Wednesday, 25 April 2012

PERJUANGAN TUNAS BUNGA BAKUNG


Oleh: Sugiman

Apa saja yang Anda impikan dan lakukan, mulailah mengerjakannya dengan tekun. Di dalam keberanian terdapat kecerdasan, kekuatan, dan keajaiban.Goethe

Sebuah tunas bakung menyembul keluar di sebuah tebing yang curam. Melihat tunas muda itu, pohon-pohon di hutan mentertawakan, rerumputan mengejek, dan hewan liar menyuruhnya menghentikan niatnya untuk bertumbuh. Tapi tunas bakung tidak peduli. Ia tetap memantapkan niatnya untuk tumbuh menjadi bunga yang indah. Ia menyerap sinar matahari dan air yang cukup dari dalam tanah demi kelangsungan hidup dan demi terwujudnya impian untuk menjadi bunga bakung yang indah menawan. Melihat ketetapan hati si tunas bakung, pohon-pohon di hutan, rerumputan, dan hewan liar kembali melemahkan semangatnya dengan mengatakan: Sudahlah, sekalipun keinginanmu untuk menjadi bunga yang indah tercapai, tak seorang pun yang akan datang menyaksikan keindahanmu karena kau tumbuh di tebing yang curam.

Namun, sekali lagi hati si tunas bakung tidak tergoyahkan oleh kata-kata negatif itu. Ia hanya mengharapkan satu hal: sebagai bunga ia harus memenuhi kewajibannya untuk bertumbuh dan memancarkan keindahan.

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, dan bulan berganti bulan. Tiga bulan kemudian bunga bakung itu sudah semakin tinggi dan, yang lebih penting lagi, bunga bakung mulai memperlihatkan beberapa kuncup bunga. Pohon-pohon di hutan, rerumputan, dan hewan liar masih saja meragukan eksistensi si bunga bakung. Seminggu kemudian, kuncup-kuncup itu mekar dan memperlihatkan keindahan sebagai bunga bakung. Kini pohon-pohon di hutan, rerumputan, dan hewan liar diam seribu bahasa.

Si bunga bakung terus berkembang, semakin banyak dan mulai menutupi sebagian besar tebing. Warna putih kini menggantikan rerumputan liar yang tumbuh di tebing yang sama. Tampaknya rerumputan hanya memiliki keinginan kecil untuk bertumbuh sehingga dengan mudah dikalahkan oleh bunga bakung yang memiliki tekad serta keinginan kuat untuk bertumbuh dan memancarkan keindahan sebagai bunga bakung. Tak lama kemudian, tebing yang tadinya tidak menarik, kini seluruhnya ditutupi bunga-bunga bakung yang indah bak permadani putih yang terhampar.

Orang-orang dari berbagai kota, bahkan negeri, mulai berdatangan untuk menyaksikan indahnya tebing yang ditutupi bunga bakung. Tadinya tebing itu tidak menarik dan dilupakan. Tak seorang pun berkunjung karena tak ada sesuatu yang menarik di sana. Namun, kini segalanya telah berubah; tebing itu jadi sangat terkenal. Kali ini, pohon-pohon di hutan, rerumputan, dan hewan liar tersipu malu dan diam membisu.

Refleksi

Untuk mewujudkan impian, harapan dan cita-cita tidaklah cukup hanya dengan hasrat yang kuat kemudian duduk diam, menunggu harapan itu terwujud dalah hidup Anda. Tetapi impian, harapan dan cita-cita itu hanya akan terwujud dan membahagiakan jika ia tidak ditinggalkan oleh semangat kerja keras dan sikap pantang menyerah. Itulah nilai juang yang selalu setia menemani setiap orang yang juga setia kepadanya. Keyakinan yang kuat akan menjadi tenaga pembangkit semangat jugang yang tak tergoyahkan seperti pada bunga bakung. Karena hanya mereka yang berani berjuanglah yang mampu menemukan cara-cara baru untuk mewujudkan impian, harapan dan cita-citanya. Tentu impian, harapan dan cita-cita itu memerlukan pondasi atau dasar yang sangat kuat untuknya tetap berdiri teguh menghadapi licinnya jalan, tajamnya kerikil, dan ganasnya badai. Karena itu, letakanlah pengharapan, impian, dan cita-cita Anda di bawah tuntunan Tuhan, yang selalu setia menemani Anda dalam segala situasi. Hanya Dialah yang sanggup membawa Anda menyebrangi lembah kelam, menggendong Anda saat melewati kerikil yang tajam, dan melindungi Anda saat ganasnya badai yang akan mencelakai Anda.

Tuhan tidak pernah membiarkan orang-orang yang menyandarkan harapan, impian dan cita-citanya. Karena sesungguhnya, Tuhan sangat peduli kepada mereka yang tetap hidup di bawah pimpinan-Nya. Bahkan Dia sanggup menjangkau bagian-bagian hidup Anda yang tak terjangkau oleh orang lain. Karena itu, tutuplah telinga Anda terhadap suara-suara yang berusaha membuat Anda putus asa dan menyerah, tetapi pasang dan bukalah telinga Anda untuk mendengarkan suara-Nya yang lembut mengatakan: “Jangan takut, sebab Aku besertamu!”.


Disadur dari buku: Segengam Mutiara Kehidupan

1 comment: