Tuesday 10 April 2012

BEBASKANLAH BARABAS, SALIBKANLAH YESUS! (Lukas 23:13-25)


Oleh: Sugiman

“Bebaskanlah Barabas, salibkanlah Yesus!” Itulah bunyi kalimat yang diteriakan dengan suara keras dan lantang di hadapan Pilatus oleh para imam, para pemimpin agama dan orang-orang Yahudi yang membenci dan menolak kehadiran Yesus. Pernyataan yang berisi penolakan itu diungkapkan setelah Yesus dinyatakan tidak bersalah dan bebas oleh Herodes dan Pilatus. Ini mengindikasikan, bahwa kehadiran Yesus menjadi ancaman dan bencana bagi para imam, para pemimpin agama dan orang-orang Farisi saat itu. Mengapa? Paling tidak ada empat alasan mengapa kehadiran Yesus ditolak total saat itu:

Pertama, kehadiran Yesus sebagai orang baru ternyata mampu menarik perhatian orang banyak. Dengan demikian, mereka kuatir dan takut bahwa dalam jangka waktu tertentu semua orang akan berbalik dan menjadi pengikut Yesus. Artinya, mereka takut ditinggalkan oleh para pengikutnya.

Kedua, kehadiran Yesus adalah menjadi saingan berat bagi mereka, apalagi dikarenakan bahwa Yesus sering melakukan  berbagai muzijat (air menjadi anggur, menyembuhkan orang yang sakit, mengusir roh jahat, membangkitkan orang yang sudah meninggal dst). Karena itu, orang-orang Yahudi akan dengan mudah mengikut ajaran Yesus dan percaya kepada Yesus.

Ketiga, jika dilihat dari kaca mata keagamaan orang Yahudi, maka kehadiran Yesus adalah sebagai penantang dan penghujat Allah. Pernyataan Yesus yang mengatakan bahwa diri-Nya adalah Anak Allah adalah menjadi salah satu alasan kuat bagi mereka untuk menyingkirkan kehadiran atau keberadaan Yesus. Dengan kata lain, ketika Yesus mengaku bahwa dirinya adalah Anak Allah, maka sama halnya dengan Yesus menyebut diri-Nya sebagai orang yang sangat dengan Allah. Padahal mereka tahu betul, bahwa Yesus adalah anak Yusuf dan Maria, keluarga miskin dan anak si tukang kayu. Dengan kata lain, Yesus itu hanya orang biasa, berdosa, miskin, tidak punya kedudukan apapun di parlemen manapun. Atau Yesus sama dengan pemimpin ilegal yang tidak memiliki institusi resmi seperti mereka.

Keempat, kehadiran Yesus adalah sebagai penantang radikal atas berbagai tindakan kejahatan. Tanpa neko-neko, basa-basi dan takut, Dia mengatakan atau membeberkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh para imam, para pemimpin agama dan orang-orang Farisi di depan orang banyak. Yesus tidak bisa diajak kompromi oleh siapapun dalam hal kejahatan. Jika A tetap A, dan B tetap B atau kebenaran tetap kebenaran dan kejahatan tetap kejahatan. Ini mengindikasikan, bahwa mereka takut, dengan kehadiran Yesus maka segala bentuk kejahatan dan berbagai penipuan yang mereka lakukan terbongkar habis. Karena itu, jika Yesus tidak disingkirkan, maka Dia bisa menghilangkan mata pencaharian mereka di Bait Suci. Misalnya,  ketika Yesus menunggang balikan dan mengobrak-abrik para pedagang yang sedang berjualan di Bait Suci, maka reaksi pertama itu datang dari para imam, para pemimpin agama dan orang-orang Farisi. Mengapa? Karena jika para pedagang itu pergi dan tidak berjualan di situ lagi, maka pendapatan mereka berkurang dan bahkan tidak sama sekali.

Tindakan Yesus ketika mengusir para pedagang yang sedang berjualan di Bait Suci tidak dapat dilepaskan dari tindakan kejahatan yang dilakukan oleh para penantang-Nya. Itu berarti izin atau aturan yang ada di Bait Suci murni dari mereka, dan yang disesuaikan dengan kehendak dan keinginan mereka. Bait Suci adalah tempat yang sangat strategis dan subur untuk korupsi dan mencari keuntungan. Betapa tidak? Kurban persembahan yang berkenan dan layak dipersembahkan kepada Tuhan, hanyalah kurban yang diusulkan oleh para imam. Dan imam tahu persis kriteria hewan kurban seperti apa yang berkenan dan layak dipersembahkan. Seorang imam berhak penuh atas kurban persembahan yang harus diberikan si penyembah. Karena itu, para imam mengusulkan supaya si penyembah membeli kurban yang sudah disediakan di Bait Suci. Tetapi yang menjadi masalah adalah harga yang sangat tinggi dan mahal sangat menyiksa bagi para pembeli. Apalagi jika ia tidak mampu, maka sudah pasti berhutang atau meminjam kepada tetangganya. Itu berarti, antara pedagang, para imam, para pemimpin agama dan orang-orang Farisi sudah bekerja sama atau kong kali kong.

