
sekali.
Tindakan Yesus ketika mengusir para pedagang yang sedang berjualan di Bait
Suci tidak dapat dilepaskan dari tindakan kejahatan yang dilakukan oleh para
penantang-Nya. Itu berarti izin atau aturan yang ada di Bait Suci murni dari
mereka, dan yang disesuaikan dengan kehendak dan keinginan mereka. Bait Suci
adalah tempat yang sangat strategis dan subur untuk korupsi dan mencari
keuntungan. Betapa tidak? Kurban persembahan yang berkenan dan layak
dipersembahkan kepada Tuhan, hanyalah kurban yang diusulkan oleh para imam. Dan
imam tahu persis kriteria hewan kurban seperti apa yang berkenan dan layak
dipersembahkan. Seorang imam berhak penuh atas kurban persembahan yang harus
diberikan si penyembah. Karena itu, para imam mengusulkan supaya si penyembah membeli
kurban yang sudah disediakan di Bait Suci. Tetapi yang menjadi masalah adalah harga
yang sangat tinggi dan mahal sangat menyiksa bagi para pembeli. Apalagi jika ia
tidak mampu, maka sudah pasti berhutang atau meminjam kepada tetangganya. Itu berarti,
antara pedagang, para imam, para pemimpin agama dan orang-orang Farisi sudah
bekerja sama atau kong kali kong.
Keempat alasan di atas telah menjadi senjata utama untuk menyingkirkan
kehadiran Yesus. Berbagai cara telah mereka lakukan untuk menyingkirkan kehadiran
Yesus. Misalnya, ketika Yesus menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat,
orang-orang Farisi berusaha menganiaya dan bahkan membunuhnya, berusa
mendorongnya ke dalam jurang dan sebagainya. Kebencian para imam, para pemimpin
agama dan orang-orang Farisi telah tertimbun sangat lama. Karena itu, mereka berusaha
mempropokasi rakyat dan bahkan tidak menutup kemungkinan mereka membayar rakyat
jelata supaya satu suara meneriakan penyaliban Yesus dan pembebasan Barabas. Memilih
supaya membebaskan seorang pemberontak dan pembunuh dari pada Yesus
memperlihatkan, betapa mereka sudah sangat terbiasa menikmati hidup dalam
kebobrokan dan kejahatan. Karena itu, ketika Yesus memperlihatkan sikap-sikap
baik dan menantang berbagai tindakan kejahatan, mereka merasa terganggu. Menantang
kejahatan adalah sama artinya dengan menjadi musuh mereka. Karena itu, saya
mengatakan, bahwa Yesus bisa dikatakan sebagai korban politik para imam, para
pemimpin agama Yahudi dan orang-orang Farisi saat itu. Tetapi cara itu
digunakan Allah untuk menyelamatkan manusia dari belenggu dosa.
Perhatikan teks Lukas 23:13-25! Perikop ini dimulai dengan pengumpulan imam-imam
kepala dan pemimpin-pemimpin (pemimpin agama dan negara) serta rakyat oleh
Pilatus. Artinya, kelompok-kelompok yang telah disebutkan di atas sudah bekerja
sama dan satu suara untuk mendakwa dan mengadili Yesus. Karena itu, Herodes dan
Pilatus, menyatakan Yesus tidak bersalah dan harus dibebaskan maka mereka
menjadi marah dan bertindak anarkis sambil meneriakan: “Enyahkanlah Dia,
bebaskanlah Barabas bagi kami” (23:18). Teriakan itu seolah memberi sinyal,
bahwa Barabas adalah salah satu tangan kanan mereka yang tertanggap, yang
mungkin jadi pembunuh bayaran dan memberontak atas perintah mereka (23:19). Oleh
sebab itu, ketika Pilatus dengan suara keras mengulangi pertanyaannya mengenai
siapa yang harus dibebaskan? Mereka tetap dengan suara lantang, satu suara atau
sepakat dan tidak berhenti meneriakan “Salibkanlah Dia! Salibkanlah Dia!” (23:21-23).
Akhirnya, mereka menang, yaitu berhasil membebaskan Barabas dan berhasil mendakwa
Yesus supaya dihukum mati atau menjalani jalan Salib di Kalvari. Sungguh dunia
yang kejam! Tetapi itulah harga sebuah kebenaran.
Yesus telah membayar
lunas hutang manusia atas dosa-dosanya. Sungguh harga yang sangat mahal! Seharusnya
kitalah yang membayarnya! Seharunya kitalah yang disalibkan dan bukan Yesus! Tetapi
itulah cara Tuhan mengasihi manusia. Pembebasan Barapas telah mewakili kita sebagai
manusia yang sudah dibebaskan dari penjara dan hukuman mati. Tetapi serentak
dengan itu, para imam dan para pemimpin serta rakyat juga telah mewakili kita
mengungkapkan kata-kata yang sama, yaitu meneriakan kematian Yesus: “Salibkanlah
Dia! Salibkanlah Dia!”
Tanpa merasa
bersalah kita telah menyalibkan dan membunuh kebenaran yang seharusnya kita
pelihara dalam hidup ini. Namun ternyata kita lebih memilih hidup dan menikmati segala
bentuk kejahatan kita. Tetapi dari atas salib Yesus mengatakan kepada mereka
yang masih mengeraskan hatinya dan tetap menolak kebenaran dalam hidupnya: Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab
mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Sedangkan, kepada mereka telah menyesali dan berniat
untuk memperbaiki cara hidupnya yang jahat, maka Yesus mengatakan: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus. Kedua
perkataan di atas ditutup dengan kalimat penyerahan total Yesus kepada kehendak
Sang Bapa dan mengatakan: Ya Bapa, ke
dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.
Kematian Yesus di atas kayu Salib telah menjadi bukti mutlak
yang tak tergantikan oleh apapun dan oleh siapapun bahwa manusia telah diampuni
dan diperdamaikan dengan Allah. Karena itu, kiranya kita tetap memelihara pengampunan
dan kedamaian yang telah Allah berikan pada kita. Pengampunan dan pendamaian
yang Allah lakukan melalui kematian Yesus di atas kayu Salib adalah didasarkan
pada kasih abadi. Hanya karena kasih-Nya lah kita diampuni dan diperdamaikan
dengan Allah dan sesama. Itu berarti, tanpa kasih-Nya kita tidak mungkin hidup
saling mengampuni dan hidup damai untuk menghadirkan kerajaan-Nya di dunia. Dan
dalam konteks itulah penulis surat 1 Petrus 4:8 mengungkapkan: Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh
seorang akan yang lain, karena kasih menutupi banyak sekali dosa.
No comments:
Post a Comment