Oleh: Sugiman
Siapa yang tidak
kenal dengan Albert Enstein? Mungkin hanya sebagian kecil saja orang yang tidak
mengenalnya. Albert Einstein Adalah salah satu ilmuan terbesar dan terkenal
sepanjang masa. Penemuannya tentang teori relativitas telah membawa namanya
dikenal dunia. Bahkan di masa tuanya, keterkenalannya melampaui ketenaran semua
ilmuan yang tercatat dalam sejarah dan dalam budaya populer. Itulah sebabnya,
kata “Einstein” sering diitentikkan dengan kecerdasan, dan kegeniusan. Keluarganya
adalah keturunan
Yahudi. Dia lahir pada 14 Maret 1879 di Ulm, Kerajaan Württemberg, Kerajaan
Jerman. Ayahnya bernama Hermann
Einstein dan ibunya Pauline Koch.
Kecerdasan yang
dimilikinya telah membawa namanya menjulang tinggi ke awan. Berbagai penghargaan
pun telah diterimanya karena berbagai makalah dan karya ilmiah yang ditulisnya.
Misalnya, dia dianugerahkan dua medali oleh British
Royal Society dan Royal Astronomical
di Kementrian Luar Negeri AS. Selanjutnya, penghargaan yang mungkin tak tergantikan
juga diberikan padanya,
yaitu di mana sebuah satuan fotokimia
dinamai einstein, sebuah unsur kimia dinamai einsteinium, dan sebuah asteroid dinamai 2001 Einstein. Semuanya itu
diambil dari nama Einstein. Selian itu, hasil sumbangannya dalam pengembangan mekanika kuantum, mekanika
statistika, dan kosmologi juga telah membuat dirinya dikenal oleh
dunia. Selanjutnya, dia juga dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Fisika pada tahun 1921 untuk penjelasannya
tentang efek fotolistrik dan "pengabdiannya bagi Fisika
Teoretis". Selanjutnya, pada tahun 1999,
dirinya juga dinamakan “Tokoh Abad Ini” oleh majalah Time.
Sungguh, kecerdasan Albert Einstein luar
biasa, berbagai penghargaan karena makalah dan berbagai karya ilmiahnya telah
membuat namanya dikenal oleh dunia. Tetapi apa kata Enstein tentang semuanya
itu? Albert Einstein mengatakan demikian: Tidak semua hal yang penting dapat dihitung, dan tidak
semua hal yang dapat dihitung itu penting. Pernyataan yang
sarat dengan makna kehidupan. Dua kalimat pendek dengan penghubung “dan”
memperlihatkan bahwa keduanya tidak dapat dipisahkan. Oleh sebab itu, kata
“dan” yang diletakan di antara dua kalimat pendek itu sangat menentukan
kedalaman makna pernyataan tersebut. Dengan kata lain, pernyataannya itu sangat
sederhana, tetapi dengan makna yang tidak sesederhana pernyataannya.
Betapa tidak?
Perhatikan kalimat pertamanya berikut: Tidak
semua hal yang penting dapat dihitung. Kalimat ini menyiratkan makna, bahwa
bagi Einstein, ada banyak hal penting yang tidak dapat dihitung oleh manusia.
Secara tidak langsung Einstein ingin mengatakan, bahwa manusia itu cenderung
menganggap, di mana hal-hal yang dapat dihitung itu penting dan mendatangkan
kebaikan bagi manusia. Tetapi bagi Einstein, pemahaman yang demikian tidak
seluruhnya benar, tetapi bersifat relative. Karena ada hal-hal yang dapat dihitung justru jauh lebih penting dari hal-hal yang tidak dapat dihitung.
Kalimat kedua: tidak semua hal yang dapat dihitung itu
penting. Kalimat Einstein ini mematahkan atau membantah anggapan banyak
orang yang memandang, bahwa semua hal yang dapat dihitung itu penting dan
berguna baginya. Artinya, bagi Enstein ada banyak hal penting yang tidak dapat
dihitung oleh manusia dan itu sangat berguna bagi kehidupannya. Dengan
demikian, jika kedua kalimat itu digabungkan dengan penghubung kata “dan”, maka
akan membentuk kalimat panjang dan menyiratkan makna yang relative. Dengan kata
lain, bahwa bagi Einstein, di dunia ini tidak ada satupun yang bernilai kekal
dan mutlak. Semuanya adalah relative.
