Tuesday, 10 April 2012

HARTA TITIPAN DARI ALBERT EINSTEIN



Oleh: Sugiman

Siapa yang tidak kenal dengan Albert Enstein? Mungkin hanya sebagian kecil saja orang yang tidak mengenalnya. Albert Einstein Adalah salah satu ilmuan terbesar dan terkenal sepanjang masa. Penemuannya tentang teori relativitas telah membawa namanya dikenal dunia. Bahkan di masa tuanya, keterkenalannya melampaui ketenaran semua ilmuan yang tercatat dalam sejarah dan dalam budaya populer. Itulah sebabnya, kata “Einstein” sering diitentikkan dengan kecerdasan, dan kegeniusan. Keluarganya adalah keturunan Yahudi. Dia lahir pada 14 Maret 1879 di Ulm, Kerajaan Württemberg, Kerajaan Jerman. Ayahnya bernama Hermann Einstein dan ibunya Pauline Koch.

Kecerdasan yang dimilikinya telah membawa namanya menjulang tinggi ke awan. Berbagai penghargaan pun telah diterimanya karena berbagai makalah dan karya ilmiah yang ditulisnya. Misalnya, dia dianugerahkan dua medali oleh British Royal Society dan Royal Astronomical di Kementrian Luar Negeri AS. Selanjutnya, penghargaan yang mungkin tak tergantikan juga diberikan padanya, yaitu di mana sebuah satuan fotokimia dinamai einstein, sebuah unsur kimia dinamai einsteinium, dan sebuah asteroid dinamai 2001 Einstein. Semuanya itu diambil dari nama Einstein. Selian itu, hasil sumbangannya dalam pengembangan mekanika kuantum, mekanika statistika, dan kosmologi juga telah membuat dirinya dikenal oleh dunia. Selanjutnya, dia juga dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Fisika pada tahun 1921 untuk penjelasannya tentang efek fotolistrik dan "pengabdiannya bagi Fisika Teoretis". Selanjutnya, pada tahun 1999, dirinya juga dinamakan “Tokoh Abad Ini” oleh majalah Time.

Sungguh, kecerdasan Albert Einstein luar biasa, berbagai penghargaan karena makalah dan berbagai karya ilmiahnya telah membuat namanya dikenal oleh dunia. Tetapi apa kata Enstein tentang semuanya itu? Albert Einstein mengatakan demikian: Tidak semua hal yang penting dapat dihitung, dan tidak semua hal yang dapat dihitung itu penting. Pernyataan yang sarat dengan makna kehidupan. Dua kalimat pendek dengan penghubung “dan” memperlihatkan bahwa keduanya tidak dapat dipisahkan. Oleh sebab itu, kata “dan” yang diletakan di antara dua kalimat pendek itu sangat menentukan kedalaman makna pernyataan tersebut. Dengan kata lain, pernyataannya itu sangat sederhana, tetapi dengan makna yang tidak sesederhana pernyataannya.

Betapa tidak? Perhatikan kalimat pertamanya berikut: Tidak semua hal yang penting dapat dihitung. Kalimat ini menyiratkan makna, bahwa bagi Einstein, ada banyak hal penting yang tidak dapat dihitung oleh manusia. Secara tidak langsung Einstein ingin mengatakan, bahwa manusia itu cenderung menganggap, di mana hal-hal yang dapat dihitung itu penting dan mendatangkan kebaikan bagi manusia. Tetapi bagi Einstein, pemahaman yang demikian tidak seluruhnya benar, tetapi bersifat relative. Karena ada hal-hal yang dapat dihitung justru  jauh lebih penting dari hal-hal yang tidak dapat dihitung.

Kalimat kedua: tidak semua hal yang dapat dihitung itu penting. Kalimat Einstein ini mematahkan atau membantah anggapan banyak orang yang memandang, bahwa semua hal yang dapat dihitung itu penting dan berguna baginya. Artinya, bagi Enstein ada banyak hal penting yang tidak dapat dihitung oleh manusia dan itu sangat berguna bagi kehidupannya. Dengan demikian, jika kedua kalimat itu digabungkan dengan penghubung kata “dan”, maka akan membentuk kalimat panjang dan menyiratkan makna yang relative. Dengan kata lain, bahwa bagi Einstein, di dunia ini tidak ada satupun yang bernilai kekal dan mutlak. Semuanya adalah relative.