Keempat alasan di atas telah menjadi senjata utama untuk menyingkirkan kehadiran Yesus. Berbagai cara telah mereka lakukan untuk menyingkirkan kehadiran Yesus. Misalnya, ketika Yesus menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat, orang-orang Farisi berusaha menganiaya dan bahkan membunuhnya, berusa mendorongnya ke dalam jurang dan sebagainya. Kebencian para imam, para pemimpin agama dan orang-orang Farisi telah tertimbun sangat lama. Karena itu, mereka berusaha mempropokasi rakyat dan bahkan tidak menutup kemungkinan mereka membayar rakyat jelata supaya satu suara meneriakan penyaliban Yesus dan pembebasan Barabas. Memilih supaya membebaskan seorang pemberontak dan pembunuh dari pada Yesus memperlihatkan, betapa mereka sudah sangat terbiasa menikmati hidup dalam kebobrokan dan kejahatan. Karena itu, ketika Yesus memperlihatkan sikap-sikap baik dan menantang berbagai tindakan kejahatan, mereka merasa terganggu. Menantang kejahatan adalah sama artinya dengan menjadi musuh mereka. Karena itu, saya mengatakan, bahwa Yesus bisa dikatakan sebagai korban politik para imam, para pemimpin agama Yahudi dan orang-orang Farisi saat itu. Tetapi cara itu digunakan Allah untuk menyelamatkan manusia dari belenggu dosa.

Perhatikan teks Lukas 23:13-25! Perikop ini dimulai dengan pengumpulan imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin (pemimpin agama dan negara) serta rakyat oleh Pilatus. Artinya, kelompok-kelompok yang telah disebutkan di atas sudah bekerja sama dan satu suara untuk mendakwa dan mengadili Yesus. Karena itu, Herodes dan Pilatus, menyatakan Yesus tidak bersalah dan harus dibebaskan maka mereka menjadi marah dan bertindak anarkis sambil meneriakan: “Enyahkanlah Dia, bebaskanlah Barabas bagi kami” (23:18). Teriakan itu seolah memberi sinyal, bahwa Barabas adalah salah satu tangan kanan mereka yang tertanggap, yang mungkin jadi pembunuh bayaran dan memberontak atas perintah mereka (23:19). Oleh sebab itu, ketika Pilatus dengan suara keras mengulangi pertanyaannya mengenai siapa yang harus dibebaskan? Mereka tetap dengan suara lantang, satu suara atau sepakat dan tidak berhenti meneriakan “Salibkanlah Dia! Salibkanlah Dia!” (23:21-23). Akhirnya, mereka menang, yaitu berhasil membebaskan Barabas dan berhasil mendakwa Yesus supaya dihukum mati atau menjalani jalan Salib di Kalvari. Sungguh dunia yang kejam! Tetapi itulah harga sebuah kebenaran.

Yesus telah membayar lunas hutang manusia atas dosa-dosanya. Sungguh harga yang sangat mahal! Seharusnya kitalah yang membayarnya! Seharunya kitalah yang disalibkan dan bukan Yesus! Tetapi itulah cara Tuhan mengasihi manusia. Pembebasan Barapas telah mewakili kita sebagai manusia yang sudah dibebaskan dari penjara dan hukuman mati. Tetapi serentak dengan itu, para imam dan para pemimpin serta rakyat juga telah mewakili kita mengungkapkan kata-kata yang sama, yaitu meneriakan kematian Yesus: “Salibkanlah Dia! Salibkanlah Dia!”

Tanpa merasa bersalah kita telah menyalibkan dan membunuh kebenaran yang seharusnya kita pelihara dalam hidup ini. Namun ternyata kita lebih memilih hidup dan menikmati segala bentuk kejahatan kita. Tetapi dari atas salib Yesus mengatakan kepada mereka yang masih mengeraskan hatinya dan tetap menolak kebenaran dalam hidupnya: Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Sedangkan, kepada mereka telah menyesali dan berniat untuk memperbaiki cara hidupnya yang jahat, maka Yesus mengatakan: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus. Kedua perkataan di atas ditutup dengan kalimat penyerahan total Yesus kepada kehendak Sang Bapa dan mengatakan: Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.

Kematian Yesus di atas kayu Salib telah menjadi bukti mutlak yang tak tergantikan oleh apapun dan oleh siapapun bahwa manusia telah diampuni dan diperdamaikan dengan Allah. Karena itu, kiranya kita tetap memelihara pengampunan dan kedamaian yang telah Allah berikan pada kita. Pengampunan dan pendamaian yang Allah lakukan melalui kematian Yesus di atas kayu Salib adalah didasarkan pada kasih abadi. Hanya karena kasih-Nya lah kita diampuni dan diperdamaikan dengan Allah dan sesama. Itu berarti, tanpa kasih-Nya kita tidak mungkin hidup saling mengampuni dan hidup damai untuk menghadirkan kerajaan-Nya di dunia. Dan dalam konteks itulah penulis surat 1 Petrus 4:8 mengungkapkan: Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, karena kasih menutupi banyak sekali dosa.

No comments:

Post a Comment