Terori relativitas
yang ditemukan Albert Einstein telah membawanya kepada tahap kesadaran diri
akan eksistensinya sebagai makhluk yang terbatas. Einstein memandang, mungkin
banyak orang melihat pada penghargaan-penghargaan yang telah diterimanya
sebagai bukti hal penting yang masuk dalam hitungan. Tetapi ada banyak hal
penting yang tidak dapat dihitung dan itu sangat bermanfaat bagi manusia. Misalnya, kita lebih suka
menghitung keberhasilan seseorang dari pada kegagalannya. Padahal keberhasilan
tidak akan terjadi jika tidak ada kegagalan. Dalam konteks itulah Einstein
mengatakan: A person who never made a
mistake never tried anything new. Memisahkan keberhasilan dengan kegagalan
sama artinya dengan mengharapkan uang jatuh di depan mata. Einstein memandang, bahwa
sebagian besar manusia suka menghitung apa yang terlihat dan menganggap
semuanya itu penting. Tetapi manusia mengabaikan apa yang tidak dapat dihitung
dan menganggapnya tidak penting sama sekali bagi dirinya.
Jika kita
merefleksikan pernyataan Albert Einstein di atas dalam kehidupan sehari-hari, maka betapa
banyaknya hal-hal penting yang tak dapat dihitung, tetapi justru diabaikan.
Kita cenderung menganggap bahwa hal-hal yang dapat kita hitung itu semuanya
penting dan bernilai mutlak atau kekal dalam hidup ini. Tetapi sebaliknya kita
telah mengabaikan yang esensial dan makna penting dalam hidup ini. Misalnya, kita
cenderung melihat berbagai bencana yang kita alami sebagai hukuman dari Tuhan,
dibandingkan melihatnya sebagai bagian dari hidup ini. Karena itu, tidak jarang
sebagian besar orang melihat Tuhan sebagai penyebab semua bencana yang ada.
Tetapi berapa besar orang yang melihat bahwa kasih Tuhan yang tak terhitung
jumlahnya, yang tak terbatas dan lebih besar dari bencana yang terjadi dalam
hidupnya sebagai hal penting yang tidak masuk hidungan kita? Itulah sebabnya, sebagian
besar manusia cenderung mengukur Tuhan berdasarkan ukurannya dan menilai kebaikan
Tuhan berdasarkan ukurannya.
Sebagian besar
manusia memang menganggap hal-hal yang dapat dihitung itu penting, sedangkan
yang tidak dapat dihitung itu tidak. Tetapi bagaimana dengan kasih Tuhan adalah
kasih yang tidak dapat hitung dan diukur oleh manusia? Apakah itu tidak
penting? Dalam perjalanan hidup manusia, Tuhan telah melakukan banyak hal
penting yang tidak terlihat dan tidak terhitung oleh manusia. Tetapi tidak jarang
semuanya itu dipandang sebelah dengan mata dan bahkan tidak tianggap penting. Namun tidak semua orang
dapat melihatnya. Mengapa? Karena manusia lebih mengutamakan mata dibanding
melibatkan hati. Melihat dan mendengar tanpa melibatkan hati adalah hanya
kekosongan dan kesia-siaan belaka
dan kemunafikan.
Kecenderungan yang
lain dari sebagian besar orang adalah, menganggap bahwa hanya dirinyalah, hanya ajarannyalah dan hanya agamanyalah yang
paling benar dan mutlak. Sedangkan yang lain itu salah, keliru dan sesat. Mereka
lebih suka menghitung apa yang dilihat di dalam dirinya, dan mengabaikan
nilai-nilai kebenaran yang ada di luar dirinya. Pandangan yang demikian adalah pandangan yang
sangat sempit dan picik. Padahal di dunia ini tidak ada satu pun yang sifatnya mutlak atau kekal. Semuanya hanya bersifat relative.
Namun tidak berarti semuanya itu tidak penting. Melainkan semua itu adalah guru kehidupan supaya manusia lebih bijaksana
dalam menjalani hidupnya. Dengan demikian ia menyadari akan eksistensinya sebagai makhluk yang
terbatas, yang di mana tidak ada kebenaran mutlak di dalam dirinya. Seperti pernyataan Einstein: Tidak semua hal yang penting
dapat dihitung, dan tidak semua hal yang dapat dihitung itu penting.
No comments:
Post a Comment