Terori relativitas yang ditemukan Albert Einstein telah membawanya kepada tahap kesadaran diri akan eksistensinya sebagai makhluk yang terbatas. Einstein memandang, mungkin banyak orang melihat pada penghargaan-penghargaan yang telah diterimanya sebagai bukti hal penting yang masuk dalam hitungan. Tetapi ada banyak hal penting yang tidak dapat dihitung dan itu sangat bermanfaat bagi manusia. Misalnya, kita lebih suka menghitung keberhasilan seseorang dari pada kegagalannya. Padahal keberhasilan tidak akan terjadi jika tidak ada kegagalan. Dalam konteks itulah Einstein mengatakan: A person who never made a mistake never tried anything new. Memisahkan keberhasilan dengan kegagalan sama artinya dengan mengharapkan uang jatuh di depan mata. Einstein memandang, bahwa sebagian besar manusia suka menghitung apa yang terlihat dan menganggap semuanya itu penting. Tetapi manusia mengabaikan apa yang tidak dapat dihitung dan menganggapnya tidak penting sama sekali bagi dirinya.

Jika kita merefleksikan pernyataan Albert Einstein di atas dalam kehidupan sehari-hari, maka betapa banyaknya hal-hal penting yang tak dapat dihitung, tetapi justru diabaikan. Kita cenderung menganggap bahwa hal-hal yang dapat kita hitung itu semuanya penting dan bernilai mutlak atau kekal dalam hidup ini. Tetapi sebaliknya kita telah mengabaikan yang esensial dan makna penting dalam hidup ini. Misalnya, kita cenderung melihat berbagai bencana yang kita alami sebagai hukuman dari Tuhan, dibandingkan melihatnya sebagai bagian dari hidup ini. Karena itu, tidak jarang sebagian besar orang melihat Tuhan sebagai penyebab semua bencana yang ada. Tetapi berapa besar orang yang melihat bahwa kasih Tuhan yang tak terhitung jumlahnya, yang tak terbatas dan lebih besar dari bencana yang terjadi dalam hidupnya sebagai hal penting yang tidak masuk hidungan kita? Itulah sebabnya, sebagian besar manusia cenderung mengukur Tuhan berdasarkan ukurannya dan menilai kebaikan Tuhan berdasarkan ukurannya.

Sebagian besar manusia memang menganggap hal-hal yang dapat dihitung itu penting, sedangkan yang tidak dapat dihitung itu tidak. Tetapi bagaimana dengan kasih Tuhan adalah kasih yang tidak dapat hitung dan diukur oleh manusia? Apakah itu tidak penting? Dalam perjalanan hidup manusia, Tuhan telah melakukan banyak hal penting yang tidak terlihat dan tidak terhitung oleh manusia. Tetapi tidak jarang semuanya itu dipandang sebelah dengan mata dan bahkan tidak tianggap penting. Namun tidak semua orang dapat melihatnya. Mengapa? Karena manusia lebih mengutamakan mata dibanding melibatkan hati. Melihat dan mendengar tanpa melibatkan hati adalah hanya kekosongan dan kesia-siaan belaka dan kemunafikan.

Kecenderungan yang lain dari sebagian besar orang adalah, menganggap bahwa hanya dirinyalah, hanya ajarannyalah dan hanya agamanyalah yang paling benar dan mutlak. Sedangkan yang lain itu salah, keliru dan sesat. Mereka lebih suka menghitung apa yang dilihat di dalam dirinya, dan mengabaikan nilai-nilai kebenaran yang ada di luar dirinya. Pandangan yang demikian adalah pandangan yang sangat sempit dan picik. Padahal di dunia ini tidak ada satu pun yang sifatnya mutlak atau kekal. Semuanya hanya bersifat relative. Namun tidak berarti semuanya itu tidak penting. Melainkan semua itu adalah guru kehidupan supaya manusia lebih bijaksana dalam menjalani hidupnya. Dengan demikian ia menyadari akan eksistensinya sebagai makhluk yang terbatas, yang di mana tidak ada kebenaran mutlak di dalam dirinya. Seperti pernyataan Einstein: Tidak semua hal yang penting dapat dihitung, dan tidak semua hal yang dapat dihitung itu penting.

No comments:

Post a Comment